Liputan6.com, Jakarta Data harian sebaran COVID-19 per Sabtu 17 September 2022 pukul 12.00 WIB menunjukkan penambahan kasus positif baru sebanyak 2.079.
Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif COVID-19 di Tanah Air menjadi 6.407.123 terhitung sejak Maret 2020.
Baca Juga
Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 2.681 sehingga akumulasinya menjadi 6.221.389.
Advertisement
Sayangnya, kasus meninggal juga terus mengalami penambahan meski tak setinggi hari sebelumnya. Di hari sebelumnya penambahan kasus meninggal sebanyak 27. Sedangkan, hari ini penambahannya 8 kasus sehingga akumulasinya menjadi 157.884.
Di sisi lain, kasus aktif mengalami penurunan sebanyak 610 sehingga akumulasinya menjadi 27.650.
Data juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 53.122 dan suspek sebanyak 3.924.
5 Provinsi Penyumbang Kasus Baru Terbanyak
Laporan dalam bentuk tabel turut merinci penambahan kasus terbanyak di 5 provinsi. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah.
- DKI Jakarta hari ini melaporkan 893 kasus positif baru dan 1.596 orang dinyatakan sembuh. Menjadikannya provinsi dengan penambahan kasus baru terbanyak di Indonesia.
- Jawa Barat menyusul dengan 375 kasus positif baru dan 196 orang sembuh dari COVID-19.
- Jawa Timur di peringkat ketiga dengan 188 kasus konfirmasi baru dan 208 orang telah dinyatakan sembuh.
- Banten 183 kasus positif baru dan 175 orang sembuh dari COVID-19.
- Jawa Tengah 112 kasus baru dan 74 orang telah sembuh.
Provinsi lain menunjukkan penambahan kasus baru di angka satuan hingga puluhan. Namun, masih ada beberapa provinsi tanpa penambahan kasus baru sama sekali. Provinsi-provinsi itu adalah Maluku Utara, Sulawesi Barat, Gorontalo, dan Aceh.
Laporan Sebelumnya
Di hari sebelumnya, yakni pada Jumat 16 September 2022 penambahan kasus positif tercatat sebanyak 2.358.
Angka ini turut menambah akumulasi kasus positif COVID-19 di Indonesia menjadi 6.405.044.
Penambahan juga terjadi pada kasus sembuh sebanyak 2.997 sehingga akumulasinya menjadi 6.218.708.
Penambahan signifikan terlihat pada kasus meninggal. Ada 27 pasien yang meninggal dunia akibat COVID-19 sehingga akumulasinya menjadi 157.876.
Provinsi dengan kasus meninggal terbanyak adalah Kepulauan Riau yang melaporkan 8 orang wafat. Diikuti Jawa Tengah dengan 4 kematian.
Sedangkan, kasus aktif mengalami penurunan sebanyak 666 sehingga akumulasinya menjadi 28.460.
Data juga menunjukkan jumlah spesimen sebanyak 63.122 dan suspek sebanyak 4.497.
Laporan dalam bentuk tabel turut merinci penambahan kasus baru terbanyak di 5 provinsi. Kelima provinsi itu adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah.
- DKI Jakarta melaporkan 1.021 kasus positif baru dan 1.337 pasien sembuh.
- Jawa Barat 438 kasus baru dan 608 orang telah sembuh dari COVID-19.
- Jawa Timur di peringkat ketiga dengan 233 kasus positif baru dan 247 orang sembuh.
- Banten 230 kasus baru dan 236 orang sembuh dari COVID-19.
- Jawa Tengah 91 kasus konfirmasi baru dan 78 orang sembuh.
Data Satgas COVID-19 juga menunjukkan capaian vaksinasi per 16 September. Angka vaksinasi naik baik pada dosis pertama, kedua, booster pertama, dan booster kedua.
- Vaksinasi pertama bertambah 35.909
- Vaksinasi kedua 36.661 suntikan baru
- Vaksinasi booster pertama bertambah 169.411
- Vaksinasi booster kedua atau suntikan keempat bertambah 14.537.
Advertisement
Selain COVID-19
Selain COVID-19, Indonesia dan dunia kini tengah dihadapkan dengan kasus hepatitis akut.
Setelah sempat menghilang dari pemberitaan, kasus hepatitis akut mulai kembali ke permukaan dengan laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI).
Juru Bicara Kemenkes RI, dr Mohammad Syahril mengatakan Kemenkes telah memeriksa 91 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia. Dari jumlah tersebut 35 di antaranya probable, 7 pending, 49 discarded.
"Kasus hepatitis akut ini tersebar di 22 provinsi. Jadi, tidak semua provinsi ada kasus hepatitisnya," ujar Syahril dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 16 September 2022 di Jakarta.
Dari 22 provinsi ini kasus terbanyak berasal dari:
- DKI Jakarta dengan 12 kasus probable dan tiga kasus pending.
- Daerah Istimewa Yogyakarta melaporkan tiga kasus probable dan nol kasus pending.
- Jawa Tengah dua kasus probable hepatitis akut dan dua kasus pending.
Status pasien dari 35 probable dan tujuh pending paling banyak jenis kelamin laki-laki umur nol sampai lima tahun.
Dari 35 probabel yang telah diperiksa dan dikaji oleh komite ahli, diketahui bahwa patogen yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah Epstein-Barr Virus (EBV).
Ini terdeteksi pada enam dari 29 pasien yang diperiksa. Lalu diikuti Cytomegalovirus (CMV) dan Torque Teno Virus yang terdeteksi pada lima dari 29 pasien yang diperiksa.
Berdasarkan hasil PCR dan metagenomik, lima dari 29 pasien probable terdeteksi virus dari famili herpesviridae (CMV, HSV1, HHV-6A, HHV1, EBV).
Gejala yang Dialami
Syahril juga mengungkap gejala yang dialami pasien dicurigai hepatitis akut. Gejala-gejala itu meliputi demam, kuning, dan mual.
"Gambaran gejala klinis 35 kasus probable itu terbanyak adalah demam, kuning, mual, muntah, hilang nafsu makan," kata Syahril.
Guna menangani kasus hepatitis akut, Syahril mengatakan bahwa kapasitas laboratorium telah ditambah. Hingga kini, Kementerian Kesehatan sudah mempunyai 33 laboratorium yang memiliki kemampuan pemeriksaan hepatitis.
"Sudah ada 33 laboratorium yang semula ada dua. Sudah dilakukan pelatihan dan sudah melakukan pemeriksaan," ujar Syahril.
Dalam keterangan yang diunggah laman Sehat Negeriku, dokter spesialis kesehatan anak, Prof Hanifah Oswari mengatakan bahwa kasus hepatitis tetap ada tapi tidak sebanyak seperti awal kasus. Saat ini masih ada tujuh kasus hepatitis yang belum dibahas.
"Perkembangan dari Hepatitis ini kita belum mengetahui penyebabnya. Memang tetap ada terus-menerus tetapi tidak sebanyak di awal-awal kita ketemu," katanya.
"Jadi sekarang ini tetap masih ada tujuh yang belum kami bicarakan. Meskipun tidak banyak tetapi kasusnya masih ada. Itu yang perlu kita perhatikan, perlu tetap waspada tetapi tingkat kewaspadaannya tidak seperti yang di awal-awal," Hanifah menambahkan.
Advertisement