Lymphedema, Pembengkakan Kelenjar Getah Bening yang Turunkan Kualitas Hidup

Serangan pada kelenjar getah bening di kaki kiri pria berinisial E (34), pasien obesitas berbobot 230 Kilogram, membuatnya tidak bisa berjalan sama sekali.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 14 Jan 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2024, 10:00 WIB
Lymphedema, Kelenjar Getah Bening yang Bengkak, Tak Mengancam Nyawa Tapi Turunkan Kualitas Hidup
Serangan pada kelenjar getah bening di kaki kiri pria berinisial E (34), pasien obesitas berbobot 230 Kilogram, membuatnya tidak bisa berjalan sama sekali. Serangan penyakit yang disebut lymphedema ini, membuat kaki kirinya membengkak yang diklaim seberat 50 Kilogram.

Liputan6.com, Jakarta - Penyakit pada kelenjar getah bening di kaki kiri pria berinisial E (34), pasien obesitas berbobot 230 kilogram, membuatnya tidak bisa berjalan sama sekali. Kondisi yang disebut lymphedema ini, membuat kaki kirinya membengkak. Beratnya diklaim hingga 50 kilogram.

Lalu, apa sebenarnya lymphedema itu sendiri? Dr. Febiansyah Kartadinata Rachim, SpB.SubspBVE(K), selaku Dokter Spesialis Bedah Vaskular Eka Hospital BSD menjelaskan, Lymphedema berasal dari kata Lymp yang berarti kelenjar getah bening, secara keseluruhan Lymphedema adalah pembengkakan yang disebabkan dari kelenjar getah bening.

“Kelenjar getah bening itu menghasilkan cairan yang berfungsi untuk metabolisme tubuh. Saat bengkak ini, terjadi pemblokiran atau penyumbatan, sehingga aliran cairan getah bening itu tidak bisa mengalir, tersumbat, sehingga terjadi pembengkakan,” jelas dr. Febiansyah.

Dengan demikian bisa dipastikan, semua jenis masalah yang menghalangi drainase cairan getah bening dapat menyebabkan limfedema.

Lalu, apakah Lymphedema menyerang dan membahayakan pembuluh darah lainnya? Febiansyah memastikannya tidak. Sebab, pembengkakan akibat pemblokiran cairan hanya terjadi pada kelenjar getah bening saja.

Pembengkakan kelenjar getah bening itu bisa terjadi di kaki atau di lengan. Dimana, ketika membengkak, bila tidak ditangani, dia akan melebar,” ujarnya.

Gejala Awal Bisa Disertai Demam

Sementara, pada pasien E, yang memiliki bobot tubuh hingga 230 Kilogram, Lymphedema yang dideritanya berawal dari tahun 2021. Ketika berada di tempat kerja, dia mengalami suhu tubuh yang tinggi hingga cenderung demam.

Lalu, tiba-tiba saja muncul pembengkakan dan benjolan di kaki kirinya. Hingga akhirnya dia dirujuk ke RSCM untuk menjalani operasi. Meski begitu, 8 bulan kemudian, kondisi serupa muncul kembali di tempat yang sama, hingga akhirnya membuat pasien E kesulitan bergerak atau mobilitas.

"Mau bangun aja susah, cuma bisa di kasur sama duduk. Semua dibantu ibu. Kadang kalau ibu lagi tidak ada di rumah bingung mau minta tolong siapa," ujarnya.

Melansir dari laman yankes.kemkes.go.id, gejala awal pada pasien penderita Lymphedema bisa tidak disadari. Sebab, muncul benjolan kecil saja, hingga akhirnya muncul peradangan di sekitar kulit dan jaringan di sekitar pembengkakannya.

Lalu, gejala lain yang muncul adalah munculnya memar, kulit pecah-pecah, pengerasan dan penebalan kulit, borok dan pembengkakan kelenjar getah beningnya.

Tidak Mengancam Nyawa

Meski terlihat sangat mengganggu akibat pembengkakan tersebut, dr Febiansyah memastikan, bila penyakit ini tidak  mengancam nyawa pasien.

“Bengkak, yang dikhawatirkan pasien-pasien ini akan hidup lama dengan pembengkakak tersebut. Sehingga yang terjadi adalah penurunan kualitas hidup,”ujarnya.

Selain itu juga, penyakit lymphedema ini bisa berulang atau muncul kembali. Karena munculnya bendungan dari kelenjar getah bening tersebut.

Meski begitu, dr Febiansyah memastikan, lymphedema bisa dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga rutin, sehingga untuk metabolisme dan sirkulasi kelenjar getah bening dan pembuluh darah berjalan dengan baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya