Hari Anak Nasional 2024: Upaya Cegah Stunting dan Bangun Generasi Sehat

Salah satu fokus utama dalam peringatan HAN 2024 adalah upaya mencegah stunting yang masih menjadi masalah serius di Indonesia.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 26 Jul 2024, 17:25 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 17:25 WIB
Tangerang
Anak-anak tengah menjalani skrining stunting dan TBC di Kota Tangerang. (Liputan6.com/Pramita Tristiawati).

Liputan6.com, Jakarta - Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli menjadi momentum penting guna meningkatkan kesadaran akan kesehatan anak-anak Indonesia.

Tahun ini, tema yang diusung adalah “Anak Terlindungi, Indonesia Maju”, yang menekankan pentingnya perlindungan dan kesehatan anak-anak sebagai pondasi bagi kemajuan bangsa. Adapun salah satu fokus utama dalam peringatan HAN 2024 adalah upaya mencegah stunting yang masih menjadi masalah serius di Indonesia.

Stunting, atau kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis, memiliki dampak jangka panjang yang signifikan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional adalah sebesar 21,5 persen. Angka tersebut masih jauh dari target penurunan menjadi 14 persen pada 2024.

Kondisi stunting tidak hanya mempengaruhi tinggi badan anak, tetapi juga berdampak pada perkembangan kognitif dan kesehatan secara keseluruhan.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) M. Syahrir menjelaskan, pemerintah melakukan dua jenis intervensi terkati upaya cegah stunting.

“Untuk mencapai target penurunan stunting, pemerintah melakukan dua jenis intervensi, yakni intervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik berfokus pada penanganan penyebab langsung stunting, seperti kekurangan asupan makanan dan gizi serta penyakit infeksi," jelas Syahril. 

Intervensi gizi spesifik ini melibatkan berbagai program, termasuk pencegahan anemia pada remaja putri dengan pemberian tablet tambah darah seminggu sekali, pemeriksaan kehamilan minimal enam kali untuk ibu hamil, dan pemberian tablet tambah darah kepada ibu hamil. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pemberian ASI Eksklusif dan MPASI Kaya Protein

Selain itu, Kemenkes mendorong pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, pemantauan pertumbuhan balita setiap bulan di posyandu, serta pemberian makanan pendamping ASI kaya protein hewani bagi balita usia 6-23 bulan.

“Intervensi gizi sensitif menyasar keluarga dan masyarakat karena berkaitan dengan penyediaan air bersih dan peningkatan akses pangan. Program ini dilakukan untuk memastikan bahwa lingkungan sekitar anak juga mendukung pertumbuhan yang sehat,” tambah Syahrir.

Dengan berbagai upaya ini, pemerintah berharap dapat menurunkan angka stunting dan memastikan setiap anak Indonesia tumbuh dan berkembang dengan optimal, sehingga mereka dapat menjadi generasi penerus bangsa yang sehat dan cerdas.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya