PB IDI Kecam Tindak Kekerasan Terhadap Dokter Spesialis di Papua

Ketua Umum PB IDI dr M. Adib Khumaidi menyampaikan, semua tenaga kesehatan berhak atas perlindungan risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Apr 2022, 19:42 WIB
Diterbitkan 19 Apr 2022, 19:42 WIB
Ilustrasi dokter/dok. Unsplash Hush Naidoo
Ilustrasi dokter/dok. Unsplash Hush Naidoo

Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama IDI Wilayah Papua mengecam tindak kekerasan yang menimpa seorang dokter yang bertugas di Papua baru-baru ini.

Dokter bedah onkologi dr James Redi, SpB(Onk) dikabarkan mengalami pemukulan yang dilakukan oleh keluarga pasien.

Ketua Umum PB IDI dr M. Adib Khumaidi menyampaikan, semua tenaga kesehatan berhak atas perlindungan risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Para tenaga kesehatan ini, menurut Adib, menghadapi berbagai risiko kerja yang terkait dengan bahaya biologis, kimia, fisik, ergonomis, dan psikososial yang memengaruhi keselamatan mereka dan pasien.

Lebih lanjut, Adib menyampaikan, fasilitas kesehatan, pemerintah, serta aparat perlu menyediakan langkah-langkah kesehatan dan keselamatan kerja guna melindungi para tenaga kesehatan dan juga sistem kesehatan dasar yang berfungsi dengan baik dan kuat agar tenaga kesehatan dapat bekerja secara produktif.

“Setiap dokter dan tenaga kesehatan pasti akan selalu melakukan yang terbaik bagi masyarakat. Tindakan kekerasan pada tenaga kesehatan tentunya akan mengganggu pelayanan pada masyarakat,” ujarnya melalui keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa, 19 April 2022.

 

Papua Kekurangan Dokter Pesialis

Sementara itu, Ketua IDI Wilayah Papua dr Donald Aronggear, SpB(K) mengatakan bahwa selama ini wilayah Indonesia Timur terutama Papua sangat kekurangan tenaga kesehatan dokter spesialis. Hal tersebut karena minimnya jaminan perlindungan dari pemerintah setempat dan aparat pada tenaga Kesehatan.

Donald mengatakan, saat ini hanya ada dua dokter spesialis bedah onkologi di wilayah Papua. Dokter-dokter tersebut harus melayani sekitar 4,3 juta penduduk.

Menurutnya, apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan terjadi, maka dikuatirkan akan mengganggu pelayanan Kesehatan pada masyarakat setempat.

Diketahui, saat ini, aparat kepolisian Jayapura tengah menindaklanjuti laporan dari dr James Redi, SpB(Onk) dan IDI wilayah Papua. Meski demikian, Donald berharap kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi.

Tindak kekerasan terhadap dr James Redi bukan yang pertama kali menimpa tenaga kesehatan di Papua. Beberapa pekan sebelumnya, seorang bidan bernama Sri Lestari meninggal dunia karena penganiayaan kelompok tertentu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya