Liputan6.com, Jakarta - Mendapatkan pekerjaan impian adalah hal membahagiakan bagi setiap orang. Pada dasarnya, setiap individu memiliki pekerjaan impian yang berbeda.
Mulai dari dokter, polisi, seniman, dan pekerjaan populer lainnya. Namun, di Jepang ada cerita unik yang datang dari seorang pria dengan pekerjaan impian yang tak biasa.
Baca Juga
Bagaimana tidak, pekerjaan impian dari pria Jepang bernama Shoji Morimoto adalah diam dan tak melakukan apapun tapi tetap mendapat bayaran.
Advertisement
Ajaibnya, Shoji bisa menemukan dan tengah menjalani pekerjaan tersebut dengan penghasilan yang tak sedikit. Ia benar-benar dibayar untuk “tidak melakukan apa-apa.”
Mantan pekerja perusahaan penerbitan itu menyewakan dirinya hanya untuk menemani orang-orang yang kesepian.
Pria usia 38 ini mengatakan dia memasang tarif pada kliennya sekitar $71 atau setara Rp1 juta hanya untuk duduk satu meja dengan kliennya. Dalam satu hari, ia bisa mendapat tiga pesanan. Tak tanggung-tanggung, selama 4 tahun terakhir ia mendapat sekitar 4.000 pesanan.
Dari pekerjaan ini, ia mampu menghasilkan cukup uang untuk menghidupi istri dan anaknya.
“Pada dasarnya, saya menyewakan diri saya sendiri,” katanya. “Pekerjaan saya adalah berada di mana pun klien saya menginginkan saya dan tidak melakukan apa pun secara khusus,” ujar Shoji mengutip New York Post, Rabu (7/9/2022).
Selama menjalani pekerjaan ini, Shoji Morimoto sempat diminta menemani klien bermain jungkat-jungkit di taman kota serta hal sederhana lainnya.
Testimoni Klien
Salah satu kliennya, Aruna Chida, seorang analis data berusia 27 mengatakan bahwa jasa Shoji dibutuhkan untuk menemaninya makan di restoran.
Perempuan keturunan India itu khawatir baju sari India yang ia kenakan akan menarik perhatian orang-orang dan membuat teman-temannya terganggu. Di sisi lain, jika ia makan di restoran bersama teman-temannya, maka ia harus banyak mengobrol dan menghibur teman-temannya tersebut.
Sedangkan, jika menggunakan jasa Shoji, ia tak perlu khawatir dengan apa yang ia kenakan dan tak perlu memikirkan topik pembicaraan apa yang harus diobrolkan.
Biaya penyewaan Shoji yang setara dengan 10.000 yen atau Rp 1 juta lebih adalah satu-satunya sumber pendapatannya. Sebelum COVID-19 dia menghasilkan hampir $300 atau sekitar Rp4,4 juta sehari.
Dia mengatakan, pertama kali mendapatkan ide itu setelah berulang kali dicaci karena dianggap tidak melakukan apa-apa sambil menjalani pekerjaan penerbitannya yang lebih tradisional.
"Saya mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika saya memanfaatkan kemampuan saya untuk tidak melakukan apa pun sebagai layanan kepada klien.”
Advertisement
Memiliki Batasan
Pekerjaan unik yang dijalani Shoji mendapat tanggapan baik dari klien-klien yang memang membutuhkan.
"Orang-orang cenderung berpikir bahwa 'doing nothing' saya berharga karena berguna bagi orang lain."
"Tapi tidak apa-apa untuk benar-benar tidak melakukan apa-apa," tambahnya. "Orang tidak harus berguna dengan cara tertentu."
Meski pekerjaannya banyak mempertemukannya dengan orang baru, termasuk para gadis, ia memiliki batasan.
Shoji tidak akan menerima permintaan seksual apa pun. Selain permintaan seksual, ia juga akan menolak pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang ia tawarkan, misalnya memindahkan lemari es dan permintaan perjalanan ke Kamboja.
Shoji bukan satu-satunya orang Jepang yang menjalani pekerjaan aneh.
Pekerjaan Aneh Lainnya
Pekerjaan aneh lainnya yang ada di Jepang adalah:
- Penguji Makanan Anjing
Penguji makanan anjing bekerja untuk mencicipi berbagai makanan anjing untuk memastikan makanan itu baik dan cocok untuk anjing.
Penguji makanan anjing di Jepang diperkirakan dapat meraih upah sebesar 10.000 hingga 20.000 yen atau Rp 1 hingga 2 juta lebih dalam sehari seperti melansir Japan Today.
- Spesialis Bau Tak Sedap
Spesialis bau tak sedap atau Bad Smell Specialist dikenal secara resmi sebagai Operator Pengukuran Penciuman. Pekerjaan ini sebenarnya membutuhkan sertifikasi nasional.
Jepang adalah salah satu dari sedikit negara yang memiliki undang-undang yang mengatur bau di lingkungan. Ini dikenal sebagai Hukum Pengendalian Bau Ofensif.
Operator bau harus menemukan sumber bau tidak sedap dan membantu memastikan batas bau untuk melindungi penduduk. Saat ini, ada lebih dari 2.000 Operator Pengukuran Penciuman di Jepang.
Penghasilan yang Diharapkan: 2,5 juta yen hingga 5 juta yen atau Rp250 hingga 500 juta per bulan.
Advertisement