Cek Berat dan Tinggi Badan Bayi Tiap Bulan di Posyandu untuk Cegah Stunting

Pemantauan rutin terhadap tumbuh kembang anak di Posyandu setiap bulan penting untuk mencegah anak sampai stunting.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 05 Nov 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2024, 07:00 WIB
Anak-Anak Saat Divaksin Campak Hingga Polio
Kader Posyandu menimbang berat badan anak yang akan divaksin di RW 09, Pondok Benda, Tangerang Selatan, Senin (14/12/2020). Program rutin pemerintah setiap bulan ini digelar lewat posyandu dengan penyuluhan dan perawatan anak agar tumbuh kembangnya sehat. (merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta Angka pemberian ASI eksklusif di Indonesia terus meningkat tapi masalah stunting masih menjadi tantangan besar. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia tercatat sebesar 21,5 persen.

Untuk mencegah anak masuk kategori stunting, pemantauan rutin terhadap tumbuh kembang anak di Posyandu setiap bulan sangat penting. Namun, banyak ayah dan ibu yang masih perlu diberi pemahaman akan manfaat kunjungan rutin ini.

Menurut dokter spesialis anak Ian Suryadi Suteja Posyandu bisa menjadi garda terdepan dalam mencegah stunting melalui pemantauan teratur terhadap tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala bayi dan anak.

"Bila terdeteksi kenaikan berat badan yang tidak adekuat, maka harus segera ditangani agar tidak jatuh dalam kondisi malnutrisi dan stunting,” kata Ian

MPASI: Pendamping Penting ASI Setelah Bayi Berusia 6 Bulan

Selain pemberian ASI eksklusif di enam bulan pertama, anak juga memerlukan Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang tepat saat memasuki usia enam bulan. Ian menegaskan pentingnya MPASI untuk memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat.

"Setelah usia enam bulan, bayi harus mendapatkan MPASI dan tidak boleh hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan pendamping yang sesuai,” tambah Ian dalam keterangan yang diterima Liputan6.com.

Bila mengutip laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), MPASI sebaiknya diberikan secara bertahap dari segi jenis, jumlah, frekuensi, serta teksturnya. 

 

4 Aspek

Protein MPASI Anak
Ilustrasi Bayi Makan MPASI / Freepik by rawpixel.com

Masih merujuk dari laman IDAI, ada empat aspek yang perlu diingat saat memberikan MPASI:

1. Tepat Waktu

Berikan MPASI ketika ASI tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi yakni saat berusia sekitar 6 bulan.

2. Adekuat

MPASI yang diberikan memenuhi kebutuhan energi, protein dan mikronutrien anak.

3. Aman dan Higienis

Proses persiapan dan pembuatan MPASI menggunakan cara, bahan dan alam yagn aman serta higienis.

4. Diberikan Secara Responsif

MPASI diberikan secara konsisten sesuai dengan sinyal lapar atau kenyang dari anak.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Mengalami Gizi Kurang?

Pemantauan tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala di Posyandu memungkinkan tenaga kesehatan mendeteksi tanda-tanda anak mengalami masalah nutrisi sejak dini. 

Bila anak terdeteksi mengalami kondisi gizi kurang, gizi buruk, atau bahkan stunting, dokter spesialis anak akan melakukan segera melakukan intervensi.

 

“Bila telah mengalami kondisi gizi kurang, gizi buruk, atau stunting, terapi bagi bayi dan anak yang tepat adalah dengan pemberian nutrisi khusus berupa PKMK (Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus) yang salah satunya berbentuk susu dengan komposisi khusus," kata Ian.

Nutrisi khusus ini harus memenuhi setidaknya 30 persen dari total kebutuhan kalori dari pasien stunting setiap harinya seperti dijelaskan dokter yang kerap mengedukasi masyarakat melalui akun instagram @iansuteja itu.

Infografis Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022
Angka Kelahiran Anak di ASEAN pada 2022. (Liputan6/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya