Portable X-Ray: Inovasi Baru Kemenkes Perang Melawan TB

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa alat Portable X-Ray akan menjadi senjata penting dalam upaya pemerintah untuk menurunkan angka kasus TB di Indonesia.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 04 Agu 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi Tuberkulosis
Perlu diketahui gejala utama pasien TBC paru, yaitu batuk berdahak selama dua minggu atau lebih.

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati Hari Anak Nasional 2024, Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin memperkenalkan inovasi terbaru untuk memerangi tuberkulosis (TB) di Indonesia. Peluncuran alat skrining Portable X-Ray ini dilaksanakan di Gedung Sate, Bandung, sebagai bagian dari Kampanye TBC.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa alat ini akan menjadi senjata penting dalam upaya pemerintah untuk menurunkan angka kasus TB di Indonesia.

“Butuhnya untuk nasional, kami merasa masing-masing provinsi harus punya 2 alat portable X-Ray, tapi saat ini kami mau prioritaskan ke provinsi-provinsi yang tinggi kasus TBC-nya,” ujarnya. Kota Bandung, yang memiliki kasus TB cukup signifikan, menjadi salah satu prioritas distribusi alat ini.

Portable X-Ray yang diperoleh melalui bantuan dari Uni Emirat Arab (UEA) ini, telah tersebar di 15 kabupaten/kota di 8 provinsi prioritas untuk percepatan eliminasi TBC 2030, termasuk Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Maluku. Dengan alat ini, diharapkan wilayah-wilayah tersebut dapat segera memulai kegiatan Active Case Finding pada bulan Agustus.

Menkes Budi Gunadi Sadikin juga menekankan pentingnya alat ini untuk deteksi TB pada anak-anak, mengingat sulitnya diagnosis TB secara fisik dan kendala dalam pengambilan dahak. “Khusus untuk anak-anak, karena TB secara fisik tidak dapat diobservasi dan anak-anak tidak dapat dipaksa mengeluarkan dahaknya, sehingga skrining TB harus menggunakan rontgen, salah satunya Portable X-Ray,” jelasnya.

 

Program Surveilas TB

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam penanggulangan TB, mengingat negara ini berada di posisi kedua kasus TB tertinggi di dunia setelah India, dengan 1.060.000 kasus baru dan 134.000 kematian setiap tahunnya. Ini berarti terdapat sekitar 15 kematian akibat TB setiap jam.

“Itu sebabnya kenapa pemerintah sekarang, sejak pandemi COVID-19, TBC ditangani secara agresif melakukan program surveilans untuk menemukan di mana saja,” tambah Menkes Budi.

Program surveilans ini telah berhasil menemukan 500 ribuan kasus pada 2021, meningkat menjadi 700 ribuan kasus pada 2022, dan mencapai 800 ribuan kasus pada 2023. Target tahun ini adalah menemukan 900 ribu kasus TB, agar mereka dapat segera diobati dan sembuh dalam waktu 4 sampai 6 bulan. “Pasien TBC tidak akan menularkan kalau sudah dikasih obat, sehingga diharapkan makin lama makin sedikit kasus TBC,” tutup Menkes Budi. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya