Diabetes dan Dampaknya pada Seni Lukis Pablo Picasso: Karya-Karya Epik Tercipta dari Sang Maestro

Kontribusi Lukisan Pablo Picasso dalam Penelitian Medis untuk Diabetes

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 08 Feb 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2024, 17:00 WIB
Pablo Picasso
Pablo Picasso, Maestro Seni Lukis Kubisme Asal Spanyol, yang Juga Dikenal sebagai Pejuang Diabetes (Photo by Wikipedia Creative Commons/Argentina.Revista Vea y Lea)

Liputan6.com, Jakarta - Maestro seni lukis aliran kubisme, Pablo Picasso, berjuang melawan diabetes sepanjang hidupnya. Ia didiagnosis mengidap diabetes ketika pandemi flu Spanyol melanda dunia pada 1918. Bahkan, diduga penyebab kematiannya pada 1973 karena komplikasi diabetes.

Disebutkan dalam sejarah bahwa penyakit diabetes telah mengubah gaya lukisan pria kelahiran 1881 ini. Ketika penglihatannya mulai terganggu oleh diabetes, Pablo mulai menggunakan warna-warna gelap dan suram alih-alih warna cerah dan tajam.

Dikutip dari situs Chosun Korea pada Kamis, 8 Februari 2024, perubahan ini menambahkan nuansa yang lebih intens dan penuh putus asa pada karyanya. Perubahan juga terlihat jelas dalam ekspresi bentuknya.

Ketika tangan lebih gampang gemetar dan tremor akibat diabetes yang semakin parah, Pablo Picasso mulai menggambar bentuk yang lebih sederhana dan abstrak daripada sebelumnya. Karya Pablo Picasso setelah dirinya didiagnosis dengan diabetes adalah 'Guernica', yang menggambarkan kekejaman perang.

Lukisan ini menggambarkan serangan udara Guernica selama Perang Saudara Spanyol dengan dominasi warna gelap, ekspresi yang suram, dan bentuk yang lebih sederhana serta abstrak. Diabetes secara paradoks memberikan karakteristik kuat dan keunikan pada karyanya.

Lebih lanjut, lukisan berjudul Sleeping Girl, Jeune Fille Endormie (Perempuan Muda Terlelap) karya Picasso yang diciptakan pada 1935 digunakan sebagai sumber dana untuk penelitian medis terkait obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada medio 2011.

Lukisan ini menggambarkan sosok kekasihnya, Marie-Therese Walter, yang sedang tertidur. Marie-Therese Walter berumur 17 tahun kala bertemu dengan Pablo Picasso, yang saat itu berumur 45 tahun, di Paris.

 

 

Lukisan Pablo Picasso untuk Penelitian Diabetes

Tidak disebut siapa nama orang yang menyumbangkannya kepada Universitas Sydney di Australia untuk mendukung penelitian medis. Lukisan itu diyakini disumbangkan oleh seorang kolektor yang berasal dari Amerika Serikat (AS). Pendapatan sebesar 400 juta dolar yang dihasilkan dari lelang tersebut dialokasikan untuk penelitian medis.

Ketika Picasso didiagnosis menderita diabetes, terapi obat belum mencapai tingkat kemajuan kayak sekarang. Namun demikian, Picasso sangat aktif dalam mengelola diabetesnya, dengan mengatur kadar gula darahnya.

Ia juga menjauhi alkohol dan rokok, serta rutin berolahraga. Semangatnya yang kuat terhadap seni mendorongnya untuk menciptakan lebih dari 50.000 karya seni dan memberikan semangat pada kehidupannya.

Semua ini tampaknya membantunya mencapai usia panjang hingga 91 tahun. Karena keberhasilannya dalam mengelola diabetes, namanya digunakan terkait dengan proyek penelitian pengobatan diabetes.

Picasso, baik sebagai pasien maupun seniman, memiliki perjalanan hidup yang panjang dan warisan seni yang abadi.

Diabetes Umumnya Bukan Disebabkan Oleh Faktor Genetik

Diabetes merupakan penyakit kronis yang memerlukan penanganan serius karena menurunkan kemampuan tubuh untuk mencerna gula dan meningkatkan risiko terhadap penyakit lainnya, menurut Dokter Spesialis Gizi Klinik, Dr. dr Fiastuti Witjaksono.

Meskipun ada anggapan di masyarakat bahwa diabetes bersifat turunan, hal ini disangkal oleh Fiastuti, yang menyatakan bahwa sebagian besar kasus diabetes disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang buruk. Ia menambahkan bahwa makanan dan minuman yang tinggi kandungan gulanya, terutama yang dikemas, menjadi kontributor utama dalam peningkatan kasus diabetes di Indonesia.

Fiastuti juga menjelaskan bahwa kebanyakan makanan dan minuman yang beredar memiliki kalori tinggi tanpa gizi yang memadai dan mengandung gula dalam jumlah besar.

Konsultan metabolik endokrin Dr. dr. Fatimah Eliana, SpPD, KEMD, FINASIM, menambahkan bahwa semua orang memiliki risiko yang sama terkena diabetes akibat gaya hidup, baik laki-laki maupun perempuan. Faktor genetik, meskipun berperan, hanya sedikit memengaruhi risiko diabetes. Sebagian besar pasien diabetes di Indonesia, sekitar 90 persen, disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.

Dampak dari meningkatnya konsumsi makanan dan minuman yang tinggi kandungan gula juga terlihat dari semakin bertambahnya usia pasien diabetes. Menurut Fatimah, pasien diabetes di masa lalu biasanya berusia di atas 40 tahun, namun saat ini, semakin banyak pasien diabetes yang masih berusia 30 tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya