Ada 6 Kasus Mycoplasme Pneumonia di Indonesia, Pemerintah Lakukan Penelusuran Kasus

Meski semua pasien telah dinyatakan sehat, pemerintah tetap melakukan penelusuran kasus, terutama di lingkungan sekolah dan rumah mengingat bakteri Mycoplasma Pneumonia menyebar melalui droplet.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 07 Des 2023, 09:00 WIB
Diterbitkan 07 Des 2023, 09:00 WIB
Cek Kesehatan Anak SD
Bila dibandingkan dengan data periode Maret-Juli 2022, tercatat adanya peningkatan jumlah kunjungan pasien ISPA dan pneumonia sebesar 20-30 persen pada tahun ini untuk periode yang sama. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Infeksi Mycoplasma Pneumoniae yang tengah menyerang anak-anak di Tiongkok Utara terdeteksi pula di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae yang terkonfirmasi.

"Dua hari yang lalu, setelah kami konfirmasi, memang saat ini ada 6 kasus Mycoplasma Pneumoniae yang kena dan pernah dirawat di rumah sakit," tutur Maxi dalam temu media Update Pneumonia Mycoplasma di Indonesia, Rabu, 6 November 2023.

Maxi merinci, 5 pasien pneumonia pernah dirawat di RS Medistra dan 1 pasien di RS JWCC Jakarta. Dari 5 pasien yang dirawat di RS Medistra, 2 pasien diantaranya menjalani rawat inap ada 12 Oktober dan 25 Oktober. Sementara 3 pasien lainnya menjalani rawat jalan pada November lalu. Sedangkan satu pasien di RS JWCC disebut menjalani rawat inap.

Seluruh pasien yang terinfeksi Mycoplasma, kata Maxi, berusia 3-12 tahun. Adapun gejala awal yang paling umum ditemukan adalah panas dan batuk, sesak ringan hingga sulit menelan.

"Laporan dari rumah sakit, saat ini seluruh pasien telah sembuh," ungkapnya.

Meski semua pasien dinyatakan sehat dan sudah menjalani aktivitas seperti biasa, lanjut Maxi, pemerintah tetap melakukan penelusuran kasus, terutama di lingkungan sekolah dan rumah mengingat bakteri Mycoplasma Pneumonia menyebar melalui droplet.

“Dari 6 kasus ini, kami lakukan penelusuran. Meski kejadiannya sudah lewat, tentu penyelidikan epidemiologi tetap jalan untuk menggali informasi terutama di lingkungan sekolah dan tempat tinggal. Karena penularannya lewat droplet jadi lebih cepat menular,” kata Maxi. 

 

Rumah Sakit Diimbau Segera Laporkan Kasus Mycoplasma Pneumoniae

Untuk mencegah hal serupa tidak terulang kembali, Maxi mengimbau kepada seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia agar melaporkan penemuan kasus melalui Pelaporan rutin ISPA dan pelaporan ILI-SARI melalui link: https://bit.ly/ILISARI.

Pelaporan juga dilakukan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) melalui link https://skdr.surveilans.org atau nomor WhatsApp (WA) Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) : 0877-7759-1097 atau email: poskoklb@yahoo.com dan ditembuskan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

“Untuk di rumah sakit, 1×24 jam harus segera dilaporkan,” harapnya.

Lebih lanjut, Maxi mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan utamanya memakai masker saat sakit dan saat berada di kerumunan.

Masyarakat juga diimbau untuk selalu memperhatikan kesehatan dan daya tahan tubuhnya, patuh dan disiplin mematuhi aturan pemerintah, serta saling mengingatkan sesama untuk disiplin menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

“Bila sakit, sebaiknya pakai masker agar tidak menularkan kepada orang lain terutama kepada keluarga dan orang sekitar,” katanya berpesan.

Tingkat Fatalitas Mycoplasma Pneumoniae Lebih Rendah dari COVID-19

Dokter Spesialis Anak di RS Cipto Mangunkusumo dr. Nastiti Kaswandani menegaskan bahwa tingkat fatalitas dan keparahan akibat bakteri Mycoplasma pneumoniae lebih rendah dibandingkan tingkat fatalitas karena COVID-19.

“Apabila dibandingkan dengan COVID-19, tingkat keparahan maupun mortalitas (kematian) akibat Mycoplasma pneumoniae cenderung lebih rendah hanya 0,5 sampai 2 persen, itu pun pada mereka dengan komorbiditas,” kata dr. Nastiti.

Karena itu, pneumonia akibat bakteri mycoplasma sering disebut sebagai walking pneumonia. Sebutan itu lantaran gejalanya cenderung ringan sehingga pasien tidak perlu menjalani rawat inap di rumah sakit dan cukup melakukan rawat jalan.

“Anaknya cukup baik kondisi klinisnya sehingga masih bisa beraktivitas seperti biasa, makanya sebagian besar kasusnya bisa dilakukan rawat jalan, pemberian obatnya secara minum, dan anaknya bisa sembuh sendiri,” jelasnya.

Pengobatan Mudah Ditemukan

Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Prof. Erlina Burhan menyebut bahwa pneumonia akibat bakteri mycoplasma sebenarnya bukanlah penyakit baru. Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan dari lama, bahkan sejak periode 1930-an.

Prof Erlina mengatakan karena bukan penyakit baru, pengobatan untuk Mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari karena dapat ditemukan di Puskesmas dan dapat diperoleh menggunakan BPJS.

“Makanya, masyarakat tidak perlu panik karena penyakit ini sudah lama ditemukan di Indonesia,” katanya.

Senada dengan Dirjen Maxi, Prof Erlina mengatakan yang terpenting saat ini adalah menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menurutnya, hal tersebut adalah kunci utama pencegahan penyakit ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya