Tak Harus Selalu Minum Obat Sirup, Begini Atasi Demam pada Anak

Kasus gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) diduga kuat akibat senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirup anak.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 09 Nov 2022, 15:00 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2022, 15:00 WIB
Anak Demam
Ilustrasi anak demam/credit: Freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Kasus gangguan ginjal akut atau acute kidney injury (AKI) diduga kuat akibat senyawa etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG) dalam obat sirup anak.

Hal ini memicu pemerintah melakukan pelarangan sementara pada penjualan obat sirup. Namun, sebagian orangtua mengeluh dengan pelarangan ini.

Contohnya seorang warganet yang menceritakan bahwa anaknya terserang demam. Biasanya, ia memberikan obat sirup kepada buah hatinya dan demam pun turun dalam waktu satu hari. Namun kini, demam anaknya sulit turun karena tidak diberi obat sirup dan menurutnya obat serbuk tidak mempan menurunkan demam.

Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19 Reisa Broto Asmoro pun memberi tanggapan. Menurutnya, orangtua perlu memahami terlebih dahulu bahwa demam adalah salah satu gejala atau respons tubuh terhadap infeksi.

“Jadi, tubuh sedang berperang melawan kuman-kuman yang masuk ke dalam tubuh. Jadi sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir, kalau demamnya terlalu tinggi barulah harus dikonsultasikan atau langsung dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat,” kata Reisa dalam dalam Siaran Sehat, Senin (7/11/2022).

Namun, jika demamnya biasa maka tidak perlu langsung diturunkan kecuali ada riwayat kejang demam sebelumnya. Jika tidak ada riwayat kejang, orangtua tidak perlu panik dan lakukan beberapa langkah sederhana.

“Pertama, pastikan anak mendapat cairan yang cukup, ketika demam dia harus banyak cairan. Kalau enggak kuat minum sebenarnya bisa dikombinasikan dari makanan yang bentuknya sup atau jus dan lain-lain.”

Cairan yang masuk ke dalam tubuh bisa meredakan demam dan menghindari dehidrasi.

Lakukan Kompres

Reisa Broto Asmoro
Juru Bicara Satgas COVID-19 Reisa Broto Asmoro meminta kita tetap disiplin protokol kesehatan di mana pun dan kapanpun saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (12/10/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr)

Setelah memastikan kebutuhan cairan anak terpenuhi, maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah kompres.

“Kompres yang digunakan pakainya air hangat, jadi jangan dingin atau air es ya. Pakai kompres air hangat di dahi, di lipat ketiak, di lipatan pangkal paha.”

Anak juga perlu dipakaikan pakaian yang nyaman, tipis, tidak terlalu ketat dan terlalu tebal. Hal ini perlu diperhatikan agar suhu tidak kembali naik.

“Terus usahakan suhu ruangannya pun yang nyaman untuk anak-anak. Jangan terlalu panas dan jangan terlalu dingin. Kalau anaknya masih balita bisa skin to skin contact jadi sama orangtuanya bisa dipeluk supaya lebih nyaman.”

Jika Tak Kunjung Turun

Ilustrasi anak demam pixabay
Ilustrasi anak demam pixabay

Jika berbagai cara di atas sudah dilakukan tapi demam tak kunjung turun dan ada keluhan lain yang lebih berat, maka perlu konsultasi dengan dokter.

“Sampai saat ini memang banyak obat sirup yang belum diperbolehkan, nah mana yang sudah boleh dan mana yang tidak saya harap orangtua segera update. Di situs Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah ada dan Kementerian Kesehatan juga selalu update.”

“Kita sebagai orangtua harus tanggap, kita harus paham mana yang sudah boleh diberikan dan mana yang tidak,” katanya.

Reisa pun menanggapi soal obat serbuk yang tidak mempan. Menurutnya, obat serbuk atau puyer sebetulnya sama saja dengan obat sirup. Hanya saja, obat sirup diberi pengencer sedangkan yang serbuk tidak.

“Jadi sebenarnya dosisnya sama, kenapa enggak kunjung turun nah ini yang harus diperhatikan. Konsultasi lagi ke dokternya apakah ini memang perjalanan penyakitnya demikian atau memang sudah dibutuhkan tambahan obat yang lain atau dosisnya kurang tepat dan sebagainya.

Upaya Konservatif

Siti Nadia Tarmidzi
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmidzi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (4/1/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Siti Nadia Tarmizi juga menjawab pertanyaan warganet tersebut.

Menurutnya, ini adalah upaya konservatif pemerintah agar tak ada lagi anak yang mengidap gangguan ginjal akut.

“Upaya kita menghentikan sementara penggunaan obat sirup maupun cairan ini adalah tentunya agar jangan ada lagi anak-anak kita yang mendapat sakit gangguan ginjal akut,” kata Nadia.

“Ini adalah cara konservatif kita untuk menyelamatkan anak-anak balita kita terutama.”

Upaya ini pun membuahkan hasil yang baik, lanjut Nadia, sejak pelarangan obat sirup dicanangkan, kasus gangguan ginjal akut pun turun dengan drastis.

“Kita sudah lihat bahwa sejak kita menghentikan penggunaan obat sirup ini, kasus baru turun sangat drastis. Bahkan target kita kalau bisa jangan ada kasus baru lagi dan jangan ada kematian," katanya.

Infografis Keracunan Obat Biang Kerok Kasus Gagal Ginjal Akut Anak
Infografis Keracunan Obat Biang Kerok Kasus Gagal Ginjal Akut Anak (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya