Liputan6.com, Jakarta - Sehubungan dengan berita tentang penghentian bantuan (setidaknya untuk 90 hari ke depan) obat-obatan HIV, TB, dan Malaria dari pemerintah Amerika Serikat, maka ada tiga hal yang perlu segera diantisipasi di negara kita.
Pertama, tentu perlu segera diidentifikasi berapa besar obat-obatan untuk ketiga penyakit itu yang berasal dari bantuan langsung pemerintah Amerika Serikat dan kini digunakan di negara kita untuk masyarakat, pasien, serta mereka yang membutuhkannya.
Advertisement
Pemberitaan di media menyebutkan bahwa kontraktor dan rekanan yang bekerja dengan United States Agency for International Development (USAID) menerima memo untuk menghentikan kegiatannya.
Advertisement
Oleh karena itu, kita perlu mengetahui dengan pasti seberapa besar masyarakat dan pasien kita menerima obat mereka dari kontraktor dan rekanan USAID ini.
Jika jumlah dan proporsinya sudah jelas, sebaiknya informasi ini diumumkan ke publik agar tidak terjadi keresahan, terutama mengingat masih ada hal kedua dan ketiga di bawah ini.
Kedua, tentu mungkin saja masyarakat dan pasien kita menerima obat mereka dari sumber luar negeri lain selain Amerika Serikat, misalnya dari badan internasional lain seperti Global Fund AIDS, TB, Malaria (GF ATM), yang mungkin tidak hanya mendapatkan pasokan obat dari Amerika Serikat.
Bisa juga ada masyarakat dan pasien kita yang menerima obat dari negara lain, atau pemerintah sedang menjajaki kerja sama dengan negara di luar Amerika Serikat untuk mendapatkan obat-obatan ini. Hasil dari kerja sama ini juga perlu diumumkan secara luas kepada publik.
Â
Memaksimalkan Penggunaan Obat Dalam Negeri
Ketiga, pemerintah tentu dapat memaksimalkan pemanfaatan obat yang diproduksi dalam negeri, tentunya yang mutunya sudah terjamin dan sebaiknya telah melewati proses WHO PQ (pre-qualification).
Selain itu, pemerintah dapat dan harus menyediakan anggaran ekstra untuk membeli obat-obatan ketiga penyakit ini dari berbagai pabrik di berbagai negara, baik di Asia maupun Eropa, jika memang diperlukan. Lagi-lagi, pendekatan ketiga ini juga perlu segera diumumkan secara luas kepada masyarakat.
Masalah penghentian bantuan obat untuk HIV, TB, dan Malaria dari Amerika Serikat yang terjadi pada masa 100 hari pemerintahan Presiden Prabowo tentu menjadi salah satu tantangan kesehatan yang penting.
Yang utama saat ini adalah upaya maksimal harus dilakukan agar masyarakat dan pasien kita yang memerlukan obat-obatan ini tidak sampai mengalami putus pengobatan, karena hal tersebut dapat berdampak buruk pada kesehatan mereka serta meningkatkan risiko penularan penyakit di masyarakat.
Semoga segera ada informasi yang jelas mengenai seberapa besar masalah ini, berapa banyak masyarakat dan pasien yang terdampak akibat penghentian bantuan obat dari Amerika Serikat, serta upaya konkret yang akan dan telah dilakukan untuk menyelamatkan mereka yang membutuhkan obat-obatan yang sangat penting ini.
Penulis :Â Prof. Tjandra Yoga Aditama
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara
Advertisement