Liputan6.com, Jakarta - Dalam menjalin hubungan, semakin dalam hubungan tersebut, semakin mudah bagi Anda untuk benar-benar terikat dengan pasangan. Bahkan, bergantung pada satu sama lain dengan cara yang tidak sehat. Situasi seperti inilah yang biasa disebut kodependensi oleh pakar.
Jika Anda merasa demikian, tidak perlu khawatir. Hubungan kodependen sering dialami pasangan kekasih.
Baca Juga
Jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia Grup C: Big Match Krusial Timnas Indonesia vs Arab Saudi Malam Ini
Rangking FIFA Timnas Indonesia Melonjak Pesat di Usai Berhasil Tumbangkan Arab Saudi
Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Putaran Final Piala Dunia 2026, Teusuri Regulasi Kualifikasi Zona Asia
Direktur The Intimacy Institute Jenni Skyler, Ph.D. mengungkapkan, sangat mungkin untuk menyelesaikan kodependensi Anda. "Itu bermuara pada pengendalian kecemasan dan bertanggung jawab atas emosinya sendiri," katanya.
Advertisement
Sebelum mempelajari bagaimana cara berhenti menjadi kodependen, mari pahami terlebih dahulu apa itu kodependensi menurut situs Bustle.
Dalam banyak kasus, kodependensi adalah kondisi saat Anda mengambil beban keadaan emosional orang lain, jelas Skyler. "Anda merasa harus menjaga kesejahteraan emosional orang lain," katanya.
Ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan. Dalam kodependensi, salah satu orang cenderung mengorbankan kebutuhannya untuk orang lain, jelas psikologis klinis dan terapis seks sekaligus pendiri Hawaii Center for Sexual and Relationship Health Janet Brito, Ph.D.
"Sebenarnya maksudnya baik sebab Anda seperti, 'Saya ingin membantu Anda. Saya bisa membuat Anda merasa lebih baik,' tetapi ini berakhir dengan seseorang melakukan pengorbanan berlebihan," kata Brito.
Pada dasarnya, jika kebutuhan dan keinginan salah satu orang dalam suatu hubungan menjadi prioritas di atas yang lain, Anda mungkin menemukan diri Anda dalam hubungan kodependen—di mana pun Anda mendarat dalam dinamika itu.
Contoh Perilaku Kodependen
Contoh dari hubungan kodependen yaitu ketika seseorang selalu bertanggung jawab atas perilaku pasangannya, kata Brito.
Misalnya, seseorang bertengkar di sebuah pesta lalu pasangannya membuatkan alasan mengapa ia marah. Pada dasarnya, jika satu orang tidak dapat bertanggung jawab atas tindakan dan perasaannya sendiri, itu mungkin kodependensi, kata Brito.
Contoh lain misalnya seseorang selalu merasa gelisah tentang suasana hati buruk pasangannya. Oleh karena itu, ia selalu bersikap superwaspada terhadap pasangannya untuk memastikan sang pujaan hati tidak ngambek.
"Ini adalah jenis kodependensi yang lebih halus," kata Skyler. Meskipun demikian, ini tetap merusak hubungan.
Sekarang setelah Anda mengetahui soal kodependensi, bagaimana hal itu didefinisikan, dan bagaimana hal itu muncul dalam hubungan Anda, inilah saatnya untuk belajar bagaimana melepaskan pola menyakitkan yang dapat menyebabkan kebencian dan ketidakpuasan ini.
1. Identifikasi Alasan Anda Menjadi Kodependen
"Ada alasan mengapa Anda melakukan ini," kata Brito.
Ini adalah respons bertahan hidup yang mungkin harus ditumbuhkan saat kecil, katanya, tergantung pada situasi keluarga atau hubungan romantis serta persahabatan yang terjalin. Untuk move on, Anda harus memahami mengapa ini terjadi.
Advertisement
2. Lakukan Sesuatu untuk Diri Sendiri
Ini mungkin terdengar sederhana, tetapi kadang-kadang melakukan hal-hal untuk diri sendiri yang biasanya dilakukan untuk pasangan dapat membantu membangun keyakinan serta kepercayaan diri Anda. Ini cukup untuk membantu kodependensi Anda, kata Brito.
"Masak makanan untuk diri sendiri, jalan-jalan, atau apa pun yang tampaknya cocok untuk situasi Anda," kata Brito.
3. Pikirkan Apakah Perlu Meminta Bantuan Tambahan
Apakah Anda kesulitan mengidentifikasi akar kodependensi dan bagaimana cara bergerak maju? Mempelajari hal tersebut dan melakukan eksplorasi diri memang bagus, tetapi terkadang menyelesaikan masalah emosional memerlukan bantuan ekstra.
Pertimbangkan untuk melakukan terapi, atau membicarakan situasi dengan orang lain yang dekat dengan Anda untuk mendapat pencerahan, kata Brito.
4. Mundur Selangkah dan Cari Tahu
"Anda perlu mundur selangkah dan memikirkan manfaat perilaku ini," kata Brito.
"Jadilah penasaran (dan) katakan pada diri sendiri, 'Saya ingin tahu tentang situasi ini' alih-alih menyalahkan diri Anda sendiri karena berada dalam situasi ini," jelas Brito.
Jangan mengabaikan fakta bahwa hubungan ini kodependen. Sebaliknya, pelajari akar perilaku Anda sehingga dapat mengatasi masalah ini dengan lebih baik. Yang paling penting, jangan bersikap keras pada diri sendiri.
5. Temukan Cara untuk Menjadi Lebih Egois
"Setelah mengidentifikasi sumber kodependensi, Anda ingin mencari cara untuk menjadi lebih "egois," kata Brito.
Sementara kata tersebut biasanya memiliki konotasi negatif, dalam hal ini, menjadi egois hanya berarti harus menemukan lebih banyak cara untuk mengetahui kebutuhan Anda sendiri di luar hubungan, Brito menjelaskan.
Ini karena hubungan kodependen seringkali dapat menghambat kemampuan untuk mengidentifikasi keinginan Anda sendiri.
Pertimbangkan untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk hal-hal yang penting bagi Anda yang mungkin telah diabaikan akhir-akhir ini, seperti menulis jurnal, berolahraga, atau hanya menghabiskan lebih banyak waktu sendirian.
8. Belajar Mengomunikasikan Perasaan
"Anda harus bisa mengomunikasikan posisi Anda secara emosional," ucap Skyler, meski ini sulit untuk dilakukan. Yang berarti, jika Anda butuh waktu sendiri, ini waktunya untuk mengatakannya pada pasangan, tak peduli sakit yang dirasakan awalnya.
Ingat, ini bukan berarti hubungan Anda berakhir untuk selamanya. Ini hanyalah waktu sejenak yang Anda butuhkan untuk pergi ke kafe dan minum secangkir kopi sambil membava majalah favorit.
Â
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement