Liputan6.com, Jakarta - Mata juling adalah kondisi yang sering terjadi pada anak-anak, di mana kedua mata tidak sejajar dan melihat ke arah yang berbeda. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi penampilan, tetapi juga dapat berdampak serius pada perkembangan penglihatan.
Mata juling memiliki nama lain Strabismus. Akibatnya dari mata juling adalah penglihatan menjadi terdistorsi, dan dapat muncul penglihatan ganda, serta hilangnya persepsi kedalaman.
Baca Juga
Strabismus, atau mata juling, dikategorikan berdasarkan arah mata yang tidak sejajar. Berikut adalah beberapa jenisnya yang dikutip dari Verywellhealth.com:
Advertisement
- Esotropia: Satu atau kedua mata mengarah ke dalam, sehingga terlihat seperti "cross eyes".
- Eksotropia: Satu atau kedua mata mengarah ke luar, sehingga terlihat seperti "wall-eyed" atau "wandering eye".
- Hipertropia: Satu mata mengarah ke atas.
- Hipotopia: Satu mata mengarah ke bawah.
Strabismus, atau mata juling, dapat menimbulkan berbagai gejala, antara lain:
- Penglihatan ganda (diplopia): Otak menerima dua gambar yang berbeda dari kedua mata, sehingga memicu penglihatan ganda.
- Memiringkan atau memutar kepala saat melihat: Penderita strabismus mungkin memiringkan atau memutar kepala untuk menyelaraskan penglihatan dari kedua mata.
- Menutup atau menutupi satu mata: Penderita strabismus mungkin menutup atau menutupi satu mata saat melihat, baik dari dekat maupun jauh, untuk menghindari penglihatan ganda.
- Sakit kepala karena ketegangan mata: Otak yang dipaksa untuk memproses dua gambar yang berbeda dapat menyebabkan sakit kepala karena ketegangan mata.
- Kesulitan membaca: Penglihatan ganda dan kabur yang disebabkan oleh strabismus dapat membuat membaca menjadi sulit.
- Kehilangan persepsi kedalaman: Strabismus dapat mengganggu kemampuan untuk mempersepsikan jarak dan kedalaman, sehingga membahayakan koordinasi dan keseimbangan.
Akar Permasalahan Strabismus
Strabismus, atau mata juling, pada dasarnya merupakan hasil dari perkembangan abnormal sistem binokular otak. Sistem ini memungkinkan kita untuk melihat dalam tiga dimensi dan mengkoordinasikan gerakan kedua mata saat melihat objek dari jarak dekat maupun jauh.
Pada beberapa kasus, strabismus bersifat kongenital, artinya kondisi ini sudah ada sejak lahir. Dalam beberapa kasus kongenital, strabismus dapat sembuh dengan sendirinya seiring waktu.
Namun, kasus yang berkembang selama masa bayi, anak-anak, dan usia dewasa umumnya membutuhkan penanganan medis.
Bayi dan balita lebih rentan terhadap strabismus karena ligamen dan otot yang mengendalikan gerakan mata belum sepenuhnya berkembang.
Advertisement
Penyebab Strabismus
Penyebab strabismus dapat mencakup cedera saraf atau disfungsi otot yang mengendalikan mata. Terdapat pula beberapa faktor dapat meningkatkan risikonya, antara lain:
- Trauma mata: Cedera pada mata dapat mengganggu otot dan saraf yang mengontrol gerakan mata, sehingga memicu strabismus.
- Diabetes: Diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf, termasuk saraf yang mengontrol otot mata.
- Penyakit Graves: Penyakit Graves adalah kelainan autoimun yang menyerang kelenjar tiroid, dan dapat menyebabkan masalah pada otot mata.
- Sindrom Guillain-Barré: Sindrom Guillain-Barré adalah kelainan autoimun yang menyerang sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelemahan pada otot mata.
- Racun kerang: Konsumsi kerang yang terkontaminasi racun tertentu dapat menyebabkan kelumpuhan otot mata, termasuk strabismus.
- Cedera otak traumatis: Cedera otak traumatis dapat menyebabkan kerusakan pada bagian otak yang mengontrol gerakan mata, sehingga memicu strabismus.
- Sindrom retraksi Duane: Sindrom retraksi Duane adalah kelainan bawaan yang memengaruhi pergerakan mata, dan dapat menyebabkan strabismus.
Penanganan Strabismus
Strabismus dapat diobati dengan berbagai cara. Pakar mata yag biasanya seorang oftalmolog, akan dapat menentukan rencana perawatan terbaik untuk tiap individu.
1. Menggunakan Kacamata
Salah satu pengobatan yang umum adalah penggunaan kacamata korektif. Pada kasus esotropia yang disebabkan oleh hiperopia yang tidak terkoreksi, kacamata dapat membantu mata fokus dengan benar dan mengurangi kebutuhan untuk "memiringkan" mata ke dalam.
Lensa bifokal dapat diresepkan untuk mencegah konvergensi mata saat membaca atau fokus pada jarak dekat. Lensa ini terdiri dari dua bagian: bagian atas untuk melihat jauh dan bagian bawah untuk melihat dekat.
Lensa prisma adalah jenis lensa lain yang dapat digunakan untuk mengobati strabismus. Lensa ini membengkokkan cahaya ke arah tertentu, sehingga membantu "meluruskan" gambar yang dilihat oleh mata.
2. Terapi Penglihatanan
Terapi penglihatan (Vision Therapy) adalah salah satu metode pengobatan strabismus yang bertujuan untuk meningkatkan kontrol dan koordinasi otot mata. VT dapat membantu pasien menjadi lebih sadar akan deviasi mata mereka dan mengajarkan mereka cara meminimalkannya.
Beberapa teknik VT menggunakan mesin atau program perangkat lunak untuk memberikan umpan balik visual. Alat ini dapat membantu pasien mengenali kapan mata mereka sejajar dan kapan tidak.
Advertisement
3. Botox
Suntikan Botox, atau toksin botulinum A, merupakan salah satu pilihan pengobatan strabismus pada anak-anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Cara kerjanya dengan menyuntikkan toksin ke salah satu otot yang mengendalikan gerakan mata, sehingga membantu mengendurkan otot tersebut dan memudahkan mata kembali ke posisi yang benar.
Botox bekerja dengan cara memblokir impuls saraf ke otot yang disuntikkan, menyebabkan kelumpuhan sementara. Hal ini memungkinkan otot-otot mata lainnya untuk "mengambil alih" dan meluruskan mata. Biasanya diperlukan beberapa kali suntikan, terutama pada kasus yang parah.
4. Operasi
Operasi otot mata, yang dikenal sebagai miectomiotomi, adalah prosedur yang umumnya efektif untuk mengobati strabismus. Dalam operasi ini, dokter mata spesialis otot mata menggunakan berbagai teknik untuk memendekkan atau menggerakkan otot-otot mata tertentu. Hal ini dilakukan untuk menyeimbangkan kekuatan otot-otot mata dan meluruskan mata.