Eropa dan Asia Tengah Episentrum COVID-19, Proyeksi Setengah Juta Kematian 2022

Eropa dan Asia Tengah alami lonjakan COVID-19 selama 4 minggu terakhir.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 08 Nov 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2021, 13:00 WIB
Dokter Bosnia bersiap untuk gelombang baru virus
Petugas medis merawat pasien di bagian COVID-19 rumah sakit University Clinical Center di Banja Luka, 4 November 2021. Para dokter di Bosnia bersiap menghadapi ancaman gelombang baru corona di negara yang menjadi salah satu paling terpukul di Eropa pada periode pandemi sebelumnya itu. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Eropa dan Asia Tengah kini menjadi episentrum pandemi COVID-19. Saat ini, setiap negara di Eropa dan Asia Tengah menghadapi ancaman nyata gelombang COVID-19.

Laju penularan Virus Corona di 53 negara di wilayah WHO Regional Eropa sangat memprihatinkan. Kasus COVID-19 sekali lagi mendekati puncak dengan Varian Delta yang lebih menular dan semakin mendominasi penularan di seluruh Eropa dan Asia Tengah.

Data pekan lalu, Direktur WHO Regional Eropa, Hans Henri P. Kluge memaparkan, hampir 1,8 juta kasus baru dan 24.000 kematian baru akibat COVID-19 dilaporkan. Eropa dan Asia Tengah masing-masing mengalami peningkatan 6 persen dan 12 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

"Selama empat minggu terakhir, Eropa telah mengalami peningkatan lebih dari 55 persen kasus COVID-19 baru. Eropa dan Asia Tengah juga menyumbang 59 persen dari semua kasus COVID-19 secara global dan 48 persen dari kematian COVID-19 yang dilaporkan," papar Kluge melalui pernyataan resmi berjudul, Update on COVID-19: Europe and central Asia again at the epicentre of the pandemic, ditulis Senin (8/11/2021).

"Secara kumulatif, sekarang ada lebih banyak kasus yang dilaporkan – 78 juta kasus – di kawasan Eropa daripada di Asia Tenggara, Mediterania Timur, Pasifik Barat, dan Afrika digabungkan. Kita, sekali lagi (Eropa dan Asia Tengah) menjadi episentrum COVID-19," Kluge melanjutkan.

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua

Proyeksi Kematian COVID-19 Februari 2022

Di Ukraina, Skeptisisme Vaksin Mendorong Lonjakan Covid-19 yang Mematikan
Perawat memberikan bantuan medis kepada pasien Covid-19 di dalam unit perawatan intensif sebuah rumah sakit di Kiev pada 1 November 2021. Salah satu negara termiskin di Eropa, Ukraina, telah dilanda lonjakan infeksi varian Delta yang lebih menular dari virus corona lain. (Sergei SUPINSKY/AFP)

Laporan WHO Regional Eropa menunjukkan, ada tren yang meningkat penularan Virus Corona pada semua kelompok umur. Yang paling mengkhawatirkan adalah peningkatan pesat dalam kelompok populasi yang lebih tua sejak minggu ke-38.

"Ini berarti lebih banyak orang dengan penyakit parah dan lebih banyak orang meninggal (akibat COVID-19). Saat ini, 75 persen kasus fatal terjadi pada orang berusia 65 tahun ke atas," lanjut Hans Henri P. Kluge.

Tingkat rawat inap karena COVID-19 ikut meningkat lebih dari dua kali lipat dalam seminggu, sebagaimana data terbaru WHO/Eropa.

Menurut proyeksi, sebut Kluge, jika data kasus tetap terjadi peningkatan, maka dapat terlihat setengah juta kematian COVID-19 lainnya di Eropa dan Asia Tengah pada tanggal 1 Februari 2022.

"Selain itu, kita akan dapat melihat 53 negara di Eropa akan menghadapi tekanan tinggi hingga ekstrem pada tempat tidur rumah sakit," terangnya.

Cakupan Vaksinasi Rendah

Melihat Negara-Negara Uni Eropa Mulai Suntikan Vaksinasi COVID-19
Para tenaga kesehatan menunggu di sebuah ruangan setelah mendapatkan vaksin COVID-19 Pfizer-BioNTech di Rumah Sakit Santa Maria di Lisbon, Portugal (27/12/2020). Sejauh ini Uni Eropa melaporkan lebih dari 335.000 kematian terkait Corona COVID-19. (Xinhua/Pedro Fiuza)

Salah satu penyebab Eropa dan Asia Tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19 selama 4 minggu berturut-turut, yakni cakupan vaksinasi yang tidak memadai. Walaupun sudah satu miliar dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di Eropa dan Asia Tengah.

Negara-negara Eropa dan Asia Tengah, rata-rata, hanya 47 persen orang yang menerima vaksinasi lengkap. Cakupan vaksinasi rendah di banyak negara, seperti di Baltik, Eropa Tengah dan Timur, dan negara-negara Balkan serta tingkat rawat inap di rumah sakit tinggi.

"Variasi dalam cakupan vaksinasi ini mencerminkan beberapa masalah seputar pemberian layanan imunisasi, serta kurangnya kepercayaan dan/atau kepuasan di antara beberapa kelompok populasi," Hans Henri P. Kluge menjelaskan.

"Sangat penting bahwa pihak berwenang menginvestasikan semua upaya untuk mempercepat laju vaksinasi. Kita perlu memastikan negara-negara dengan cakupan vaksinasi rendah di antara kelompok prioritas meningkatkan cakupannya."

Pihak berwenang didorong untuk menawarkan dosis tambahan kepada orang dengan gangguan kekebalan dalam rentang 1 hingga 3 bulan setelah mereka menyelesaikan vaksinasi utama. Perlu juga mempertimbangkan dosis tambahan vaksin COVID-19 kepada semua orang di atas usia 60 tahun.

Infografis 8 Gerakan Bikin Rileks Tubuh Saat WFH atau WFO di Masa Pandemi Covid-19

Infografis 8 Gerakan Bikin Rileks Tubuh Saat WFH atau WFO di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Infografis 8 Gerakan Bikin Rileks Tubuh Saat WFH atau WFO di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya