Liputan6.com, Jakarta - Seorang peserta lomba lari di ajang Balikpapan Open 2022 meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung. Sementara beberapa peserta lainnya mengalami sesak napas dan perlu mendapat penanganan medis.
Dalam video amatir yang beredar di media sosial, terlihat peserta tersebut tergeletak tak sadarkan diri di depan kantor Dinas Kesehatan Kota Balikpapan di tengah pertandingan.
Baca Juga
Meski beberapa orang dan tim medis berupaya memberi pertolongan, tapi korban meninggal dunia saat menuju rumah sakit.
Advertisement
Korban diketahui bernama Muhammad Jufri asal Kota Samarinda. Ia bukan orang baru di dunia olahraga lari dan tergolong dalam kategori veteran.
Korban kemudian dimakamkan setelah sebelumnya dinyatakan mengalami serangan jantung.
Terkait kejadian ini, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Heartology Cardiovascular Center, Brawijaya Hospital Saharjo, Faris Basalamah mengimbau para pelari dan orang-orang yang aktif berolahraga untuk rutin melakukan pengecekan kesehatan jantung.
"Sebaiknya rutin melakukan medical check up untuk memastikan kondisi jantungnya. Apalagi bagi yang sebelumnya memang tidak terbiasa olahraga kemudian baru-baru ini mulai aktif olahraga," kata Faris melalui pesan suara kepada Health Liputan6.com pada Rabu, 7 September 2022.
Ia menggarisbawahi bahwa pengecekan kesehatan jantung juga amat penting bagi orang-orang yang memang sebelumnya sempat mengalami masalah jantung.
"Mungkin sekarang sudah merasa oke dan kuat, tapi tetap ada faktor-faktor risiko yang ada dalam diri yang bisa kembali menimbulkan masalah di jantung. Mungkin sudah merasa oke dan bagus tapi sebetulnya proses kelainan jantungnya masih berlangsung," katanya.
Jika kondisi seperti ini dipacu dengan kegiatan yang ekstrem maka bisa berakhir dengan gagal jantung.
Usia Muda Juga Perlu Waspada
Pengecekan kesehatan jantung yang rutin baik dilakukan oleh kelompok usia di atas 40. Meski begitu, kata Faris, kelompok usia muda tak berarti aman dari risiko masalah jantung saat olahraga.
"Kalau yang di atas 40 tahun mungkin arahnya ke serangan jantung atau koroner. Kalau pada usia muda ada potensi-potensi yang bisa menyebabkan gangguan irama jantung. Tentu saja ini diperlukan skrining pada orang yang suka melakukan olahraga dengan intensitas tinggi," ujarnya.
Skrining jantung dilakukan guna memastikan bahwa tubuh tak memiliki kelainan-kelainan jantung atau aritmia.
Faris juga menyinggung soal pemain bola Christian Eriksen. Eks pemain Tottenham Hotspur sempat mengalami serangan jantung dan terkapar di lapangan.
Eriksen tak sadarkan diri dalam laga Denmark versus Finlandia di Parken Stadium pada Sabtu, 12 Juni 2021.
Jantung Eriksen sempat berhenti setelah jatuh ke tanah saat akan menyambut lemparan ke dalam.
Beruntung, Eriksen cepat mendapatkan pertolongan pertama berupa CPR atau resusitasi jantung paru dari tim medis.
Setelah menjalani pemulihan selama beberapa bulan, Eriksen mulai berlatih untuk mengembalikan kondisi fisik, seperti melansir Bola Liputan6.com.
Advertisement
Kasus Lainnya
Kasus meninggalnya atlet atau pegiat olahraga saat berolahraga bukan kali pertama terjadi.
Sebelumnya, pemain sepak bola legendaris Indonesia, Ricky Yacobi, dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung saat bermain bola di Lapangan A Senayan, Jakarta, pada Sabtu pagi, 21 November 2020.
Kabar ini membawa luka mendalam bagi Timnas Indonesia dan pecinta sepak bola.
Serangan jantung sering disebut sebagai faktor meninggalnya orang ketika berolahraga.
Serangan jantung sendiri berbeda dengan henti jantung. Menurut dokter spesialis jantung di Siloam Hospitals Lippo Village, Vito Anggarino Damay, henti jantung disebabkan oleh berbagai hal salah satunya serangan jantung. Dengan kata lain, serangan jantung bisa berakibat henti jantung.
"Henti jantung ketika jantung berhenti memompa jantung. Serangan jantung ketika terjadi sumbatan mendadak pada pembuluh darah koroner yang seharusnya memberi makan otot jantung agar kuat memompa jantung," ujar Vito kepada Health Liputan6.com melalui pesan singkat.
Vito, menambahkan, serangan jantung belum tentu henti jantung. Kadang, walau pasien selamat dari henti jantung tapi setelah serangan jantung pasien jadi lemah jantung atau mengalami jantung bengkak.
Pertolongan Cepat Saat Terjadi Masalah Jantung
Dilihat dari gambar yang diterima Liputan6.com pada saat itu, Ricky Yacobi tampak tak sadarkan diri sambil diberi pertolongan CPR.
Menurut Vito, CPR perlu dilakukan saat terjadi henti jantung atau saat terjadi serangan jantung yang menyebabkan henti jantung.
Sedang, pertolongan yang paling tepat dalam kondisi Ricky di tempat kejadian perkara adalah pemberian CPR dan panggil ambulans.
"Jadi tidak terputus terlalu lama CPR-nya ketika sedang dibawa ke RS," kata Vito.
Faktor yang dapat menyebabkan kondisi serupa adalah penyakit jantung yang mendasari dan tidak diketahui atau tidak diduga oleh pasien.
"Kadang pasien merasa fit dan bugar jadi tidak mau periksa atau takut ketahuan sakitnya apa, jadi tidak mau periksa," ujarnya.
Bagi masyarakat usia di atas 35 tahun, henti jantung kebanyakan dikarenakan jantung koroner atau serangan jantung.
Maka dari itu, kata Vito,"Perhatikan kapasitas jantung yang jadi modal awal kita. Seperti mobil dan motor yang kalau mau ke luar kota pastinya dicek dulu kelengkapannya.".
"Apalagi usia di atas 40 tahun di mana lebih sering terjadi kasus henti jantung pada atlet dan diakibatkan jantung koroner yang sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya diketahui lebih awal," Vito menekankan.
Â
Advertisement