Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat kerap mendapati kasus batu empedu menyerang lebih dari satu anggota keluarga. Misalnya, ibu di satu rumah mengalami batu empedu, tak lama anaknya juga mengalami keluhan yang sama.
Padahal, menurut dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif di RS EMC Pulomas, Seno Budi Santoso, batu empedu bukanlah penyakit yang diturunkan.
Baca Juga
“Jadi kalau turunan sih sebenarnya tidak, hanya yang kadang kesannya seperti turunan itu karena salah satu faktor pencetusnya adalah pola makan, gaya hidup, dan sebagainya. Nah kadang-kadang dalam satu keluarga itu terbentuk pola makan yang sama,” jelas Seno dalam Healthy Monday bersama Liputan6.com dan RS EMC edisi Bye-Bye Batu Empedu: Apa Sih Penyebabnya? Senin (24/6/2024).
Advertisement
Artinya, batu empedu yang terjadi pada orangtua dan anak bukan disebabkan oleh genetik ibu atau ayah yang diturunkan pada anak. Melainkan karena pola hidup kurang sehat yang diterapkan dalam keluarga dan diikuti oleh anak-anak.
“Misalnya bapak ibunya sering makan lemak-lemak dan sebagainya. Nanti, anaknya pun ikut seperti itu. Makanya dalam satu keluarga ada ibunya kena, bapaknya kena, dan beberapa anaknya kena (batu empedu). Tapi bukan keturunan, kalau keturunan kan genetik. Ini karena faktor gaya hidup yang sama,” jelas Seno.
Kelompok Usia Berapa yang Bisa Alami Batu Empedu?
Seno menambahkan, batu empedu kebanyakan dialami oleh perempuan di atas usia 40.
“Tetapi tidak berarti yang di luar kriteria itu tidak bisa terkena batu empedu. Laki-laki dan rentang usia lebih muda atau lebih tua juga bisa (mengidap batu empedu).”
Dalam kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastro entero hepatologi RS EMC Alam Sutera, Nella Suhuyaniy memberi penjelasan soal faktor risiko batu empedu.
Menurutnya, ada istilah 4F yang dikenal sebagai faktor risiko batu empedu, yakni:
- Female (perempuan).
- Fourty (umur di atas 40 tahun).
- Fat (kegemukan/obesitas).
- Fertile (sudah memiliki anak).
“Jadi kalau memenuhi syarat 4F ini terus ada gejala perut kanan atas nyeri maka jangan hanya berpikir bahwa itu sakit lambung. Perlu pemeriksaan lanjutan apa ini benar-benar masalah lambung saja atau ada batu empedu,” kata Nella.
Advertisement
Mengapa Batu Empedu Bisa Terbentuk?
Sebelumnya, dokter spesialis bedah subspesialis bedah digestif RS EMC Pekayon, Felmond Limanu menjelaskan bahwa batu empedu adalah suatu deposit yang terjadi dalam sistem saluran empedu atau di kantong empedu.
“Sebenarnya cairan empedu dalam saluran empedu dan kantong empedu itu banyak komposisinya. Ada empedu, enzim, kolesterol terutama, dan bilirubin. Semua itu kalau dalam kondisi seimbang maka kondisinya larut,” jelas Felmond.
“Tapi dengan segala macam penyebab, misalnya karena kolesterol yang tinggi atau gangguan dari pengosongan kantong maka keseimbangan itu terganggu. Sehingga salah satu dari komponen itu akan mengeras, deposit, membentuk kristal-kristal, dan lama-kelamaan membentuk batu,” tambahnya.
Apa Saja Gejala Batu Empedu?
Mengenai gejalanya, batu empedu memiliki gejala yang khas dan tidak khas. Sementara gejala umum dari keluhan batu empedu bisa berupa nyeri perut yang kerap disalahartikan sebagai sakit mag.
“Nyeri di ulu hati, tembus ke belakang. Cuman gejala batu empedu itu sedikit lebih khas di mana nyerinya tembus sampai ke pinggang kemudian menjalar sampai ke bahu atas. Itu bisa jadi dari batu empedu,” jelas Nella.
Jika batu empedu menyebabkan infeksi, maka gejala yang dapat timbul adalah demam. Dan gejala ini biasanya tidak ditemukan pada sakit lambung yang umum.
Bagaimana Mencegah Batu Empedu?
Untuk mencegah terjadinya batu empedu, lanjut Felmond, maka hal yang dapat dilakukan adalah menjaga pola makan.
“Tentunya dari makanan, makan makanan sehat, rendah lemak, rendah kolesterol, dan menjaga berat badan. Olahraga, jangan sampai obesitas dan lain-lain. Jadi gaya hidup dan diet untuk cegah risiko batu empedu semakin tinggi,” saran Felmond.
Advertisement