Bahaya Gigi Berlubang yang Harus Diwaspadai, Infeksi hingga Komplikasi Serius

Gigi berlubang bisa menimbulkan berbagai komplikasi serius jika tidak diobati, termasuk infeksi yang mengancam jiwa.

oleh Dyah Puspita Wisnuwardani Diperbarui 14 Apr 2025, 19:40 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2025, 19:28 WIB
penyebab sakit gigi berlubang
penyebab sakit gigi berlubang ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Gigi berlubang sering dianggap masalah sepele. Banyak orang mengira, “Nanti juga sembuh sendiri,” atau cukup sikat gigi sesekali, lalu dilupakan begitu saja. Bahkan, tak sedikit yang memilih menunda atau sama sekali tidak memeriksakannya ke dokter gigi. Padahal, membiarkan gigi berlubang tanpa penanganan bisa berujung pada infeksi serius yang membahayakan nyawa.

“Gigi berlubang itu bukan cuma soal rasa tidak nyaman atau bau mulut. Kalau dibiarkan, bisa menimbulkan infeksi menyebar ke organ vital dan menyebabkan komplikasi yang membahayakan,” ujar drg. Budi Susilo, Sp.BMM, Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, dalam siaran Radio Kesehatan yang diunggah dalam YouTube Kementerian Kesehatan RI, dikutip Senin (14/4). 

Proses Terbentuknya Lubang Gigi

Menurut Budi, lubang gigi terjadi akibat sisa makanan yang tertinggal di permukaan gigi, kemudian bercampur dengan air liur dan membentuk asam. Asam inilah yang perlahan-lahan merusak lapisan enamel gigi dan menciptakan lubang. Jika lubang tidak segera ditambal, ia akan semakin dalam hingga mencapai lapisan yang lebih sensitif, seperti dentin dan pulpa.

“Kalau sudah mencapai pulpa, bakteri bisa masuk sampai ke akar gigi. Di sinilah risiko infeksi mulai besar. Gigi bisa bengkak, nyeri luar biasa, bahkan terjadi penyebaran infeksi ke jaringan sekitar wajah,” jelasnya.

Kebiasaan Sehari-hari yang Picu Gigi Berlubang

Tak hanya kebersihan yang buruk, kebiasaan-kebiasaan tertentu juga berperan besar dalam memperparah kondisi kesehatan gigi. Salah satunya adalah tidak menyikat gigi setelah makan atau sebelum tidur, serta jarang menggunakan benang gigi (dental floss).

“Benang gigi itu sangat penting, karena sela-sela gigi yang rapat seringkali tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi biasa. Kalau pakai tusuk gigi justru bisa melukai gusi dan menyebabkan infeksi. Apalagi tusuk gigi itu sering tidak steril,” kata Budi.

Ia menekankan bahwa tusuk gigi yang biasa disediakan di rumah makan berpotensi menjadi sumber kontaminasi.

“Tusuk gigi itu bisa dipegang siapa saja, diletakkan di tempat terbuka, dan tidak dijamin steril. Kalau digunakan saat ada luka atau lubang di gigi, risiko infeksinya tinggi.”

 

Gigi yang Paling Sering Berlubang

Gigi geraham bawah menjadi bagian yang paling rentan terhadap lubang. Alasannya, gigi tersebut berukuran besar, memiliki permukaan yang luas, dan sering menjadi tempat sisa makanan menempel. Terutama gigi geraham pertama yang tumbuh sejak usia enam tahun.

“Anak-anak belum paham cara membersihkan gigi permanen dengan baik, padahal gigi itu harus bertahan seumur hidup. Karena itu, gigi geraham pertama yang tumbuh di usia dini sering kali rusak lebih dulu,” ujar Budi.

Selain gigi geraham, lubang juga kerap muncul di sela-sela gigi dan pada gigi impaksi—yakni gigi bungsu yang tumbuh miring dan sulit dibersihkan. Bila gigi impaksi bermasalah, dampaknya bisa meluas hingga bengkak di pipi dan rahang.

 

Makanan Manis Bukan Satu-satunya Biang Keladi

 

Banyak orang menyalahkan makanan manis sebagai penyebab utama gigi berlubang. Memang, bakteri penyebab gigi berlubang sangat menyukai gula. Tapi menurut Budi, makanan lain seperti nasi pun dapat memicu terbentuknya lubang jika dibiarkan menempel dan tidak dibersihkan.

“Nasi yang nempel di gigi juga bisa jadi sumber asam kalau dibiarkan. Jadi bukan cuma soal makanan manis, tapi soal kebiasaan kita membersihkan gigi,” jelasnya.

 

Jangan Anggap Remeh Gigi Berlubang

Yang lebih mengejutkan, infeksi dari gigi berlubang bisa menyebar melalui aliran darah. Bila lubang sudah mencapai akar dan terjadi manipulasi dengan benda tajam seperti tusuk gigi atau jarum yang tidak steril, bakteri bisa masuk ke dalam pembuluh darah.

“Bahkan ada pasien yang terkena tetanus karena bakteri masuk lewat lubang gigi. Infeksi juga bisa menyebar ke leher, dada, bahkan otak, dan ini sangat berbahaya,” tegas Budi.

Gejala awal seperti nyeri, bengkak, dan demam tinggi perlu diwaspadai sebagai sinyal adanya penyebaran infeksi.

“Kalau sudah seperti itu, kadang pasien tidak sadar bahwa sumbernya hanya dari lubang gigi yang tak pernah ditangani.”

Gigi berlubang tidak akan sembuh sendiri. Semakin lama dibiarkan, semakin besar risiko komplikasi yang bisa muncul. Karena itu, menjaga kebersihan mulut dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari, menggunakan benang gigi, dan rutin kontrol ke dokter gigi setiap enam bulan adalah langkah sederhana namun sangat penting.

“Gigi yang sehat itu investasi seumur hidup. Jangan tunggu sampai sakit, baru ke dokter. Karena ketika sudah sakit, kadang penanganannya bisa lebih kompleks, lebih mahal, dan bahkan membahayakan jiwa,” tutup Budi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya