3 Efek Ngeri dari Konsumsi Kecubung, Bisa Sebabkan Halusinasi hingga Kematian

Dokter ungkap bahaya dari mengonsumsi kecubung, mulai dari mabuk, halusinasi hingga kematian.

oleh Rahil Iliya Gustian diperbarui 21 Jul 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2024, 12:00 WIB
Buah Kecubung
Bahaya Konsumsi Kecubung. Sumber: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr.(cand) dr. Inggrid Tania M.Si mengatakan mengonsumsi kecubung, baik buah, daun, maupun rantingnya merupakan kebiasaan yang tidak benar atau penyalahgunaan.

"Kebiasaan yang tidak benar atau penyalahgunaan itu memang seringnya dengan mengonsumsi buahnya, daun atau ranting dari kecubung," kata Inggrid dalam siarang langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI pada Jumat, 19 Juli 2024.

Inggrid mengatakan konsumsi kecubung yang direbus atau dimakan langsung bisa mempengaruhi mental karena kandungan psikoaktifnya.

"Ini disebut penyalahgunaan karena biasanya dengan direbus atau dimakan langsung, zat-zat psikoaktif yang terkandung didalam kecubung itu ada senyawa yang rata-rata golongan alkaloid yang memang bersifat psikoaktif yang bisa mempengaruhi mental kita," jelasnya.

Lebih lanjut, berikut ini Inggrid menyebutkan bahaya mengonsumsi kecubung.

1. Mabuk Disertai Halusinasi

Inggrid mengatakan biasanya gejala yang ditimbulkan dari mengonsumsi kecubung adalah mabuk atau istilah medisnya delirium.

"Deliriumnya itu bisa agitatif atau hiperaktif, jadi dia bisa ngomong terus atau dia bergerak kesana kemari tidak karuan, juga disertai dengan halusinasi," kata Inggrid.

Halusinasinya yang dialami umumnya yaitu halusinasi visual, Inggrid menjelaskan ini seperti seolah-olah dia melihat sesuatu padahal sebetulnya tidak ada.

"Nah halusinasi akibat konsumsi kecubung itu bisa membahayakan diri hingga bunuh diri, ataupun membahayakan orang lain, yang itu dilakukan secara tidak sadar dan tanpa sengaja."

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


2. Bahaya Kecubung Lainnya: Adiksi

Inggrid mengatakan bahwa zat psikoaktif yang terdapat dalam kecubung juga memiliki sifat adiksi, dan pemakaian secara kronik bisa mengganggu otak.

"Yang namanya zat psikoaktif kan itu juga ada sifat adiktif, nah ini juga harus ditangani kalau pemakainya sudah sering dalam mengonsumsi kecubung," katanya.

Inggrid menambahkan terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan kronik ini bisa mempengaruhi otak.

"Ada hasil penelitian juga yang menunjukkan hasil penggunaan kronik itu juga ternyata otak bisa dipengaruhi, misalnya sitem memori dan sebagainya itu bisa terganggu secara permanen," jelas Inggrid.

 


3. Dosis yang Besar Kecubung Bisa Sebabkan Kematian

Apabila mengonsumsi kecubung dengan dosis yang besar, apalagi dicampur dengan narkotika lainnya, maka efek psikoaktifnya akan lebih besar sehingga bisa meninggal dunia.

"Dosis kecubungnya terlalu besar dan ditambah dioplos dengan narkotika lainnya lalu ada efek antikolinergik, jadi bisa ada gejala selain yang kita bisa dilihat ada pelebaran pupil mata, mulut kering atau kulit kering, juga ada peningkatan denyut jantung sampai akhirnya bisa mengganggu irama jnatung yang bisa juga menyebabkan meninggal dunia, serta ada gangguan henti napas.

Oleh karena itu, Inggrid mengingatkan efek dari mengonsumsi kecubung tidak bisa dianggap sepele.  


Jika Orang Keracunan Kecubung, Harus Apa?

Inggrid menyebutkan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menangani seseorang yang keracunan kecubung.

"Pertama-tama pemantauan dampaknya itu gejala ringan, sedang, atau berat. Biasanya kalau ringan hanya dipantau agar tidak membahayakan dirinya dan orang lain, dan dalam beberapa hari akan hilang sendiri efeknya," kata Inggrid.

Agar lebih aman, Inggrid menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit agar pemantauannya lebih intensif.

"Kalau lebih aman lagi sebaikanya dibawa ke rumah sakit, agar pemantauannya lebih intensif untuk melihat adakah tanda-tanda daruratnya," ujar Inggrid.

Apabila gejalanya berat, tentunya segera dilarikan ke UGD dan memastikan mendapatkan pengobatan yang bersifat suportif.

"Gejalanya berat langsung di tangani di UGD dan juga pengobatan lainnya yang bersifat suportif, intinya untuk amanya ya dibawa ke rumah sakit, nanti akan dipantau lagi apakah perlu penanganan lebih lanjut."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya