AS Sebut Tes COVID-19 untuk Turis dari China Berdasarkan Sains

Menjawab protes dari China soal mesti tes COVID-19 saat masuk AS, pemerintah AS angkat bicara.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Jan 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2023, 08:00 WIB
Akibat Lockdown, Pekerja Tinggalkan Zona Industri Kota Zhengzhou di China
Pekerja dengan pakaian pelindung mendaftarkan orang untuk tes COVID-19 di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (2/11/2022). Para pekerja iPhone Apple Inc meninggalkan pabrik karena lokasinya berada dalam zona industri Kota Zhengzhou yang sedang diberlakukan lockdown setelah adanya 64 laporan kasus virus corona di kawasan tersebut. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta China menyampaikan keberatan terhadap beberapa negara yang meminta hasil tes negatif. Terkait hal ini, Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengungkapkan alasan turis dari China harus melakukan tes COVID-19.

"Ini adalah pendekatan yang semata-mata berdasarkan sains," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price ke wartawan pada Selasa, 3 Januari 2023.

Price mengatakan bahwa ada lonjakan kasus saat ini di China. Lalu, kurangnya data urutan genom virus dan data epidemologi lain yang dilaporkan China membuat AS memilih keputusan untuk meminta turis dari China turut menyertakan hasil negatif COVID-19.

Selain itu, Price mengatakan bahwa AS siap memberikan vaksin COVID-19 untuk mereka yang dari China.

Seperti diketahui, AS akan memberlakukan tes COVID-19 bagi turis dari China mulai 5 Januari 2023. Semua penumpang pesawat berusia dua tahun ke atas perlu menunjukkan hasil tes negatif tidak lebih dari dua hari sebelum keberangkatan dari China, Hong Kong atau Makau.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga mengingatkan warganya untuk mempertimbangkan kembali perjalanan ke China, Hong Kong, dan Makau mengingat tengah terjadi lonjakan kasus COVID-19 di sana.

 

Lonjakan Kasus COVID-19 di China

Hadapi Lonjakan Kasus Covid, China Perbanyak Fasilitas ICU
Seorang perempuan mengumpulkan kit antigen COVID-19 dari seorang pekerja di apotek di Beijing, Minggu (11/12/2022). Sejumlah kota besar mulai membatalkan kendali antivirus dari kebijakan nol-Covid negara tersebut sejak pekan lalu karena protes massa. (AP Photo/Andy Wong)

Kasus COVID-19 di China mengalami lonjakan sejak beberapa waktu terakhir dan mengakibatkan tekanan besar pada rumah sakit.

Bahkan, seorang dokter senior di salah satu rumah sakit terkenal di Shanghai mengatakan 70 persen populasi di kota besar itu kemungkinan telah terinfeksi COVID-19.

Peningkatan tajam infeksi terjadi setelah bertahun-tahun pembatasan ketat tiba-tiba dilonggarkan bulan lalu dengan sedikit peringatan atau persiapan. Pelonggaran ini dengan cepat membuat rumah sakit dan krematorium kewalahan.

Wakil presiden Rumah Sakit Ruijin dan anggota panel penasehat ahli COVID-19 Shanghai Chen Erzhen memperkirakan bahwa mayoritas dari 25 juta penduduk kota itu mungkin telah terinfeksi.

"Sekarang penyebaran COVID-19 di Shanghai sangat luas, dan mungkin telah mencapai 70 persen dari populasi. Ini 20 sampai 30 kali lebih banyak daripada bulan April dan Mei," katanya mengutip Channel News Asia, (3/1/2023).

Chen menambahkan bahwa rumah sakitnya di Shanghai menerima 1.600 rawat inap darurat setiap hari dengan 80 persen di antaranya adalah pasien COVID-19. Ini dua kali lipat jumlah sebelum pembatasan dicabut.

Infografis 6 Kebiasaan Bikin Hand Sanitizer Tak Efektif Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 6 Kebiasaan Bikin Hand Sanitizer Tak Efektif Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya