Liputan6.com, Jakarta - Hingga Selasa, 13 Juni 2022, sebanyak delapan orang Indonesia telah terdeteksi terinfeksi subvarian Omicron terbaru yakni BA.4 dan BA.5.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa adanya kedua subvarian Omicron tersebut ikut berkontribusi dalam kenaikan kasus harian COVID-19 di Indonesia.
Baca Juga
Dalam beberapa waktu belakangan, kasus harian COVID-19 memang sedang kembali meningkat pada angka 500 hingga 600 dalam satu hari.
Advertisement
Budi menjelaskan, kenaikan kasus COVID-19 akhir-akhir ini disebabkan oleh BA.4 dan BA.5, bukan hanya disebabkan karena adanya libur Lebaran sebelumnya.
"Confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," ujar pria yang akrab disapa BGS tersebut usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.
Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Mohammad Syahril mengungkapkan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan masyarakat adalah dengan melakukan vaksinasi booster COVID-19.
"Vaksinasi booster merupakan upaya dari kita bersama agar kekebalan tubuh yang sudah mendapatkan vaksinasi lengkap (dosis satu dan dua) tadi, yang sudah menurun antibodinya, kita berikan booster. Maka diharapkan dapat meningkatkan kekebalan tubuh atau antibodi," kata Syahril dalam konferensi pers pada Jumat, 10 Juni 2022 lalu.
Hingga saat ini, hanya terdapat lima dari 34 provinsi di Indonesia yang telah mencapai target vaksinasi booster sebesar 30 persen.
Kelima provinsi tersebut adalah Bali, DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Yogyakarta, dan Jawa Barat.
"Diharapkan selama kita masa pandemi terkontrol, booster ini menjadi kekuatan juga agar setiap orang yang telah mendapatkan booster mendapatkan kekebalan yang cukup agar terhindar dari COVID-19," ujar Syahril.
Jangan Abai Prokes
Dalam kesempatan yang sama, Syahril turut mengingatkan untuk tidak abai terhadap protokol kesehatan (prokes) yang telah menjadi upaya tetap untuk menghindar dari COVID-19.
"Tetap pakai masker di dalam ruangan, kendaraan umum, kerumunan, dan bila merasa tidak enak badan," ujar Syahril.
"Serta protokol kesehatan yang lain seperti cuci tangan dan menghindari kerumunan. Ini harus tetap kita lakukan dan patuhi sebagai upaya hidup sehat," Syahril menuturkan.
Menurutnya, perilaku hidup bersih, sehat, dan patuh akan prokes merupakan kesadaran dan tanggung jawab bersama.
"Dengan disiplin bersama ini kita semua dapat menjaga diri masing-masing maupun masyarakat hingga kita terhindar bukan hanya dari COVID-19 tapi dari semua penyakit," kata Syahril.
Kelonggaran terkait masker di luar ruangan juga nantinya akan dievaluasi oleh Kemenkes secara berkala untuk mencegah adanya peningkatan kasus COVID-19 yang signifikan.
"Kelonggaran pemakaian masker di luar ruangan terbuka tapi dengan perbatasan akan tetap dievaluasi. Apabila ada peningkatan kasus yang nanti memang ada kaitannya dengan kenaikan BA.4 atau BA.5, maka kita akan lebih memperketat protokol kesehatan," ujar Syahril.
Advertisement
Omicron BA.4 dan BA.5
Berdasarkan data sementara hingga saat ini, Omicron BA.4 dan BA.5 diketahui memiliki tingkat keparahan yang lebih rendah daripada Omicron subvarian sebelumnya.
"Transmisi Omicron BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibandingkan Omicron sebelumnya BA.1 dan BA.2," kata Syahril.
"Tingkat keparahannya disampaikan tidak ada indikasi menyebabkan kesakitan yang lebih parah dibanding dari varian Omicron lainnya. Jadi transmisinya lebih cepat tapi keparahannya tidak separah yang Omicron sebelumnya," tambahnya.
Mulanya, Omicron BA.4 dan BA.5 sendiri terdeteksi di Bali pada satu WNI dan tiga WNA. Ketiga WNA tersebut merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) delegasi pertemuan The Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23-28 Mei 2022.
"Dari kondisi klinis, tiga orang itu tidak bergejala, yang satu orang ringan dengan sakit tenggorokan dan badan pegal. Mereka rata-rata sudah divaksin bahkan ada yang sudah empat kali divaksin," kata Syahril.
Lebih lanjut Syahril mengungkapkan, subvarian BA.4 dan BA.5 memang menyebabkan kenaikan kasus pada beberapa negara di dunia seperti Afrika Selatan, Portugal, dan Chile. Namun di Indonesia sendiri kasus Omicron BA.4 dan BA.5 baru terdeteksi pada empat orang.
Status Masih Terkontrol
Meskipun terjadi kenaikan kasus, Syahril mengungkapkan bahwa positivity rate di Indonesia masih relatif rendah yakni 1,15 persen.
Hal tersebut berpacu pada standar positivity rate yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni sebesar 5 persen.
"Artinya apa? Kita masih dalam keadaan pandemi yang terkontrol kalau dilihat dari positivity rate ini," kata Syahril.
Namun capaian vaksinasi lengkap (dosis satu dan dua) di Indonesia sendiri masih kurang dari standar WHO. Menurut Syahril, hal tersebutlah yang menjadi tugas kedepannya untuk segera dipenuhi.
Capaian vaksinasi dosis lengkap Indonesia saat ini adalah 62,16 persen. Sedangkan target WHO adalah 70 persen untuk dapat disebut mencapai herd immunity.
Begitupun dengan vaksinasi booster yang capaiannya masih rendah. Dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, baru lima diantaranya yang mencapai 30 persen.
"Ini menjadi tugas kita bersama karena vaksinasi ini merupakan upaya kita untuk memberikan kekebalan atau imunitas pada seseorang atau komunitas yang ada di masyarakat kita," ujar Syahril.
Advertisement