Takut Konsumsi Ikan Gegara Limbah Nuklir Fukushima Jepang, Begini Dampak Radioaktif ke Makanan

Dampak cemaran radioaktif terhadap makanan dari limbah nuklir Fukushima Jepang yang dibuang ke laut.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 29 Agu 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2023, 13:00 WIB
Rencana Kontroversial Jepang Lepas Air Limbah PLTN Fukushima ke Laut
Dampak cemaran radioaktif terhadap makanan dari limbah nuklir Fukushima Jepang yang dibuang ke laut. (Philip FONG/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Ada sejumlah kekhawatiran dampak pembuangan limbah nuklir Fukushima, Jepang, salah satunya berkaitan dengan ketakutan warga mengonsumsi ikan. Dikabarkan, warga Korea Selatan takut mengonsumsi ikan lantaran adanya kekhawatiran ikan tersebut bisa saja tercemar nuklir radioaktif.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, kontaminasi makanan yang tercemar radioaktif termasuk dari limbah nuklir, tergantung dari besaran kadar yang tertelan bersama makanan.

 

Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi radionuklida yang terdapat dalam radioaktif akan meningkatkan jumlah radioaktif di dalam tubuh dan dapat meningkatkan risiko kesehatan yang terkait dengan paparan radiasi, tulis WHO, dikutip Selasa (29/8/2023).

Tingkat risiko akan tergantung pada radionuklida yang telah tertelan dan jumlah radioaktif yang telah dimasukkan.

 

Risiko Kanker Tiroid

Sebagai contoh, jika yodium yang tercemar radioaktif tertelan bersama makanan atau minuman yang terkontaminasi atau terhirup udara yang terkontaminasi, maka yodium radioaktif akan terakumulasi dalam kelenjar tiroid dan meningkatkan risiko kanker tiroid, terutama pada anak-anak.

Yodium radioaktif akan berkurang setengahnya dalam waktu 8 hari dan akhirnya berhenti menjadi radioaktif dalam waktu beberapa minggu. Untuk mencegah penyerapan yodium radioaktif oleh tiroid, pil yodium stabil  digunakan untuk menjenuhkan tiroid sehingga yodium radioaktif tidak akan terakumulasi.

Makanan yang Berpotensi Tercemar Radioaktif

Sebaliknya, isotop radioaktif caesium dengan waktu 30 tahun akan bertahan di lingkungan selama bertahun-tahun. Paparan terhadap caesium radioaktif dapat menyebabkan peningkatan risiko beberapa jenis kanker.

WHO juga menyebut, tidak semua makanan akan tercemar radioaktif, termasuk radioaktif dari nuklir. Radioaktif tidak mungkin mencemari makanan yang dikemas, misalnya, makanan yang dikemas dalam kaleng atau plastik akan terlindungi dari radioaktif terutama jika makanan tersebut disegel.

 

Makanan yang dikirim atau dikemas secara komersial tidak akan terpengaruh. Namun, beberapa makanan yang diproduksi di daerah di mana bahan radioaktif telah disimpan, dapat terkontaminasi dan oleh karena itu pemantauan makanan dapat mendukung analisis risiko.

Jika dianggap perlu berdasarkan penilaian risiko, manajer risiko mengadopsi langkah-langkah mitigasi berbasis bukti yang membantu menjaga dosis radionuklida yang tertelan oleh penduduk serendah mungkin.

Pemantauan Produk Makanan

Rencana Kontroversial Jepang Lepas Air Limbah PLTN Fukushima ke Laut
Dalam menanggapi keadaan darurat radiologi atau nuklir, WHO menyarankan, pihak berwenang harus menerapkan pemantauan produk makanan dan membatasi konsumsi dan distribusi. (Philip FONG/AFP)

Dalam menanggapi keadaan darurat radiologi atau nuklir, WHO menyarankan, pihak berwenang harus menerapkan pemantauan produk makanan dan membatasi konsumsi dan distribusi beberapa produk di daerah tertentu jika jumlah radionuklida yang dikandungnya melebihi tingkat yang dianggap dapat diterima dalam peraturan setempat.

 

Ini sesuai dengan standar internasional. Disarankan agar pihak berwenang yang terkait memberikan informasi tentang temuan pemantauan makanan dan keputusan yang terkait dengan konsumsi dan distribusi makanan.

Selain standar CODEX untuk makanan yang diperdagangkan, kriteria konsentrasi radioaktif dalam makanan juga telah disepakati secara internasional untuk negara-negara yang mengalami keadaan darurat radiologi.

 

Kriteria tersebut tersedia di:

  • IAEA (2011). Kriteria untuk digunakan dalam kesiapsiagaan dan respons untuk keadaan darurat nuklir atau radiologi. Seri Standar Keselamatan IAEA No. GSG-2. Didukung oleh FAO, IAEA, ILO, PAHO, dan WHO. Wina: Badan Energi Atom Internasional (http://www-pub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/Pub1467_web.pdf)
  • IAEA (2015) Kesiapsiagaan dan respons untuk keadaan darurat nuklir atau radiologi. Seri Standar Keselamatan IAEA No. GSR Bagian 7. Didukung oleh CTBTO, FAO, IAEA, ICAO, ILO, IMO, INTERPOL, OECDE/NEA, PAHO, UNEP, UN OCHA, WHO, dan WMO, Wina: Badan Tenaga Atom Internasional (http://www-pub.iaea.org/MTCD/publications/PDF/P_1708_web.pdf).

Negara dapat Menangguhkan Impor Makanan

WHO juga menuliskan, negara-negara lain dapat menerapkan langkah-langkah pengawasan makanan seperti mewajibkan dokumentasi untuk memverifikasi keamanan produk atau daerah asal makanan.

Negara-negara lain dapat memutuskan untuk menangguhkan impor makanan dari daerah yang terkena dampak atau meningkatkan pengawasan terhadap makanan yang diimpor dari daerah tersebut dengan mengukur aktivitas radioaktif di pelabuhan masuk.

Tidak Ada Radioaktif pada Ikan

Jepang mengklaim bahwa tidak ada anomali radioaktif yang ditemukan pada ikan yang diuji di perairan sekitar pembangkit nuklir Fukushima, kata badan perikanan negara itu pada Sabtu 26 Agustus 2023.

Pernyataan itu datang dua hari usai Negeri Sakura melepas limbah air nuklir Fukushima ke laut lepas. Tokyo Electric Power Company (Tepco) mengatakan akan terus melakukan tes atas kondisi air setiap harinya, demikian seperti dikutip dari Independent, Minggu (26/8/2023).

Perairan yang diuji tidak mengandung tingkat tritium isotop radioaktif yang terdeteksi lanjut badan itu seperti dilaporkan kantor berita Kyodo, ketika negara itu menghadapi kritik keras karena membuang air radioaktif yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir ke Samudera Pasifik.

Infografis Nuklir Korut
Ambisi Korea Utara Punya Senjata Nuklir
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya