Lasminingrat, Sosok di Google Doodle Hari Ini Turut Dirikan Sekolah untuk Perempuan Bersama Dewi Sartika

Selain Dewi Sartika, ada peran Raden Ayu Lasminingrat dalam mendirikan Sakola Kautamaan Istri di tahun 1900-an.

oleh Tiara Laninda diperbarui 29 Mar 2023, 14:20 WIB
Diterbitkan 29 Mar 2023, 14:20 WIB
Dewi Sartika (kiri) dan Lasminingrat (kanan), pendiri Sakola Kautamaan Istri
Dewi Sartika (kiri) dan Lasminingrat (kanan), pendiri dan pionir Sakola Kautamaan Istri. (Sumber: Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta)

Liputan6.com, Jakarta - Lasminingrat, sosok yang tampil di Google Doodle hari ini, 29 Maret 2023 punya peran dalam mendirikan sekolah untuk perempuan di Bandung, Jawa Barat. Bersama Dewi Sartika, Lasminingrat membuka sekolah bernama Sakola Kautamaan Istri.

Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa peran penting juga dimainkan oleh Raden Ayu Lasminingrat sebagai pionir dalam mewujudkan impian ini.

Pada akhir tahun 1903, Lasminingrat membantu dan mendukung Raden Dewi Sartika dengan meminta bantuan suaminya, R.A.A Wiratanoedatar VIII.

Lasminingrat meminta suaminya untuk memberikan saran kepada Bupati Bandung agar mengizinkan pembukaan sekolah tersebut.

Akhirnya, pada tanggal 16 Januari 1904, berhasil terbentuk Sakola Istri dan sementara berada di Paseban Wetan yang ada di komplek Pendopo Dalem Kabupaten Bandung. 

Sekolah yang Mengajarkan Perempuan Menulis dan Membaca

Sekolah ini bertujuan utama untuk mengajarkan anak perempuan agar dapat membaca, menulis, menghitung, dan tata kehidupan rumah tangga.

Pada masanya, sekolah ini hanya memiliki 2 ruang kelas untuk belajar seperti melansir Situs Resmi Kota Bandung. Pelajaran Sakola Kautamaan Istri masih menitikberatkan pada keterampilan perempuan.

Selain belajar bahasa Melayu dan bahasa Belanda, materi yang diajarkan di antaranya belajar berumah tangga, mempelajari adat dan tata cara sesuai dengan kedudukan, belajar merawat orang sakit, dan mempelajari ajaran-ajaran agama.

Minat Belajar Perempuan Pribumi Tergolong Tinggi

[Bintang] Sakola Istri
Sakola Istri | via: pusakaindonesia.org

Saat sekolah perempuan pertama kali dibuka, jumlah siswi yang mendaftar mencapai 60 orang. Angka ini jauh lebih banyak dari yang diperkirakan. Hal ini disampaikan oleh Desi Harpiah, Eva Syarifah Wardah dan Siti Fauziyah pada jurnal ilmiah Peran Raden Ayu Lasminingrat dalam Mengembangkan Sekolah Keutamaan Istri 1907-1948. 

Ternyata, masyarakat khususnya perempuan pribumi, sangat antusias dengan pendidikan.

Pada 1911, Sakola Kautamaan Istri mulai dikelola oleh Perhimpunan Keutamaan Istri yang dipimpin oleh Nyonya Boessevain, istri Residen Bandung.

Jumlah murid Sakola Kautamaan Istri terus meningkat. Berbagai cabang sekolah dibuka, seperti Ciamis, Bogor, Serang Pasundan, Garut, Jawa, dan Madura.

Pada 1914, nama sekolah diganti menjadi Sakola Raden Dewi. Sekolah ini didirikan di berbagai kota di Jawa Barat dan Sumatera Barat.

Pelajaran Sakola Kautamaan Istri

Sakola Kautamaan Istri, Sekarang Sekolah Dewi Sartika
Kondisi terbaru Sakola Kautamaan Istri yang kemudian dikenal sebagai Sekolah Dewi Sartika. (dok. https://bandung.go.id)

Kurikulum yang diajarkan di Sakola Kautamaan Istri disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Kelas Dua (Tweede Klasse Inlandsche School) milik  pemerintah, melansir Situs Resmi Kota Bandung.

Para siswa diajarkan bahasa Melayu dan bahasa Belanda, sesuai dengan keinginan Lasminingrat.

Selain pelajaran bahasa, agama, kesehatan, juga diajarkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga. Seiring berjalannya waktu, sekolah perempuan ini terus berkembang.

Pada tahun 1934 diperluas ke kota-kota lain seperti Wetan Garut, Cikajang, dan Bayongbong.

Mengenal Raden Ayu Lasminingrat

Profil Lasminingrat yang Muncul di Google Doodle, Pengarang Perempuan Sunda Rekan Seperjuangan Dewi Sartika
Lasminingrat, perempuan Sunda yang berprofesi sebagai pengarang sekaligus rekan seperjuangan Dewi Sartika mendirikan Sekolah Keutamaan Istri. (dok. https://budaya.jogjaprov.go.id)

Raden Ayu Lasminingrat atau lebih dikenal Lasminingrat merupakan aktivis pendidikan perempuan.

Ia lahir pada 29 Maret 1854 di Garut dari pasangan Raden Ayu Ria dan Raden Haji Muhamad Musa, seorang pelopor sastra cetak dan cendekiawan Sunda.

Melansir Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Lasminingrat belajar bahasa Belanda kepada Sekretaris Jenderal Pemerintah Hindia Belanda kenalan baik sang ayah, Levyson Norman.

Hal ini membuatnya menjadi satu-satunya wanita pribumi yang fasih berbahasa Belanda pada masanya.

Perjuangan Lasminingrat berawal dari dunia penulisan. Ia mengadaptasi dongeng Eropa ke dalam bahasa Sunda. 

Kemudian pada 1907, Lasminingrat membuat langkah nyata dengan mendirikan Sakola Kautamaan Istri.

Infografis Journal
Infografis 10 Daftar Pahlawan Nasional Perempuan di Indonesia. (Liputan6.com/Tri Yasnie)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya