Pemilu 2024, Menkes Budi: Manfaatkan Bonus Demografi, Pilih Pemimpin yang Tepat

Menkes Budi pesan masyarakat diharapkan memilih pemimpin yang tepat pada Pemilu 2024 mendatang.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 04 Sep 2023, 11:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2023, 11:00 WIB
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin sarankan masyarakat memilih pemimpin yang tepat di Pemilu 2024 saat menghadiri ASEAN Investment Forum 2023 di Hotel Sultan Jakarta pada Minggu, 3 September 2023. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta Pada Pemilu 2024 mendatang, masyarakat Indonesia diharapkan dapat memilih pemimpin yang tepat. Tujuannya, agar dapat memimpin Indonesia memanfaatkan bonus demografi sekaligus memandu negara masuk menjadi negara berpenghasilan tinggi (high income country).

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menekankan, jika Indonesia mampu memanfaatkan peluang bonus demografi, maka jalan menjadi negara berpenghasilan tinggi dapat terwujud.

Pada tahap negara berpenghasilan menengah ke atas dapat terwujud.

“Sebagai seorang non-politisi, saran saya agar orang Indonesia memilih pemimpin yang tepat tahun depan. Mengapa? Karena dialah yang akan memandu Indonesia selama periode kritis ini, apakah kita bisa melompat, dari negara berpenghasilan menengah ke tinggi atau tidak,” ujar Budi Gunadi saat acara ‘ASEAN Investment Forum 2023’ di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (3/9/2023).

Kesalahan Terbesar jika Gagal

Sebaliknya, jika Indonesia gagal memanfaatkan bonus demografi, maka akan terjebak dalam middle income trap

Middle income trap atau perangkap pendapatan menengah adalah sebuah istilah ekonomi yang diasosiasikan dengan kegagalan suatu negara untuk naik level dari negara berpendapatan rendah ke pendapatan tinggi.

“Dan jika kita gagal melakukannya, maka itu adalah kesalahan terbesar kepada anak-anak kita dan anak dari cucu-cucu kita. Karena biar bagaimanapun juga mereka akan hidup di negara berpenghasilan menengah terus,” pungkas Budi Gunadi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pastikan Sektor Kesehatan Berjalan Baik

Menurut Budi Gunadi Sadikin, banyak negara di Asia yang mengalami kesulitan untuk mencapai negara berpenghasilan tinggi. Untuk menuju ke sana, salah satunya, sektor kesehatan harus berjalan dengan baik.

“Banyak negara Asia lainnya yang mengalami hal yang sama. Jadi, Anda harus memahami komponen yang sangat penting, yaitu produktivitas masyarakat,” ucapnya.

“Anda harus memastikan bahwa sektor-sektor yang ada berjalan dengan baik. Salah satunya adalah pendidikan dan yang lainnya adalah kesehatan.”

Mencapai Pendapatan per Kapita US$12.500

Menkes Budi Gunadi mencontohkan, jika karyawan Anda tidak cerdas, maka tidak mungkin mereka memiliki pendapatan per kapita rata-rata US$12.500. Pendapatan per kapita US$12.500 merupakan standar untuk menjadi negara berpenghasilan tinggi.

“Jika karyawan tidak sehat, meskipun mereka pintar, tapi mereka harus ke rumah sakit setiap hari untuk cuci darah. Ya Anda tahu, cuci darah itu bisa tiga kali seminggu, empat sampai lima jam sehari,” imbuhnya.

“Tentu, tidak mungkin mereka menjadi produktif dan bertanggung jawab mencapai pendapatan per kapita US$12.500.”


Terkendala Stunting

Melihat Kondisi Anak-Anak Kurang gizi di Pandeglang
Indonesia masih harus berjuang agar menjadi negara berpenghasilan tinggi. Sebab, kendala stunting belum terselesaikan. (Foto:Istimewa)

Sayangnya, Indonesia masih harus berjuang agar menjadi negara berpenghasilan tinggi. Sebab, kendala stunting belum terselesaikan.

“Indonesia ini 20 persen stunting. Lima tahun ke depan jika tidak diselesaikan, kita tidak akan memiliki kecerdasan yang cukup untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan per kapita misalnya US$10.500,” terang Menkes Budi Gunadi Sadikin.

“Dan kita tidak akan pernah bisa menjadi negara berpenghasilan tinggi.”

Terjebak dalam Jebakan Pendapatan Menengah

Dengan demikian, bila permasalahan stunting seperti di Indonesia belum tertangani, maka ASEAN tidak akan pernah menjadi kawasan berpenghasilan tinggi.

“Kita akan berada dalam jebakan pendapatan menengah,” lanjut Budi Gunadi.


Target Menjadi Negara Maju

Hampir semua negara di ASEAN, menurut Budi Gunadi Sadikin, ingin negaranya menjadi negara berpendapatan tinggi dan maju. Saat ini, Indonesia berada dalam kategori negara berpenghasilan menengah dengan rata-rata per kapita US$4.700.

“Saya ini berlatar belakang fisikawan nuklir, tetapi saya pernah bekerja 30 tahun di sektor perbankan dan pernah menjalankan bank. Semua negara di ASEAN memiliki aspirasi untuk menjadi negara yang berpenghasilan tinggi dan negara maju,” tuturnya.

“Pembatas antara pendapatan menengah dan pendapatan tinggi sekitar US$12.500 per kapita. Indonesia berada kira-kira, saya pikir US$4.500 atau US$4.700. Jadi semua negara di ASEAN ingin naik kelas dari kelompok pendapatan menengah ke kelompok pendapatan tinggi dan menembus US$12.500 per kapita.”

Tiap Negara Punya Peluang Besar

Setiap negara, kata Menkes Budi Gunadi, hanya memiliki satu jendela peluang (windows opportunity) terbesar.

“Satu jendela peluang dengan tantangan terbesar untuk melompat ke negara berpendapatan tinggi, jendela peluang ini disebut bonus demografi,” katanya.

“Artinya, jumlah penduduk produktif di negara tersebut, mencapai titik maksimum. Untuk Indonesia akan terjadi antara tahun 2030 dan 2035, dalam tujuh tahun ke depan.”

Infografis Polri Bentuk Satgas Nusantara Cegah Polarisasi Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Polri Bentuk Satgas Nusantara Cegah Polarisasi Pemilu 2024. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya