Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan DKI Jakarta baru-baru ini menyebut mulai adanya laporan yang masuk mengenai kejadian Mycoplasma pneumonia pada anak. Namun, jumlah anak yang terinfeksi bakteri Mycoplasma ini belum dirinci secara spesifik.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin membeberkan beberapa upaya demi menghadapi kejadian pneumonia pada anak akibat infeksi bakteri Mycoplasma. Utamanya, menyiapkan jejaring laboratorium dan reagen untuk pemeriksaan sampel.
Baca Juga
Hal ini lantaran pemeriksaan bakteri Mycoplasma membutuhkan reagen khusus agar bisa terdeteksi.
Advertisement
"Kita siapin jaringan laboratoriumnya, supaya bisa dites kan. Mycoplasma ini sudah ada lama sih, tapi selama ini enggak pernah diukur kan," ungkap Budi Gunadi usai 'Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama 3 Menteri tentang Pengembangan Perangkat Ajar Kesehatan' di Balai Sudirman Jakarta pada Senin, 4 Desember 2023.
"Sekarang kita sudah lihat, kita dateng-datengin reagennya."
Bukan Penyakit Baru
Masyarakat juga perlu memahami bahwa infeksi Mycoplasma pneumonia bukanlah penyakit baru. Bukan pula patogen jenis baru. Infeksi bakteri Mycoplasma sudah lama ada.
"Tapi ini bukan penyakit baru, ini sudah ada sejak lama," pungkas Menkes Budi Gunadi.
Laporan Mycoplasma Pneumonia di DKI
Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Ngabila Salama sebelumnya mengatakan, saat ini sudah ada beberapa laporan berkaitan dengan anak yang terinfeksi Mycoplasma di DKI Jakarta.
Namun, ia tidak merinci secara spesifik terkait jumlah pasti pasien yang terinfeksi Mycoplasma.
"Sudah ada beberapa kasus dilaporkan di Jakarta anak terinfeksi Mycoplasma," kata Ngabila melalui keterangan pada Minggu (3/12/2023).
"Dari hasil laboratorium. Kami masih menghimpun jumlahnya, karena pemeriksaannya spesifik sekali, harus dibuktikan dengan PCR untuk tahu jenis kuman penyebabnya."
Advertisement
Belum Ada Data Pasti Mycoplasma Pneumonia di Indonesia
Pada akhir November 2023 dilaporkan kasus pneumonia yang tak terdiagnosis (undiagnosed pneumonia) pada anak di China utara.
Laporan dari China tersebut mengidentifikasi beberapa bakteri dan virus penyebabnya, yaitu paling banyak adalah Mycoplasma pneumoniae, kemudian ada influenza, respiratory syncytial virus (RSV), dan SARS COV-2.
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyampaikan, saat ini belum ada data resmi dari Kementerian Kesehatan RI dan pelacakan kuman penyebab pneumonia -- kecuali virus influenza -- pada anak di Indonesia belum rutin dilakukan.
"Sehingga belum ada data pasti, apakah terjadi peningkatan jumlah kasus pneumonia akibat Mycoplasma pneumoniae pada anak di Indonesia," ujarnya dalam pernyataan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Sabtu (2/12/2023).
Jenis Bakteri/Virus Penyebab Pneumonia
Pneumonia sendiri merupakan radang pada paru-paru yang merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak, dan merupakan penyebab kematian tersering pada anak balita di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri atau virus yang banyak jenisnya. Bakteri penyebab pneumonia antara lain Streptococcus pneumonia, Hemophyllus influenza, Mycoplasma pneumonia, dan lain-lain.
Sedangkan, virus penyebab pneumonia antara lain RSV, influenza, adenovirus, SARS-CoV-2, rhinovirus, dan lain-lain.
Waspadai Kemungkinan Penularan Mycoplasma
Ngabila Salama meminta masyarakat termasuk orangtua mewaspadai kemungkinan penularan Mycoplasma, terlebih kekebalan atau imunitas seseorang berpotensi menurun di masa peralihan musim.
"Pencegahan perlu digalakkan dengan perilaku hidup bersih dan sehat dikencangkan, diimbau untuk memakai masker di keramaian, terutama pada yang sedang sakit sebaiknya tidak keluar rumah atau memakai masker di sekolah, ruang kerja, ruang indoor lainnya juga tentunya rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun," pesannya.
Advertisement