Liputan6.com, Jakarta Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berharap gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia tidak terjadi. Hal ini juga melihat sejumlah prediksi para ahli terkait potensi gelombang ketiga COVID-19 yang bisa saja terjadi akhir tahun 2021.
Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi IDI Mahesa Paranadipa Maikel menyampaikan, sebagaimana data dari Pemerintah, gelombang pertama dilaporkan sekitar akhir Januari-Februari 2021, banyak prediksi imbas Tahun Baru dan libur panjang akhir tahun 2020.
Advertisement
Baca Juga
"Kemudian gelombang kedua COVID-19, kita tahu di bulan Juni-Juli 2021. Nah, banyak prediksi gelombang ketiga di akhir tahun ya. Tapi kita berharap, jangan sampai terjadi," ujar Mahesa dalam Media Briefing Strategi Menghadapi Gelombang Ketiga COVID-19 pada Selasa, 12 Oktober 2021.
Untuk tolok ukur potensi gelombang ketiga COVID-19, lanjut Mahesa dapat dilihat dari statistik, terutama positivity rate. Saat ini, positivity rate Indonesia di bawah 5 persen. Angka yang termasuk menggembirakan.
"Tentu dalam sejarah pandemi COVID-19 Indonesia, kita belum pernah positivity rate di bawah 5 persen. Ini memperlihatkan penanggulangan atau pengendalian penularan itu terjadi di bawah 5 persen," katanya.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Gelombang Ketiga dan Cakupan Vaksinasi
Walau positivity rate Indonesia di bawah 5 persen, kata Mahesa Paranadipa Maikel, beberapa pakar masih memberikan catatan terkait kapasitas 3T (testing, tracing, treatment).
"Tracing masih belum mencapai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Tentu ini menjadi catatan bagi semua pihak, khususnya juga kepala-kepala daerah, karena di beberapa negara yang mampu melakukan pemeriksaan secara mandiri diharapkan memang sesuai dengan standar WHO," terangnya.
Perihal apakah potensi gelombang ketiga COVID-19 lebih parah dari gelombang pertama dan kedua? Mahesa menjawab sebagaimana merujuk tanggapan ahli.
"Kami menggunakan statement (pernyataan) dari para ahli epidemiologi, yang mengatakan bahwa gelombang ketiga tidak lebih parah dari gelombang pertama dan kedua, karena adanya cakupan vaksinasi (yang semakin meningkat)," jelasnya.
Ada juga catatan terkait Whole Genome Sequencing (WGS) masih lemah. Ketika ada yang terkonfirmasi positif COVID-19, seharusnya dilakukan WGS untuk mendeteksi varian virus Corona.
Advertisement