Lung Cancer Awareness Month, Ada Bahaya Kanker Paru yang Sulit Dicegah

Salah satu hal yang membedakan antara kanker paru dengan kanker lainnya di dunia adalah, penemuan kasusnya selalu di stadium lanjut.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 02 Nov 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2023, 06:00 WIB
dokter spesialis paru konsultan Elisna Syahruddin
Masuki Lung Cancer Awareness Month, dokter spesialis paru konsultan Elisna Syahruddin jelaskan bahaya kanker paru yang sulit dicegah, Jakarta (1/11/2023) Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Liputan6.com, Jakarta - November dikenal sebagai bulan kesadaran kanker paru atau Lung Cancer Awareness Month. Menyambut bulan kesadaran ini, dokter spesialis paru konsultan Elisna Syahruddin mengingatkan bahwa kanker paru adalah masalah dunia.

Kanker paru itu menjadi masalah bukan hanya di Indonesia, tapi masalah secara global. Kanker paru memiliki kasus nomor dua terbanyak di dunia. Tapi, bagi laki-laki, dia (kanker paru) nomor satu,” ujar Elisna dalam talk show kanker paru bersama AstraZeneca dan Plan Indonesia di Jakarta pada Rabu (1/11/2023).

Sementara di Indonesia, jumlah kasus kanker paru menduduki peringkat ketiga terbanyak. Namun bagi laki-laki, kanker paru menjadi jenis kanker nomor satu yang paling banyak diidap.

Salah satu hal yang membedakan antara kanker paru dengan kanker lainnya di dunia adalah, penemuan kasusnya selalu di stadium lanjut. Artinya, kanker baru didiagnosis setelah penyakitnya parah.

“Itulah kenapa kanker paru disebut pembunuh utama dalam penyakit kanker. Jadi dari semua kanker, juara umumnya itu kanker paru dan itu tidak berubah dalam hampir 20 tahun,” jelas Elisna.

Tingginya kasus kematian akibat kanker paru disebabkan penemuan penyakit yang cenderung terlambat. Dan setelah ditemukan dalam kondisi parah, maka pengobatan pun tidak begitu membantu.

“Ketika diobati, kita enggak bisa sembuhkan lagi kalau sudah stage (stadium) lanjut, jadi angka kematiannya sangat tinggi.”

Alasan Kanker Paru Sulit Dicegah

kanker paru
Masuki Lung Cancer Awareness Month, dokter spesialis paru konsultan Elisna Syahruddin jelaskan bahaya kanker paru yang sulit dicegah, Jakarta (1/11/2023) Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin.

Elisna pun menyampaikan alasan mengapa kanker paru sulit dicegah.

“Kenapa kanker paru sulit dicegah? Kalau kanker serviks sudah mulai ada pencegahan kan, kanker serviks tuh berhasil turun dengan skrining dengan vaksin. Kalau kanker paru belum ada skrining yang masif dilakukan,” ujarnya.

Dia menambahkan, risiko terjadinya kanker paru berkaitan dengan aktivitas organ yang terlibat, yakni paru-paru. Maka segala sesuatu yang memengaruhi saluran napas itu menjadi faktor risiko kanker paru.

“Kita bernapas 16 sampai 22 kali per menit, nah kalau udara yang kita hisap itu mengandung unsur yang menyebabkan jadi kanker maka risiko untuk kanker paru akan meningkat.”

Paparan yang Disengaja dan Tak Disengaja

Ilustrasi asap rokok
Ilustrasi asap rokok yang picu kanker paru Foto: Pexels Pixabay.

Faktor penyebab kanker paru terbagi dua, yakni yang disengaja dan tak disengaja.

Contoh paparan yang disengaja adalah asap rokok. Ketika merokok, maka orang dengan sengaja memasukan asap ke dalam saluran napas.

“Asap rokok mengandung zat karsinogen, zat yang menyebabkan kanker. Di sisi lain, asap yang terus mengiritasi saluran napas akan mengubah saluran napas atau gen di saluran napas. Itu juga jadi penyebab kanker paru,” jelas Elisna.

Sedangkan, paparan yang tak disengaja contohnya polusi udara atau polusi di tempat kerja.

“Misalnya buruh, bukan hanya buruh pabrik, buruh bangunan. Kami punya data, mereka berisiko karena menghirup asbes, semen, itu polusi yang tak sengaja dihisap karena profesinya.”

Lebih Banyak Terjadi pada Laki-Laki

Ilustrasi Berhenti Merokok
Ilustrasi berhenti merokok. (Image by Freepik)

Elisna juga memaparkan, jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor risiko kanker paru. Hal ini terlihat dari kejadian kanker paru yang jumlahnya lebih banyak terjadi pada laki-laki ketimbang perempuan.

“Kenapa kanker paru banyak pada laki-laki? Karena gaya hidup, laki-laki itu lebih banyak merokok ketimbang perempuan.”

Allhamdulillah di Indonesia, jumlah perokok perempuan tuh masih rendah. Alhamdulillah sekali kita perempuan tuh masih pegang budaya bahwa kalau perempuan merokok enggak ada keren-kerennya, dan itu kita pertahankan,” ujar Elisna.

Infografis: Redam Kanker dengan Cukai Rokok (Liputan6.com / Abdillah)
(Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya