Bukan Hanya Manusia, Tikus Juga Bisa Ikuti Alunan Musik

Bukan hanya manusia, ternyata tikus juga bisa menikmati alunan musik, lho. Penelitian ini menunjukkan tikus menggerakkan kepalanya mengikuti irama musik.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Nov 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2022, 13:00 WIB
Tikus - Vania
Ilustrasi Tikus/https://unsplash.com/Joshua J. Cotten

Liputan6.com, Jakarta - Tidak harus di konser, mendengarkan musik sendirian di rumah bisa membuat Anda jingkrak-jingkrak sambil menyentakkan kepala ke atas dan bawah.

Bukan hal yang mengejutkan jika Anda sebagai manusia mampu menikmati irama musik yang mengalun melalui telinga.

Akan tetapi, ternyata bukan hanya manusia, bahkan tikus pun dapat mengikuti alunan musik.

Para ilmuwan menemukan bahwa tikus mampu merasakan irama musik dan menggerakkan kepalanya mengikuti irama–hal yang sebelumnya dianggap hanya terjadi pada manusia, menurut situs New York Post.

Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science Advances, para peneliti di Universitas Tokyo memainkan musik untuk 10 tikus yang dilengkapi dengan akselerometer mini yang dapat mengukur gerakan kepala sekecil apa pun. Studi ini juga melibatkan 20 manusia yang mengenakan akselerometer pada headphone. 

Potngan satu menit dari Sonata for Two Pianos in D Major K. 448 Mozart dimainkan dengan empat tempo kecepatan asli yaitu 75 persen, 100 persen, 200 persen, dan 400 persen.

Versi aslinya adalah 132 ketukan per menit (bpm) dan para peneliti menemukan tikus menemukan tempo paling jelas dalam kisaran 120 hingga 140 bpm.

Setelah berhasil dengan Mozart, tikus diajak menikmati alunan musik lainnya yang meliputi "Born This Way" oleh Lady Gaga, "Another One Bites the Dust" oleh Queen, "Beat It" oleh Michael Jackson dan "Sugar" oleh Maroon 5.

Studi ini menemukan bahwa tikus dan manusia memiliki sinkronisasi irama terbaik dalam kisaran 120 hingga 140 ketukan per menit.

Para ilmuwan dalam percobaan itu mencari tahu apakah hewan kecil seperti tikus lebih suka ketukan yang lebih cepat daripada manusia, berpikir itu akan berkorelasi dengan faktor fisik seperti detak jantung serta ukuran tubuh.

Namun, penelitian ini menemukan bahwa tikus lebih suka irama mendekati 120 ketukan per menit, mirip dengan manusia.

Kemampuan Bawaan

ilustrasi tikus
Ilustrasi mimpi tikus/Copyright unsplash.com/Kanashi

"Yang ditunjukkan tikus adalah bawaan—yaitu, tanpa pelatihan atau paparan musik sebelumnya—sinkronisasi ketukan paling jelas dalam 120-140 bpm, di mana manusia juga menunjukkan sinkronisasi ketukan yang paling jelas," ucap Associate Professor Hirokazu Takahashi dari University of Tokyo.

Penelitian ini juga menemukan bahwa tikus dan manusia menggerakkan kepalanya bersamaan. Sementara tingkat sentakan kepala menurun ketika musik dipercepat.

"Sejauh yang kami tahu, ini adalah laporan pertama tentang sinkronisasi ketukan bawaan pada hewan yang tidak dicapai melalui pelatihan atau paparan musik," kata Takahashi.

Para peneliti dalam proyek tersebut mengatakan penemuannya terasa seperti wawasan tentang penciptaan musik itu sendiri.

"Selanjutnya, saya ingin mengungkapkan bagaimana sifat musik lain seperti melodi dan harmoni berhubungan dengan dinamika otak. Saya juga tertarik pada bagaimana, mengapa dan mekanisme otak apa yang menciptakan budaya manusia seperti seni rupa, musik, sains, teknologi, dan agama," ujar Takahashi.

"Saya percaya bahwa pertanyaan ini adalah kunci untuk memahami bagaimana otak bekerja dan mengembangkan AI (kecerdasan buatan) generasi berikutnya. Sebagai seorang insinyur, saya juga tertarik pada penggunaan musik untuk kehidupan yang bahagia."

Terapi Musik

Pola Irama
Ilustrasi Mendengarkan Musik Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Tidak hanya asyik untuk didengarkan saja, musik juga bisa dijadikan terapi, lho. Menurut WebMD, terapi musik dapat membantu orang-orang dari segala usia bekerja melewati berbagai masalah. Terapi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan tiap pasien.

Manfaat yang didapatkan dari terapi musik tergantung pada tujuan Anda. Anda harus memulai sesi dengan mengatakan kepada terapis apa keluhan serta dan hal yang ingin ditingkatkan.

Manfaat terapi musik bisa sangat luas dan memengaruhi kesehatan emosional, fisik, dan sosial Anda.

Contoh manfaat terapi musik meliputi:

-Menurunkan perasaan terisolasi, depresi, atau kecemasan

-Meningkatkan ekspresi diri-Meningkatkan kepercayaan diri

-Menurunkan tekanan darah-Meningkatkan kualitas tidur

-Melupakan dan bahkan mengurangi rasa sakit

-Meningkatkan perkembangan motorik

-Meningkatkan keterampilan beradaptasi

-Menurunkan efek demensia

-Meningkatkan keterampilan berkomunikasi

-Meningkatkan peluang untuk berinteraksi positif dengan orang yang dicintai

Tidak ada batas khusus yang ditetapkan untuk terapi musik. Beberapa orang bisa mendapatkan efek yang diinginkan dalam satu sesi. Sementara yang lain perlu bertemu secara rutin dengan terapis musiknya sampai ia merasa bahwa semua tujuannya telah tercapai.

Apa yang Dilakukan Terapis Musik?

Mendengarkan Musik Klasik Melalui Headphone
Ilustrasi Mendengarkan Musik Sambil Bekerja Credit: pexels.com/AndreaPiacquadio

Terapis musik terlibat dengan pasiennya melalui musik. Ia menggunakan proses berinteraksi dengan musik agar tujuan pasien tercapai. Ini dapat melibatkan bermain alat musik, bernyanyi, menari, mendengarkan musik, atau menulis lagu sendiri.

Terapis musik dapat bekerja di rumah sakit, sekolah, atau panti jompo tertentu. Bisa juga membuka praktik pribadi.

Semua terapis musik membutuhkan setidaknya gelar sarjana dan 1,200 jam magang klinis. Untuk bisa mendapat sertifikasi dewan, ia juga harus lulus ujian sertifikasi. Ini membantu memastikan bahwa semua terapis musik memahami standar bidangnya serta batas-batas etika yang diperlukan untuk semua bentuk terapi.

Cara untuk melakukan terapi musik ada banyak. Akan tetapi, umumnya terbagi dalam empat kategori besar yaitu improvisasi rekreatif, komposisi, dan reseptif.

Tidak ada satu pun teknik terapi musik yang tepat untuk semua orang. Tergantung pada apa yang ingin dicapai dengan terapi, terapis Anda dapat memilih untuk menggunakan keempat kategori tersebut.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Delirium, Gejala COVID-19, Gejala Baru COVID-19, Gejala Covid, Gejala Baru Covid
Infografis yang menyebut bahwa delirium merupakan gejala baru dari COVID-19, penyakit yang disebabkan Virus Corona SARS-CoV-2, tersebar di media sosial dan grup WhatsApp. (Sumber: Istimewa)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya