Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks

Kanker serviks adalah penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papillomavirus) yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual pada usia produktif.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 27 Sep 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2022, 21:00 WIB
Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks. Foto: Freepik
Perdarahan Setelah Hubungan Seksual Bisa Jadi Tanda Kanker Serviks. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta Kanker serviks adalah penyakit yang menyerang organ reproduksi wanita. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HPV (Human Papillomavirus) yang bisa ditularkan melalui hubungan seksual pada usia produktif.

Kanker ini biasanya ditandai dengan gejala perdarahan di luar siklus menstruasi.

“Biasanya gejala itu akan muncul kalau kanker sudah berada di stadium yang lebih lanjut atau sudah sedikit lebih tinggi,” ujar Medical & Pharmacovigilance Senior Manager PT Kalbe Farma Tbk, dr. Hastarita Lawrenti, mengutip keterangan pers yang diterima Selasa (27/9/2022).

Rita menjelaskan bahwa gejala lain kanker serviks termasuk terjadinya pendarahan setelah berhubungan seksual, bagi mereka yang sudah menikah.

“Bisa juga dengan nyeri saat berhubungan seksual, atau keluarnya cairan menyerupai keputihan tetapi berbau dan dalam jumlah besar. Bahkan, bisa bergejala nyeri di punggung bagian belakang.”

Kabar baiknya, kanker ini bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat. Sebab, secara teori, kanker yang disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) hanya sekitar 5-10 persen. Persentase sisanya adalah faktor gaya hidup atau lifestyle.

Pencegahan kanker serviks secara keseluruhan atau komprehensif dibagi menjadi tiga yakni pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

- Pencegahan Primer

Pencegahan ini dilakukan dalam keadaan masih sehat. Pencegahan primer dilakukan dengan mendapat vaksinasi HPV. Ini disertai dengan melakukan beberapa gaya hidup sehat, misalnya menghindari berhubungan seksual pada usia yang muda.

“Kemudian, membatasi partner seksual, karena penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak pasangan seksual maka risiko untuk terkena infeksi HPV itu juga semakin besar,” tambahnya.

Lakukan Praktik Seksual yang Aman

Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan melakukan praktik seksual yang aman jika sudah menikah, lanjut Rita.

Hal lain yang juga perlu dilakukan ialah menghindari berhubungan seksual dengan orang-orang yang terinfeksi. Misalnya orang dengan kutil di kelamin.

Tak lupa, konsumsi rokok harus dihentikan sebagai pelengkap pencegahan primer kanker serviks.

- Pencegahan Sekunder

Sedangkan pencegahan sekundernya adalah melakukan skrining teratur bagi mereka yang sudah aktif secara seksual, terutama mereka yang sudah menikah.

“Apabila hasil pemeriksaan menyatakan terdeteksi kanker, segera lah menjalankan pengobatan dan perawatan oleh dokter. Hal ini dapat mengontrol penyebaran sel kanker agar tidak meluas.”

- Pencegahan Tersier.

Ketiga yakni pencegahan tersier, pencegahan ini dilakukan pada orang yang sudah dinyatakan sakit kanker serviks untuk mengurangi penyebaran dari sel kanker.

Pencegahan ini dilakukan dengan kemoterapi, pembedahan, hingga penyinaran atau radiasi.

“Kanker adalah penyakit yang mohon maaf tidak bisa disembuhkan, tetapi kanker itu penyebarannya, pertumbuhan dari sel kankernya, itu bisa dikontrol. Maka, kalau sudah tervonis, ikutilah jadwal pengobatan yang sudah dibuat oleh dokter,” kata Rita.

Bisa Dicegah

Kanker serviks menjadi salah satu kanker dengan pasien terbanyak di Indonesia. Tingginya angka kanker serviks pada perempuan Indonesia menimbulkan berbagai pertanyaan. Pasalnya, di negara lain kanker ini angkanya rendah karena pada dasarnya kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi.

Proporsi kasus kanker pada semua penduduk baik laki-laki dan perempuan di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta pada 2018 menunjukkan kanker payudara menduduki peringkat pertama dengan 19,18 persen diikuti kanker serviks 10,69 persen.

Menurut Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo, SpOG. tingkat kejadian kanker serviks di negara lain jarang masuk di peringkat 5 besar.

“Di negara dan benua lain kanker serviks tidak populer dalam arti tidak menduduki rangking (5 besar) karena sedikit kasusnya dan karena kanker ini adalah kanker yang bisa dicegah,” ujar Hasto dalam seminar daring BKKBN, Rabu (24/2/2021).

“Anehnya, di negara kita ini yang bisa dicegah belum bisa dicegah,” tambahnya.

Pembunuh Perempuan Nomor 1 di Indonesia

Kanker yang terjadi pada leher rahim (kanker leher rahim) ini disebut sebagai pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia. Pasalnya, diperkirakan 20 perempuan meninggal setiap harinya karena kanker serviks.

Tingginya angka kanker serviks di Indonesia diakibatkan kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terutama perempuan dalam memeriksa kondisi kesehatannya sendiri, kata Hasto.

Padahal, kanker ini dapat dicegah dengan vaksinasi HPV. Sebelumnya, dalam acara yang sama dokter kandungan dari Siloam Hospitals Asri, Achmad Mediana mengatakan bahwa vaksinasi adalah pencegahan primer kanker serviks.

“Kanker serviks itu satu-satunya kanker yang ketahuan penyebabnya sehingga bisa dibikin vaksin. Luar biasa yang menemukan vaksin kanker serviks ini, kan rata-rata kanker penyebabnya enggak jelas. Tapi kanker ini terdeteksi penyebabnya HPV nomor tipe 16 dan 18.”

Vaksinasi kanker serviks dapat dilakukan 3 kali, tapi kalau umur penerimanya 10 sampai 14 tahun maka diberikannya 2 kali.

“Umur yang dianjurkan (menerima vaksin) antara 10 sampai 55 tahun. Misal, dosis pertama diberikan 1 Januari, dosis kedua 1 Februari, dan dosis ketiganya 1 Juli atau di bulan ke 0, 1, dan 6.”

Pemberian vaksin ini tidak perlu diulang karena 3 dosis yang diberikan adalah untuk seumur hidup, pungkasnya.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya