Liputan6.com, Jakarta - Selama sebulan terakhir, suporter Maroko membuat kehadiran mereka terasa di Piala Dunia. Mereka membungkus dirinya dengan bendera di kafe-kafe pusat kota, mengibarkannya, serta membawanya ke stadion bahkan saat Maroko tidak bertanding, hanya agar bisa menjadi bagian dari atmosfer Piala Dunia 2022 yang diselenggarakan di Qatar.
Namun sayangnya, kegembiraan itu lenyap direnggut Prancis dalam pertandingan semifinal pada Kamis, dini hari tadi (15/12/2022). Maroko kalah 0-2 dari Prancis, membuatnya gugur dari turnamen.
Baca Juga
Pelatih Jepang Puji Kinerja Shin Tae-yong Meski Kalah 0-4, Sebut Timnas Indonesia Punya Kans Lolos Piala Dunia
Koreografi Gundala vs Godzilla di Laga Timnas Indonesia Kontra Jepang Banjir Pujian
Desain Jersey Timnas Indonesia Mengandung Doa Kemenangan Lawan Jepang di Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026
Meskipun demikian, kerumunan penggemar berpakaian merah dan hijau bersorak keras di Stadion Al Bayt dan menyanyikan "Ole, Ole, Ole," serta memberi tim kesayangan mereka standing ovation.
Advertisement
Pelatih Timnas Maroko Walid Regragui turut mengungkapkan perasaannya setelah menonton Maroko ditaklukkan Mbappe dan timnya. Meski gugur, mantan bek kanan ini sebut tim binaannya telah membuat pencapaian besar.
"Kami sadar bahwa kami telah membuat pencapaian besar," ujar Regragui dilansir dari Channel News Asia.
"Kami tahu bahwa melalui media, media sosial, dan TV, kami melihat gambarnya, dan kami melihat bahwa semua orang di negara kami bangga dengan kami."
Regragui mengatakan bahwa meski gagal melaju ke babak final, mimpi untuk membawa pulang Piala Dunia akan terus hidup. Kekalahan yang dialami hari ini merupakan bagian dari proses untuk meraih kemenangan suatu hari nanti.
"Kami merasa bahwa kami bahkan bisa melangkah lebih jauh lagi, tetapi detail kecil ini membantu juara sejati."
Regragui Bangga, Semua Bangga
Pelatih berusia 47 tahun ini juga mengaku kepada para pemainnya bahwa dia senang dan bangga dengan mereka.
"Saya mengatakan pada para pemain bahwa saya bangga. Yang Mulia juga bangga, rakyat Maroko bangga," akunya. "Saya pikir seluruh dunia bangga dengan tim Maroko karena kami menunjukkan tekad yang besar. Kami bekerja keras, dan kami bermain sepak bola dengan jujur dan kerja keras."
Singa Atlas memang belum berhasil mencapai final Piala Dunia yang menjadi mimpinya. Namun, kisah mereka selama turnamen memberi banyak motivasi bagi seluruh dunia, terutama orang Maroko.
Ini adalah cerita yang akan dibicarakan anak-anak Maroko ketika ditanya alasan mereka menyukai sepak bola. Ini adalah cerita tentang tim yang tidak bermain untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh benua Afrika.
"Saya pikir kami telah memberikan citra yang baik tentang Maroko dan citra yang baik tentang sepak bola Afrika dan itu juga penting bagi kami, karena kami mewakili negara dan benua kami."
Advertisement
Kerja Keras, Pantang Menyerah
Maroko, yang muncul di pertandingan dengan rekor pertahanan terbaik sepanjang turnamen Piala Dunia 2022 ini kebobolan dari Prancis saat baru memasuki menit kelima.
"Hari ini, jika ada yang saya sesali, itu adalah awal permainan," tambah Regragui. "Kami mulai dengan cukup buruk dan kami kebobolan gol dengan sangat cepat dan itu membuat perbedaan."
Keadaan Maroko memang kurang menguntungkan. Mereka kehilangan bek tengah pilihan pertama Nayef Aguerd saat pemanasan setelah cedera hamstringnya kambuh serta kapten Romain Saiss yang meninggalkan lapangan karena cedera di babak pertama. Meskipun demikian, mereka tidak menyerah.
"Terlepas dari semua cedera yang kami alami, rasa lelah, kami tidak menahan diri dan kami memberikan segalanya," tutur Regragui.
Meskipun demikian, Regragui menilai timnya membaik di babak kedua.
"Kami menciptakan banyak peluang, tetapi sayangnya kami tidak efisien di sepertiga terakhir," katanya. "Kami mencoba segalanya untuk mencetak gol, tetapi selamat untuk Prancis. Kami akan mendukung mereka sekarang."
Akhir kata, Regragui ungkap komitmen Singa Atlas untuk terus belajar dan kerja keras demi capai mimpi yang lebih tinggi.
"Para pemain saya memberikan segalanya dan mereka telah melangkah sejauh yang mereka bisa. Saya benar-benar ingin menulis ulang buku-buku sejarah, tetapi Anda tidak dapat memenangkan Piala Dunia dengan keajaiban, Anda harus melakukannya melalui kerja keras. Dan itulah yang akan kami lakukan."
(Adelina Wahyu Martanti)