Liputan6.com, Jakarta Imunisasi dan vaksinasi tidak hanya penting diberikan kepada anak-anak, tetapi juga penting untuk orang dewasa. Pemberian vaksin merupakan langkah penting dalam upaya perlindungan kesehatan masyarakat.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) berkomitmen untuk terus menyedikan rekomendasi vaksin yang terkini dan berbasis bukti ilmiah, untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.
Baca Juga
Penasihat Satuan Tugas (Satgas) vaksin Dewasa PAPDI, Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, FINASIM mengatakan bahwa sejak tahun 1970 sudah terbiasa melakukan imunisasi pada anak, tetapi untuk imunisasi pada dewasa baru berkembang sejak tahun 2003.
Advertisement
"Imunisasi dewasa adalah lanjutan dari imunisasi anak dengan tambahan beberapa vaksin tertentu khusus untuk dewasa," kata Samsuridjal dalam acara Konferensi Pers Pembaruan Rekomendasi Jadwal Imunisasi Dewasa Tahun 2024 oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) pada Senin, 29 April 2024 di Jakarta.
"Sebelumnya vaksinasi dan imunisasi utamanya diberikan kepada anak-anak, baru kemudian disadari bahwa manfaat pada anak juga ternyata bermanfaat pada orang dewasa," kata Samsuridjal.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Imunisasi Dewasa PAPDI, Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, FINASIM mengatakan bahwa tujuan vaksin ini untuk mencegah penyakit infeksi, salah satunya untuk mencegah penyakit pneumonia.
Sebelumnya, PAPDI telah merekomendasikan vaksinasi PCV13 pada usia 18 tahun ke atas dan PPSV23 pada usia 50 tahun ke atas. Dengan disetujuinya penggunaan PCV15 oleh BPOM pada Juni 2023 dan melihat beban penyakit pneumonia di Indonesia, Satgas Dewasa menambahkan PCV15 dalam Rekomendasi Vaksin Dewasa PAPDI 2024 untuk usia 18 tahun ke atas.
"Rekomendasi ini diberikan berdasarkan hasil studi terhadap kemanjuran dari berbagai penelitian yang membuktikan vaksin PCV15 menunjukan pembentukan antibodi yang baik pada orang dewasa dan lansia," jelas Sukamto.
Pentingnya Vaksinasi Bagi Orang Dewasa
Samsuridjal menjelaskan bahwa dalam kasus pneumonia pada anak, angka kejadiannya tinggi, angka kematian juga relatif tinggi. Tetapi diatas usia 50 tahun, angka kematian sangat tinggi dan angka kematian sangat tinggi, jauh lebih tinggi daripada anak-anak.
"Sehingga perlindungan terhadap pneumonia pada usia lanjut itu akan memberikan manfaat yang besar sekali, nah karena itulah imunisasi dewasa kemudian mulai berkembang," jelas Samsuridjal.
Berbagai studi juga menunjukkan bahwa vaksinasi pneumonia pada orang dewasa dapat membantu menurunkan risiko dari penyakit berbahaya ini.
Pentingnya mendapatkan vaksinasi bagi orang dewasa juga untuk mencegah pneumonia juga dikarenakan orang dewasa sehat berusia ≥65 tahun memiliki risiko meningkat terhadap penyakit pneumonia dibandingkan dengan dewasa muda berusia 18–64 tahun.
Selain itu, dewasa berusia 18–64 dengan latar belakang medis atau faktor risiko perilaku tertentu memiliki risiko meningkat terhadap penyakit pneumonia dibandingkan dengan dewasa sehat seumur sama.
Advertisement
Konsep Imunisasi Sepanjang Umur
Samsuridjal menjelaskan bahwa sekarang ini berkembang konsep imunisasi sepanjang umur yang tidak berfokus lagi pada anak atau orang dewasa, tetapi berfokus pada sepanjang umur.
"Artinya, setiap orang dengan usia berapapun, mereka harus memiliki kesadaran untuk menanyakan pada dirinya sendiri apa vaksin yang perlu didapatkan, dan apakah sudah mendapatkannya," jelas Samsuridjal.
Konsepnya adalah mulai dari bayi sampai dengan usia berapapun itu perlu imunisasi, dan imunisasi itu diharapkan sepanjang umur agar masyarakat mempertanyakan "apakah saya sudah imunisasi atau belum."
"Masyarakat yang meminta vaksinasi dan pemerintah beserta tenaga kesehatan akan menyediakan layanannya, sehingga kesadaran bahwa imunisasi itu adalah hak semua orang untuk sehat, itu yang harus ditanamkan di masyarakat kita," kata Samsuridjal.
Cegah Sakit dengan Vaksinasi
Sukamto menjelaskan bahwa vaksin ini bertujuan untuk mencegah penyakit infeksi, tetapi terdapat problem tata laksana kedepan yaitu salah satunya resistensi antibiotik dimana hal ini juga menjadi masalah global.
"Kalau kemudian kita terkena infeksi pneumonia misalnya, lalu terjadi resistensi antibiotik terhadap kuman pneumonia tadi, atau kondisi tertentu dimana kita tidak mendapatkan antibiotik yang sesuai dengan pola kumannya. Hal ini bisa karena krisis, atau persediaannya tidak ada sehingga menyebabkan kita tidak bisa mendapatkan obat yang optimal," kata Sukamto.
Berhubungan juga dengan cost effectiveness analysis Sukamto menjelaskan bahwa ketika menghitung antara vaksin yang dibeli, biaya pembelian vaksin dengan kondisi seseorang yang sakit itu jauh lebih besar.
Oleh karena itu, masyarakat disarankan untuk maju selangkah lebih dahulu sebelum sakit dengan melakukan vaksinasi sebagai strategi pencegahan penyakit.
Advertisement