Liputan6.com, Jakarta Kesepian bisa dirasakan oleh siapa saja, dari remaja hingga lansia, kondisi ini tidak boleh dianggap remeh sebab bisa mengarah ke depresi, karena kesepian berkaitan dengan kesehatan mental seseorang.
Psikolog Samanta Elsener mengatakan bahwa kesepian yang terus menerus dan tidak tidak ada penanganan apapun, bisa membuat seseorang menjadi depresi.
Baca Juga
"Kesepian yang dirasakan dalam waktu yang lama dan tidak ada penanganan apapun, bisa membuat orang menjadi depresi," kata Samanta alam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI pada Senin, 8 Juli 2024.
Advertisement
Apabila tidak ada sama sekali bantuan untuk kondisi tersebut, seseorang itu bisa menjadi malfunction.
"Kalau tidak ada sama sekali bantuan juga bisa jadi malfunction dirinya. Bisa kehilangan pekerjaan, terlibat pergaulan yang tidak baik, atau bisa jadi adiksi, baru yang terakhir dia merasa yang paling mudah adalah mengakhiri hidup," jelas Samanta.
Seseorang yang mengalami depresi karena kesepian membutuhkan penanganan yang lebih tepat, tidak bisa diatasi sendirian dan membutuhkan support system dari lingkungan.
"Kalau gejala depresinya sudah masuk, itu membutuhkan penanganan yang lebih tepat lagi, tidak bisa diatasi sendiri, karena benar benar butuh support system dari lingkungan," katanya.
Samanta menambahkan bahwa orang yang mengalami kesepian, sering kali menghukum dirinya sendiri atau menyabotase dirinya sendiri secara tidak sadar.
"Dia menghindari lingkungannya, dia mengisolasi diri. Bisa jadi hal ini beririsan terus antara kesepian dan depresi."
Kesepian Berkaitan dengan Kesehatan Mental
Samanta mengatakan kesepian mengacu pada kondisi emosional seseorang, dan kesepian itu berbeda dengan sendirian.
Banyak yang menafsirkan bahwa orang yang sendirian sudah pasti kesepian, tapi menurut Samanta hal ini tidak selalu begitu.
"Ada karakter orang yang justru mereka lebih terbiasa sendiri seperti orang-orang introvert, karena merasa itu adalah titik kenyamanan dia, sehingga sendirian itu tidak berarti dia merasa kesepian," jelasnya.
Sebaliknya, samanta menambahkan seseorang bisa merasakan kesepian di tengah kondisi yang ramai dan banyak orang.
"Itu bisa terjadi, karena ini adalah kondisi yang akumulasi atas kebutuhan emosionalnya yang tidak tercapai atau tidak terpenuhi," kata Samanta.
Biasanya kebutuhan emosional yang tidak tercapai atau terpenuhi ini setiap orang bisa beragam, tetapi setidaknya berkaitan dengan afirmasi positif atau kasih sayang, perhatian, dan koneksi dengan orang-orang disekitarnya secara sosial.
Lebih lanjut, Samanta mengatakan kesepian bisa juga terjadi karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.
"Hidupnya sibuk masalah pekerjaan, tidak ada aktivitas lainnya seperti melakukan hobi, bertemu teman-teman diluar kantor, sehingga itu bisa membuat orang semakin lama jadi kesepian, karena kemungkinan hidupnya jadi kurang bermakna."
Advertisement
Apa Itu Kesepian Kronis?
Samanta menyebutkan apabila seseorang merasakan kesepian terlalu lama dan tidak ada upaya untuk mengatasinya, bisa membuat seseorang mengalami kesepian kronis.
"Memang kalau kesepian terlalu lama, dan kita tidak mencoba membuat diri kita utuh kembali, itu bisa membuat kita mengalami kesepian yang kronis, sampai mungkin ke gejala depresi hingga memilih untuk mengakhiri hidup," kata Samanta.
Menurut Samanta, kondisi mental statusnya itu sudah rendah sekali, dimana orang tersebut mungkin sudah tidak ada teman untuk diajak berbicara dan mengobrol, sehingga hidupnya menjadi datar.
"Itu yang bisa membuat orang semakin mempertanyakan 'sebenarnya aku hidup buat apasih?'. Ketika seseorang sudah bertanya seperti itu, dan tidak ada satupun orang yang mendampingi dia dalam proses spiritualnya serta mencari kebermaknaan hidupnya seperti apa, itu yang berbahaya."
Apa yang Harus Dilakukan Jika Merasa Kesepian?
Dalam upaya mengatasi kesepian, Samanta menyebutkan pentingnya membangun koneksi sosial dengan orang lain.
"Bangun koneksi dengan real people. Kalau tidak punya teman cari teman, kalaupun harus trial dan error itu adalah bagian dari proses. Tidak ada di dunia ini yang instan," ungkapnya.
Semuanya butuh proses, butuh pendewasaan, dan butuh usaha dari diri sendiri untuk bangkit. Menurut Samanta, cara yang paling efektif adalah dengan mengikuti kegiatan volunteer.
"Orang yang rajin volunteer itu bisa mengurangi risiko rasa kesepiannya. Hal ini karena volunteer adalah aktivitas yang jujur sehingga kebermaknaannya itu terasa sekali," jelasnya.
Samanta menambahkan untuk membuat rasa kesepian memudar, dibutuhkan peran hormon oksitosin, atau hormon cinta.
"Yang kita cari untuk membuat rasa kesepian ini pudar adalah oksitosin atau hormon cinta. Itu adalah kebermaknaan dalam relasi, membuat kita merasa aman, merasa berharga, membuat kita diapresiasi oleh orang lain, dihargai, dan diperhatikan."
Advertisement