Demam dan Kulit Melepuh, 82 Balita di India Terinfeksi Flu Tomat

Perjuangan dunia melawan COVID-19 dan cacar monyet belum usai, kini muncul lagi virus baru yang disebut flu tomat.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 20 Agu 2022, 12:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2022, 12:00 WIB
Potret Anak-Anak di India Jalani Tes COVID-19
Seorang gadis pergi dengan makanan ringan setelah memberikan sampel swab untuk menguji virus corona Covid-19 di dalam sebuah van di New Delhi, India (1/7/2021). Kegiatan ini diselenggarakan oleh Polisi Delhi bekerja sama dengan lab Star Imaging and Path. (AFP/Prakash Singh)

Liputan6.com, Jakarta Perjuangan dunia melawan COVID-19 dan cacar monyet belum usai, kini muncul lagi virus baru yang disebut flu tomat.

Menurut studi Lancet Respiratory Medicine Journal, flu tomat atau tomato flu pertama kali diidentifikasi di India pada 6 Mei. Sejauh ini telah menginfeksi 82 ​​anak. Semua anak yang terinfeksi berusia di bawah 5 tahun.

Selanjutnya ada pula 26 anak hingga usia 10 tahun diduga menderita kasus flu tomat. Flu ini dinamai demikian lantaran menyebabkan lepuh atau bintik-bintik merah seperti tomat yang muncul di kulit. Virus baru ini datang dengan disertai demam dan nyeri sendi.

“Sama seperti kita menghadapi kemungkinan munculnya gelombang keempat COVID-19, virus baru yang dikenal sebagai flu tomat, atau demam tomat, telah muncul di India di negara bagian Kerala pada anak-anak di bawah 5 tahun,” Lancet melaporkan seperti mengutip New York Post, Sabtu (20/8/2022).

“Infeksi virus yang langka berada dalam keadaan endemik dan dianggap tidak mengancam jiwa. Namun, karena pengalaman mengerikan dari pandemi COVID-19, diperlukan manajemen yang waspada untuk mencegah wabah lebih lanjut.”

Virus sejauh ini telah terdeteksi di distrik Kollam di Kerala, India, dan daerah terdekat di Anchal, Aryankavu dan Neduvathur.

“Anak-anak berada pada peningkatan risiko terkena flu tomat karena infeksi virus umum terjadi pada kelompok usia ini dan penyebarannya kemungkinan melalui kontak dekat,” tambah laporan Lancet.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Segera Cegah

Petugas medis mengatakan infeksi ini sangat menular. Saat ini tidak ada obat untuk melawannya. Infeksi ini juga memiliki kemiripan dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and mouth disease/HFMD). 

“Mengingat kesamaan dengan penyakit tangan, kaki dan mulut, jika wabah flu tomat pada anak-anak tidak dikendalikan dan dicegah, penularan dapat menyebabkan konsekuensi serius dengan menyebar pada orang dewasa juga,” tambah studi tersebut.

Selain bintik-bintik merah, gejala lain yang dilaporkan termasuk muntah, diare, dehidrasi dan nyeri tubuh. Beberapa kasus, meskipun sangat sedikit, melaporkan perubahan warna anggota badan.

“Ini bukan penyakit fatal, tetapi menular dan dapat menyebar dari orang ke orang, meskipun cara penyebaran sebenarnya masih dipelajari,” kata Dr. Subhash Chandra, asisten profesor Penyakit Dalam di Rumah Sakit Amrita.

“Pasien yang mengalami flu tomat harus minum banyak cairan dan beristirahat di tempat tidur, seperti yang juga disarankan untuk demam virus lainnya, untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi dan cukup istirahat.”

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Isolasi 5 hingga 7 Hari

Petugas medis mengatakan semua pasien harus diisolasi selama lima sampai tujuh hari sejak timbulnya gejala dan disuruh istirahat, minum banyak cairan, dan minum parasetamol.

Spons yang dicelupkan ke dalam air hangat dapat dioleskan untuk membatasi iritasi akibat ruam, saran mereka.

Anak-anak kecil rentan tertular infeksi ini melalui penggunaan popok, menyentuh permukaan yang tidak bersih, serta memasukkan barang-barang langsung ke mulut.

Para ahli belum tahu pasti terkait flu tomat. Meskipun beberapa gejala seperti demam, kelelahan, dan nyeri mirip dengan COVID-19, tapi kedua virus ini tidak berkaitan.

Para petugas medis percaya virus itu bisa menjadi varian baru dari penyakit tangan, kaki dan mulut. Namun, mereka mencatat bahwa gejalanya juga bisa menjadi efek samping dari demam berdarah atau chikungunya - penyakit yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk yang terinfeksi.

Namun, 82 anak yang didiagnosis demam tomat sudah dites dan hasilnya negatif untuk demam berdarah, chikungunya, virus zika, virus varicella-zoster, dan herpes.

Pulih dalam Satu atau Dua Minggu

Departemen Kesehatan Kerala sedang memantau penyebaran dan telah membuat negara bagian tetangga, Tamil Nadu, langsung di timur, dan Karnataka, di utara Kerla, dalam keadaan siaga.

Para ahli dari L.M. College of Pharmacy di Gujarat, India utara, dan Universitas Victoria di Melbourne, Australia, mencatat bahwa virus tersebut tidak mengancam jiwa.

Semua penderita yang diketahui telah pulih secara alami dalam waktu satu atau dua minggu seperti dilansir dari Daily Mail.

Sebelum flu tomat, dunia sudah lebih dulu digemparkan dengan COVID-19, cacar monyet, dan virus Langya.

Lebih dari 35.000 kasus cacar monyet telah dilaporkan di seluruh dunia, 3.195 di antaranya di Inggris dan 14.115 di AS.

Peluncuran vaksin sedang berlangsung di seluruh dunia dalam upaya untuk membendung penyebaran virus penyebab ruam, yang terutama terdeteksi di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.

Sementara itu, virus Langya, yang menyebabkan gejala mirip flu ringan, telah terdeteksi di antara 35 orang di China, yang awalnya memicu kekhawatiran akan terulangnya pandemi 2020.

Tetapi para ilmuwan terkemuka sejak itu meyakinkan publik bahwa itu tidak seperti COVID, karena tidak menyebar dengan cepat pada manusia.

Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis 6 Tips Bantu Anak Terbiasa Pakai Masker Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya