Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini, guru besar Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Alfinda Novi Kristianti DEA., menemukan senyawa tanaman untuk menyembuhkan penyakit kanker dan demam berdarah dengue (DBD).
Guru besar sekaligus dosen departemen kimia tersebut mengatakan, senyawa obat antikanker dan DBD tersedia di tanaman gambir (Uncaria), sambung nyawa (Gynura procumbens), dan gaharu (Aquilaria microcarpa).
Baca Juga
Menurut Prof. Alfinda, ada kandungan chromone yang mirip dengan senyawa golongan 2-styrylchromone pada spesies Aquilarian. “Kesediaan senyawa ini sangat jarang, sehingga harus dilakukan sintesis organik,” jelasnya, dilansir Antara.
Advertisement
Selanjutnya, guru besar ke-275 Unair ini menemukan sebanyak sembilan senyawa golongan 2-styrylchrome dari sintesis dengan variasi struktur benzaldehid. Lalu, senyawa ini diuji secara in silico, yaitu memprediksi interaksi senyawa obat, dengan menggunakan protein sebagai target obat pengembangan kemoterapi.
“Rangkaian penelitian ini menjadi contoh bagaimana alma telah memberikan ide struktur senyawa untuk dapat dilakukan sintesis senyawa dengan potensi yang lebih baik,” ungkap dosen tersebut.
Kemudian, ia melakukan isolasi pada komponen utama gambir, catechin, yang merupakan senyawa golongan flavonoid. Menurutnya, hasil isolasi menunjukkan satu kilogram gambir mengandung kadar catechin sebesar 18 gram diiringi dengan tingkat kemurnian sebesar 90 persen.
Berdasarkan penelitian tersebut, senyawa catechin dapat bertindak sebagai obat antikanker, antiviral, antimikroba, bahkan aktivitas antioksidannya lebih besar dibandingkan vitamin C. “Hal ini secara tidak langsung dapat mencegah potensi terjadinya kanker,” pungkasnya.
Komunikasi Tanaman Berikan Dampak Positif bagi Manusia
Dalam pemaparan risetnya terhadap sambung nyawa, Alfinda Novi mengungkap bagian akar Gynura ternyata lebih aktif dibandingkan daun. Akan tetapi, keharusan untuk mencabut seluruh tanaman menjadi kelemahan dari pemanfaatan akar tersebut.
Kemudian, ia merujukkan pada peningkatan biomassa dan kandungan metabolit dengan penggunaan kultur akar adventif tanaman. Tak hanya itu, Alfinda juga melakukan pengembangan potensi tanaman yang dapat meningkatkan aktivitas anti-dengue dan menurunkan keracunan atau toksisitas dengan menggunakan nanoteknologi, ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material.
Menurutnya, dengan dihasilkan senyawa metabolit sekunder, komunikasi kimiawi tanaman memberikan dampak positif bagi manusia. Nanoteknologi yang diikuti dengan perkembangan ilmu sintesis organik mampu meningkatkan potensi tanaman obat sebagai bahan baku.
Oleh karena itu, Prof. Alfinda mengungkap, riset pemanfaatan senyawa metabolit sekunder pada tanaman penting untuk dilakukan, demi mendukung pembangunan ekosistem kemandirian obat di Indonesia.
Advertisement