Liputan6.com, Jakarta Di balik pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ada kekhawatiran terkait potensi limbah atau sampah makanan.
Indonesia sendiri tercatat sebagai negara yang menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahunnya. Ini diungkap dalam data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui UN Environment Programme (UNEP) 2022.
Advertisement
Baca Juga
Kabar baiknya, sampah sisa makanan MBG memiliki potensi ekonomi sirkular jika dijadikan kompos atau dimanfaatkan dalam industri maggot.
Advertisement
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta telah menyatakan kesiapannya mendukung program MBG dengan fokus pada pengelolaan sampah organik atau food waste program tersebut.
Dukungan ini mencakup penanganan sampah organik dapur (SOD) dari dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) hingga sisa MBG di sekolah-sekolah. Dengan begitu, sampah organik sisa Makan Bergizi Gratis di Jakarta dipastikan bakal dikelola secara efektif dan dimanfaatkan secara optimal.
"Sampah organik dari dapur SPPG akan kami tangani untuk selanjutnya dibawa ke TPS 3R dan didistribusikan ke penggiat biokonversi maggot Black Soldier Fly (BSF)," kata Kepala DLH Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangannya, Selasa (7/1/2025) mengutip News Liputan6.com.
Kepala Subbagian Kerja sama di Setbadan P2SDM LHK, Indri Puji Rianti, S.Hut, M.S., dalam tulisannya menjelaskan sejak awal 2020 lalu, maggot BSF menjadi ulasan menarik di berbagai media.
Harga pasaran minimal Rp.55.000 per kg untuk maggot kering atau minimal Rp7.000/kg fresh maggot dan bermodalkan pakan gratis dari limbah organik rumah tangga, maggot bisa jadi peluang bisnis.
Apa Itu Maggot BSF?
Indri menambahkan, peluang bisnis maggot jika serius ditekuni akan mendatangkan uang sekaligus menjadi solusi bagi permasalahan sampah organik di lingkungan tempat tinggal.
Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) sehingga sering disebut maggot BSF.
Lalat BSF sendiri memiliki nama latin Hermetia illucens. Bentuknya mirip ulat, berbuku dengan ukuran larva dewasa 15-22 mm dan berwarna coklat. Siklus hidup lalat BSF kurang lebih selama 40 hingga 43 hari. Larva/maggot BSF bertahan selama 14-18 hari sebelum bermetamorfosis menjadi pupa dan lalat dewasa.
Maggot atau Larva dari Black Soldier Fly (BSF) berbeda dengan jenis lalat pada umumnya seperti lalat rumah dan lalat hijau yang dicap sebagai agen penyakit. Lalat BSF ini tidak menimbulkan bau busuk dan bukan pembawa sumber penyakit karena dalam tubuh BSF mengandung zat antibiotik alami.
Lalat hijau biasanya hinggap di tempat yang kotor, tapi lalat BSF ini hanya hinggap di tempat yang berbahan fermentasi.
Advertisement
Apa Saja Manfaat dan Produk Turunan BSF?
Maggot BSF dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk maggot segar, maggot kering, telur dari lalat BSF dan produk turunannya seperti tepung maggot, pellet magot, prebiotik serta pupuk organik.
Maggot mengandung protein tinggi yaitu sekitar 30-45 persen sehingga sangat cocok dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ikan, burung dan hewan ternak lainnya. Pupuk organik sebagai produk turunan dari maggot berfungsi sebagai kondisioner tanah atau untuk revitalisasi.
“Budidaya maggot termasuk mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknik khusus sehingga semua orang bisa melakukannya,” jelas Indri dalam tulisannya yang bertajuk “Budidaya Maggot BSF, Solusi Penanganan Sampah Organik Yang Menguntungkan.”
Selain mudah, biaya yang dikeluarkan juga cukup murah dan perawatannya tidak menyita waktu karena tidak perlu dikontrol setiap hari. Selain itu, biaya pakan juga gratis dari limbah organik rumah tangga.
Bagaimana Proses Budidaya Maggot?
Budidaya maggot dimulai dengan pupa dan masa panen maggot segar sekitar 15 hari. Budidaya maggot dapat dilakukan dengan skala kecil dan menengah.
Berikut beberapa hal yang dilakukan dalam budidaya maggot BSF:
Membuat Kandang Lalat
Kendang ini akan berfungsi sebagai tempat lalat BSF bertelur. Ukuran kandang sebesar 3m x 2m x 2m sudah cukup untuk memulai bisnis budidaya maggot BSF kelas kecil menengah.
Ukuran kandang tersebut dapat menampung puluhan ribu larva. Kandang ini biasanya berupa rangka terbuat dari bambu, kayu atau bahan lainnya yang kemudian diselimuti jaring. Budidaya maggot dapat dimulai dengan membeli pupa yang kemudian akan berkembang menjadi lalat BSF dan bertelur. Harga pupa berkisar Rp150.000/kg. Atau bisa dengan membeli telur BSF dengan harga Rp5000-7000/gram.
Dari 1 gram telur BSF dapat menghasilkan larva maggot (fresh maggot) sekitar 2-3 kg.
Membuat Kotak Penetasan Telur
Selain kandang untuk produksi telur, diperlukan juga kotak sebagai media untuk penetasan telur yang kemudian akan berkembang menjadi larva maggot BSF. Kotak ini dapat terbuat dari kardus, triplek atau kotak plastik. Ukuran dapat disesuaikan dengan jumlah telur.
Menyiapkan Biopond
Media untuk pembesaran larva disebut biopond yang dapat terbuat dari kayu atau bak plastik. Buat dengan bentuk kotak atau sesuai kebutuhan lalu diisi dengan tanah.
Ukuran biopond disesuaikan dengan jumlah telur yang menetas. Setelah telur menetas di kotak penetasan, segera pindahkan larva ke dalam biopond. Pemisahan telur dengan larva harus dilakukan untuk menghindari pecahnya telur-telur yang belum menetas oleh larva yang sudah terlebih dahulu menetas.
Pemberian Pakan Sampah Organik
Pakan maggot BSF adalah sampah organik rumah tangga berupa sisa-sisa makanan. Pemberian pakan ini bisa dilakukan secara langsung maupun dicacah atau dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mesin pencacah maupun manual.
Pakan ini ditaburkan di biopond/media pembesaran larva. Sebanyak 15 ribu larva/maggot BSF dapat menghabiskan sekitar 2kg sampah organik hanya dalam waktu 24 jam.
Cara Panen Maggot BSF
Setelah telur menetas dan dipisahkan kedalam biopond, biarkan selama 1 minggu sampai larva berbentuk sempurna.
Waktu panen yang terbaik yaitu sekitar 2-3 minggu setelah telur menetas. Untuk mengundang lalat BSF tetap datang ke kendang, taburkan dedak fermentasi di sekitar media penetasan telur setiap minggu.
Advertisement