Awas, Lansia yang Kesepian Lama Berisiko Kena Stroke

Para peneliti di Harvard University secara spesifik menemukan bahwa lansia Amerika yang melaporkan merasa kesepian dalam waktu lama, lebih dari dari empat tahun, 56 persen lebih mungkin terkena stroke dalam kurun 10 hingga 12 tahun.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani diperbarui 04 Agu 2024, 21:47 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2024, 19:00 WIB
Ilustrasi Lansia
Ilustrasi lansia. (dok. Unsplash.com/Bruno Aguirre @elcuervo)

Liputan6.com, Jakarta - Kesepian bisa berdampak pada kesehatan, khususnya pada kelompok lanjut usia (lansia). Sebuah studi yang dipublikasikan dalam eClinicalMedicine menyebut, kesepian dalam waktu lama atau kronis dapat meningkatkan risiko stroke pada lansia.

Para peneliti di Harvard University secara spesifik menemukan bahwa lansia Amerika yang melaporkan merasa kesepian dalam waktu lama, lebih dari dari empat tahun, 56 persen lebih mungkin terkena stroke dalam kurun 10 hingga 12 tahun.

Sebelumnya, pada 2023, Dokter Bedah Umum AS Dr Vivek Murthhy memperingatkan negara tersebut mengenai epidemi kesepian dan isolasi. Berdasarkan data National Poll on Healthy Aging, sekitar tiga dari 10 lansia terkadang merasa kesepian, sementara satu dari 20 lansia melaporkan sering merasa kesepian.

Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengaitkan kesepian pada perburukan kondisi mental dan kesehatan jantung pada lansia. Namun, beberapa studi secara spesifik fokus pada hubungan antara kesepian dengan stroke.

"Temuan kami menunjukkan bahwa individu yang mengalami kesepian kronis memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap stroke," ucap rekan peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health Yenee Soh, ScD yang juga pemimpin penelitian pada Health.

"Penting untuk secara rutin mengatasi kesepian, karena konsekuensinya bisa jadi buruk jika tidak teridentifikasi dan atau diabaikan," lanjutnya.

Hubungan Antara Kesepian dan Stroke

Para peneliti menggunakan data yang dikumpulkan dari 12.161 partisipan berusia di atas 50 yang ambil bagian dalam Health and Retirement Studi, penelitian mengenai kesehatan warga senior saat pensiun. Ini merupakan riset longitudinal yang mensurvei kelompok perwakilan nasional yang berjumlah sekitar 20 ribu orang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kesepian Sering Dianggap Sebagai Pengalaman Subjektif

Antara tahun 2006 dan 2010, para peserta menyelesaikan Revisi Skala Kesepian UCLA, yang mengukur perasaan kesepian dan isolasi sosial.

“Kesepian umumnya dianggap sebagai pengalaman subjektif, yang tercermin sebagai kesenjangan antara hubungan yang diinginkan dan yang ada,” kata Soh.

“Isolasi sosial, sebaliknya, biasanya mengacu pada kurangnya kontak sosial dengan orang lain.”

Antara tahun 2010 dan 2012, 8.936 peserta yang tetap mengikuti penelitian mengisi kembali penilaian kesepian. Mereka yang mendapat nilai di atas enam pada penilaian tersebut dianggap memiliki tingkat kesepian yang tinggi.

Para peneliti lalu memantau para partisipan hingga tahun 2018. Selama kurun waktu tersebut, 1.237 partisipan mengalami stroke, yang terjadi ketika aliran oksigen dan nutrisi ke otak dibatasi.

 


Risiko Stroke Meningkat pada Lansia dengan Tingkat Kesepian Tinggi

Ketika menyangkut orang-orang yang hanya mengisi satu penilaian, para peneliti menemukan bahwa memiliki tingkat kesepian yang tinggi pada awal dikaitkan dengan risiko stroke 25% lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang rendah pada penilaian tersebut.

“Peningkatan skor kesepian sebesar satu unit dikaitkan dengan risiko stroke 5% lebih tinggi,” tambah Soh.

Dari peserta yang menyelesaikan dua penilaian kesepian, mereka yang secara konsisten melaporkan tingkat kesepian yang tinggi memiliki kemungkinan 56% lebih tinggi terkena stroke dibandingkan dengan orang yang secara konsisten memiliki tingkat kesepian yang rendah.

 


Faktor yang Diperhatikan

Para peneliti mengontrol ras, jenis kelamin, gejala depresi, faktor sosial ekonomi, isolasi sosial, dan faktor kesehatan lainnya.

“Saya pikir ini adalah penelitian yang sangat bagus,” Dan Blazer, MD, MPH, seorang psikiater dan profesor emeritus di Duke University, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan kepada Health.

Studi ini merupakan “kontribusi signifikan” terhadap literatur ilmiah karena meneliti kesepian dalam dua titik waktu berbeda, kata Blazer, yang juga mengetuai laporan National Academies of Sciences, Engineering, and Medicine tentang kesepian pada tahun 2020.

Hasil penelitian tersebut, yang menyatakan bahwa orang yang mengalami kesepian kronis memiliki risiko tertinggi terkena stroke, merupakan sebuah “temuan penting,” tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya