Liputan6.com, Jakarta - Richard Eliezer meminta maaf pada banyak pihak dalam sidang pembacaan nota pembelaannya, Rabu, 25 Januari 2023 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Salah satu yang dimintakan maaf oleh Eliezer adalah sang kekasih.Â
Richard meminta maaf pada perempuan yang berstatus tunangannya itu karena harus bersabar menunda rencana pernikahan mereka. Bharada E juga mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan perhatian kekasihnya.
Baca Juga
"Walaupun sulit diucapkan, tapi saya berterima kasih atas kesabaran, cinta kasih dan perhatianmu," ucap Richard Eliezer dalam sidang pleidoi.
Advertisement
Meski belum jatuh putusan hakim, tuntutan hukuman 12 tahun yang diajukan Jaksa padanya bukanlah waktu yang sebentar. Richard Eliezer berterima kasih jika tunangan yang dikasihnya bersedia menunggu.
Tetapi saat membacakan pleidoi Richard Eliezer pun mengaku tidak akan egois meminta kekasihnya menunggu selama itu.
"Kalaupun lama, saya tidak akan egois dengan memaksa kamu menunggu saya. Saya ikhlas apa pun keputusanmu, karena bahagiamu adalah bahagiaku juga," tuturnya.Â
Diketahui, Richard Eliezer dan tunangannya berencana untuk melangkah ke pelaminan dalam tahun ini.Â
Selain pada tunangan, pria 24 tahun itu juga menyampaikan permohonan maaf pada keluarga Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J, dan kedua orangtua. Kepada Kapolri dan tim penyidik, Bharada E meminta maaf karena sempat tidak mengatakan peristiwa yang sebenarnya.Â
Hal itu diakui Eliezer membuatnya selalu merasa bersalah dan mengalami pertentangan batin.
"Akhirnya saya dapat menemukan jalan kebenaran dalam diri saya untuk mengungkap dan menyatakan kejujuran."
Â
Merasa Kejujurannya Tidak Dihargai
Richard mengaku tidak pernah menduga apalagi mengharapkan akan mengalami perkara seperti yang sekarang menimpanya. Terlebih di masa awal–awal pengabdiannya pada negara dan Polri khususnya Korps Brimob.
"Saya dipilih menjadi ajudan yang dimana tugas saya menjaga dan mengawal atasan," ungkap Richard.Â
Namun, dia tak pernah menduga akan diperalat oleh atasannya. Bahkan, kejujurannya tidak dihargai hingga dimusuhi.Â
"Di usia saya ini, tidak pernah terpikirkan ternyata oleh atasan dimana saya bekerja memberikan pengabdian, kepada seorang Jenderal berpangkat bintang dua yang sangat saya percaya dan hormati, dimana saya yang hanya seorang prajurit rendah berpangkat Bharada yang harus mematuhi perkataan dan perintahnya," Richard menuturkan.Â
"Ternyata saya diperalat, dibohongi dan disia-siakan, bahkan kejujuran yang saya sampaikan tidak dihargai malahan saya dimusuhi."
Hal itu membuat perasaannya hancur dan mentalnya goyah.Â
"Begitu hancurnya perasaan saya dan goyahnya mental saya, sangat tidak menyangka akan mengalami peristiwa menyakitkan seperti ini dalam hidup saya," ucap Richard.
Advertisement
Berserah pada Kehendak Tuhan
Richard Eliezer menyerahkan masa depannya pada putusan majelis hakim dan kehendak Tuhan atas tuntutan hukuman 12 tahun penjara.Â
""Kalaulah karena pengabdian saya sebagai ajudan menjadikan saya seorang terdakwa, kini saya serahkan masa depan saya pada putusan Majelis Hakim," ucap Richard Eliezer Pudihang Lumiu di ruang sidang saat membacakan pleidoi.
"Selebihnya saya hanya dapat berserah pada kehendak Tuhan," Richard melanjutkan.
Dalam pembacaan pleidoi, Richard menyatakan tetap berkeyakinan bahwa kepatuhan dan kejujuran adalah segalanya dan keadilan nyata bagi yang mencarinya.
Melalui pleidoi, Richard Eliezer menjawab anggapan bahwa kepatuhannya terhadap atasan membabi buta dalam perkara pembunuhan Brigadir J. Richard beralasan, sebagai seseorang dengan latar belakang paramiliter, dia dididik untuk tata dan patuh serta tidak mempertanyakan perintah atasan.
Â
Pembelajaran Penting dalam Hidup
Bharada EÂ juga mengutip ajaran dari kesatuannya, untuk tidak pernah berkhianat, mengorbankan jiwa raga bagi negara dan hanya berserah pada kehendak Tuhan.
"Bahwa ikrar dan janji setia terhadap negara dan pimpinan akan terus terpateri dalam hati saya," ucapnya.
Meski demikian, Richard Eliezer memaknai peristiwa yang membuat dirinya jadi terdakwa dalam kasus pembunuhan Brigadir J sebagai pembelajaran penting dalam hidup dan proses pendewasaan diri.
"Atas apa yang terjadi pada diri saya saat ini menjadi suatu pembelajaran penting dalam kehidupan saya, dalam pendewasaan diri. Kiranya Tuhan menolong saya."
Advertisement