Liputan6.com, Jakarta Konflik yang berlarut membawa Gaza pada kondisi memprihatinkan, termasuk soal ancaman kelaparan. Menurut beberapa badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), 2,3 juta penduduk Gaza berada dalam risiko kelaparan. Pernyataan ini disampaikan pada Jumat, 17 November 2023.
“Persediaan makanan dan air tidak ada di Gaza dan hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang datang melalui perbatasan,” kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia Cindy McCain dalam sebuah pernyataan mengutip USA Today, Sabtu (18/11/2023).
Baca Juga
“Dengan semakin dekatnya musim dingin, tempat penampungan yang tidak aman dan penuh sesak, dan kurangnya air bersih, warga sipil menghadapi kemungkinan kelaparan."
Advertisement
Tak hanya ancaman kelaparan, warga Gaza juga menghadapi peningkatan ancaman penyakit karena pabrik desalinasi air dan fasilitas pembuangan limbah berhenti beroperasi.
Menurut badan PBB untuk pengungsi Palestina, sekitar 70 persen penduduk Gaza meminum air yang mengandung garam dan air yang terkontaminasi.
Selain itu, Program Kesehatan Dunia melaporkan hanya 10 persen dari pasokan makanan yang diperlukan telah memasuki Gaza sejak dimulainya perang pada 7 Oktober.
Terputus dari Dunia Luar
Kondisi menjadi semakin parah karena Gaza masih terputus dari dunia luar akibat pemadaman komunikasi total.
Pada Kamis, dua jaringan seluler terbesar di Gaza, Palestina, Jawwal dan Paltel, mengumumkan bahwa semua layanan telekomunikasi telah padam karena “sumber energi yang menopang jaringan telah habis, dan bahan bakar tidak diperbolehkan masuk.” Layanan komunikasi belum pulih hingga laporan terakhir pada Jumat.
Rumah Sakit Indonesia di Gaza Henti Total
Kabar tak menyenangkan juga datang dari Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara. RS ini berhenti beroperasi sepenuhnya dan sekitar 45 pasien yang sangat membutuhkan pembedahan hanya dapat menunggu di ruang tunggu.
Hal ini disampaikan Kepala Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara Atef al-Kahlout pada Kamis, 16 November 2023 kepada The Guardian.
Sementara, Rumah sakit Al-Ahli dikepung oleh tank-tank Israel dan serangan kekerasan telah terjadi di rumah sakit tersebut. Seperti dikatakan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) pada Kamis.
Advertisement
IDF Incar Hamas Sampai ke Rumah Sakit Al-Shifa
Di hari yang sama, operasi Israel di Rumah Sakit Al-Shifa berlanjut setelah Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memasuki kompleks yang luas tersebut pada Rabu dini hari.
Ada laporan penembakan di dalam rumah sakit. Terkait hal ini, IDF mengatakan telah menemukan terowongan Hamas dan sebuah kendaraan dengan senjata di kompleks rumah sakit Dar Al-Shifa. Mereka mempublikasikan video dan foto terowongan dan senjata, tapi tidak ada verifikasi independen yang dapat dilakukan.
Pada hari sebelumnya, IDF menuduh Hamas menyembunyikan bukti yang mengkonfirmasi bahwa organisasi tersebut telah menggunakan rumah sakit tersebut sebagai pusat komando dan kendali. Ini adalah tuduhan yang sering dilontarkan Israel dalam beberapa minggu terakhir ketika pasukannya semakin maju ke wilayah tersebut dan kemarahan global meningkat.
Hamas Bantah Tuduhan IDF
Tak terima dengan tuduhan tersebut, Hamas dan administrator medis dengan keras membantah tuduhan bahwa Rumah Sakit Al-Shifa adalah pusat komando militer.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan militer Israel tidak menemukan senjata apa pun di rumah sakit tersebut.
Human Rights Watch mengatakan bahwa gambar senjata yang dirilis oleh Israel pada hari Rabu yang menurut tentara mereka ditemukan di dalam Al-Shifa kurang kuat. Video itu tidak cukup untuk membenarkan pencabutan status rumah sakit tersebut sebagai rumah sakit yang dilindungi oleh hukum perang.
Di sisi lain, Juru Bicara Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mengatakan bahwa AS percaya pada Israel. Dia yakin bahwa Hamas menggunakan Al-Shifa sebagai pusat komando dan kontrol.
Advertisement