Liputan6.com, Jakarta Tak hanya di Inggris, mutasi COVID-19 juga terjadi di Afrika Selatan. Mutasi virus Corona baru ini diduga lebih ganas, dan disebut memicu lonjakan kasus kematian di Afrika Selatan.
"Varian baru ini sangat memprihatinkan, karena lebih cepat menular, dan tampaknya telah bermutasi lebih jauh daripada varian baru yang ditemukan di Inggris," terang Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock.
Tak hanya itu, mutasi COVID-19 Afrika Selatan ini disebut mengincar anak muda. Menteri Kesehatan Afrika Selatan, Zweli Mkhize, mengumumkan, virus 501.V2 menginfeksi lebih banyak anak-anak muda di sana, dibandingkan varian virus sebelumnya.
Advertisement
"Varian ganas dari virus Corona telah terdeteksi di Afrika Selatan yang berpengaruh pada penyebaran cepat gelombang kedua, dan menyerang orang yang lebih muda," kata Zwelini Mkhize, Jumat (18/12/2020).
Mutasi baru virus Corona di Afrika Selatan dan Inggris rupanya juga merupakan varian yang berbeda.
"Jadi varian baru di Inggris, yang telah kami identifikasi, sangat berbeda dengan varian di Afrika Selatan, mutasinya berbeda," kata Susan Hopkins dari Public Health England.
"Keduanya terlihat lebih mudah menular. Kami memiliki lebih banyak bukti tentang transmisi untuk varian Inggris karena kami telah mempelajarinya dengan sangat detail dengan mitra akademis. Kami masih mempelajari varian Afrika Selatan," tuturnya.
Lebih menular tapi masih bisa dilawan dengan vaksin
Chief Health Officer Queensland, Jeannette Young, berkata varian baru ini mengkhawatirkan karena dipercaya lebih menular ketimbang COVID-19 biasa.
Pakar virus Kirsty Short dari Universitas Queensland berkata varian baru ini perlu penelitian lebih lanjut, meski ia berkata virusnya memang lebih menular.
"Segala yang kami tahu tentang virusnya adalah masih sama, itu mungkin hanya sedikit lebih menular," ujarnya.
Dr. Kirsty Short menjelaskan jika vaksin COVID-19 tetap ampuh pada varian baru COVID-19. Hal itu berdasarkan bukti-bukti awal.
"Tidak mungkin bagi satu mutasi untuk membuat perbedaan besar pada biologi fundamental virusnya," ujarnya.
Meski begitu, Dr. Short menyebut virusnya akan sedikit lebih sulit dikendalikan.
Sebelumnya, Pfizer dan Moderna juga telah berkata vaksin mereka bisa ampuh melawan varian baru COVID-19 dari Inggris.
Advertisement
Konsisten terapkan protokol kesehatan 3M
Terkait mutasi virus Corona di Inggris, vaksinolog dan spesialis penyakit dalam, dr Dirga Sakti Rambe menjelaskan, sifat alami virus adalah bermutasi.
"Virus itu pasti bermutasi. Supaya tidak bermutasi terus-menerus, kita harus meminimalisir atau menghentikan penyebaran penyakit. Alhamdulillah, sampai saat ini mutasi-mutasi yang ada itu tidak berdampak pada efektivitas vaksin," terangnya dalam acara Dialog Produktif bertema “Ungkap Fakta Vaksin, Jangan Tertipu Hoaks” yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa (29/12).
"Tapi kita tidak tahu, satu tahun lagi bagaimana dampak dari mutasi ini. Oleh karena itu saya tekankan bahwa kita harus konsisten menerapkan protokol pencegahan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak) supaya penyebaran COVID-19 ini bisa kita cegah”, lanjutnya.
Dirga menjelaskan, vaksin COVID-19 tergolong dalam jenis vaksin mati yang tidak berisiko bagi tubuh.
"Vaksin mati artinya vaksin yang diberikan kepada tubuh kita tidak ada risiko, atau risikonya nol untuk menyebabkan penyakit. Jadi tidak mungkin ada orang setelah divaksinasi COVID-19 menjadi sakit COVID-19. Itulah keunggulan dari vaksin mati."