Remaja yang mulai minum alkohol sejak di Sekolah Menengah Pertama (SMP), lebih mungkin terjerumus ke perilaku seksual berisiko, begitu pendapat Dr. Ann Stueve dan Dr. Lydia N. O'Donnell, yang bekerja di Education Development Center di Newton, Massachusetts, Amerika Serikat, seperti dipublikasikan di American Journal of Public Health dikutip Selasa (29/102013). Menjadi tugas orangtua untuk mewaspadai kebiasaan yang berkembang pada putra-putrinya. Â
Peneliti terhadap 1.034 remaja itu menjumpai pelajar yang memulai minum alkohol sejak kelas satu SMP senang melakukan seks tanpa "pengaman", melakukannya dengan lebih dari satu pasangan, ketika sedang mabuk, atau saat hamil.
Pada penelitian lain yang berhubungan, pelajar-pelajar SMP yang minum sekurang-kurangnya 5 botol alkohol, mempunyai kemungkinan akan tetap menjadi peminum ketika dia beranjak ke Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sebaliknya, remaja yang punya komunikasi bagus dengan orangtua dan pembimbing mereka, kecil kemungkinan akan mempunyai kebiasaan minum alkohol.
"Orangtua sering menganggap remeh risiko yang akan dialami anak mereka seputar kegiatan apa yang dilakukan dan dengan siapa mereka bergaul. Semestinya para orangtua dapat memberikan pengaruh positif kepada anak-anaknya," kata Dr. Ann Stueve.
Ia menambahkan, ada banyak alasan mengapa remaja mulai minum di usia muda, yang nantinya pasti akan menimbulkan masalah lain. Satu contoh, peminum di usia muda mungkin mempunyai masalah di rumah atau dengan temannya. Mungkin juga mereka merasa mendapat tekanan bagaimana harus berperilaku seperti orang dewasa.
"Tindakan pencegahan sejak dini sangat penting dilakukan, sebelum mereka melakukan tindakan berisiko seperti minum alkohol dan seks bebas," papar Dr. Ann.
Remaja yang mengaku orangtuanya mengawasi dan mengontrol kegiatan mereka, merasa enggan pergi ke pesta yang menyuguhkan minuman keras. "Data ini menunjukkan bahwa level pengawasan dan pengontrolan orangtua telah optimal," katanya.
(Abd)
Peneliti terhadap 1.034 remaja itu menjumpai pelajar yang memulai minum alkohol sejak kelas satu SMP senang melakukan seks tanpa "pengaman", melakukannya dengan lebih dari satu pasangan, ketika sedang mabuk, atau saat hamil.
Pada penelitian lain yang berhubungan, pelajar-pelajar SMP yang minum sekurang-kurangnya 5 botol alkohol, mempunyai kemungkinan akan tetap menjadi peminum ketika dia beranjak ke Sekolah Menengah Atas (SMA).
Sebaliknya, remaja yang punya komunikasi bagus dengan orangtua dan pembimbing mereka, kecil kemungkinan akan mempunyai kebiasaan minum alkohol.
"Orangtua sering menganggap remeh risiko yang akan dialami anak mereka seputar kegiatan apa yang dilakukan dan dengan siapa mereka bergaul. Semestinya para orangtua dapat memberikan pengaruh positif kepada anak-anaknya," kata Dr. Ann Stueve.
Ia menambahkan, ada banyak alasan mengapa remaja mulai minum di usia muda, yang nantinya pasti akan menimbulkan masalah lain. Satu contoh, peminum di usia muda mungkin mempunyai masalah di rumah atau dengan temannya. Mungkin juga mereka merasa mendapat tekanan bagaimana harus berperilaku seperti orang dewasa.
"Tindakan pencegahan sejak dini sangat penting dilakukan, sebelum mereka melakukan tindakan berisiko seperti minum alkohol dan seks bebas," papar Dr. Ann.
Remaja yang mengaku orangtuanya mengawasi dan mengontrol kegiatan mereka, merasa enggan pergi ke pesta yang menyuguhkan minuman keras. "Data ini menunjukkan bahwa level pengawasan dan pengontrolan orangtua telah optimal," katanya.
(Abd)