Liputan6.com, Jakarta Pandemi Corona COVID-19 melahirkan berbagai inovasi penggunaan alat pelindung diri, salah satunya tren pakai strap mask. Strap mask adalah tali pengait masker yang panjang, terbuat dari manik-manik, rajut, mutiara, dan rantai.
Popularitas strap mask semakin mencuat ketika banyak selebriti yang memakainya. Strap mask atau tali masker diklaim bisa memudahkan adaptasi hidup di masa pandemi, terutama saat makan dan minum di tempat umum.
Advertisement
Baca Juga
Namun, menurut pendapat para ahli tren pakai strap mask tidak direkomendasikan secara medis mengingat tengah terjadi pandemi Corona COVID-19. Strap mask justru berisiko meningkatkan kontaminasi virus secara silang, antara cairan droplet, pakaian, dan udara luar.
Berikut Liputan6.com ulas tren pakai strap mask yang dapat meningkatkan kontaminasi virus menurut para ahli dari berbagai sumber, Jumat (26/2/2021).
Tren Pemakaian Strap Mask
Strap mask atau tali masker yang terbuat dari manik-manik, rajut, mutiara, dan rantai yang panjang sedang menjadi tren untuk pemakaian masker.
Bila dulu tali ini dipakai untuk pelengkap kacamata para lansia, sekarang seolah sudah menjadi pasangan resmi penggunaan masker saat pandemi.
Popularitas strap mask mencuat ketika para selebriti mulai mengenakannya. Selain dapat mempercantik penampilan karena cocok buat aksesoris, strap mask atau tali masker dianggap lebih praktis karena pengguna tidak perlu melepas dan menyimpan masker dalam kantong.
Bukan lagi menjadi pertanyaan bila inovasi pembuatan strap mask lebih banyak digandrungi oleh anak-anak muda bukan? Strap mask bisa dibuat oleh siapa saja dan sekarang sangat mudah ditemukan di berbagai lini e-commerce.
Advertisement
Strap Mask Tingkatkan Kontaminasi Virus
Menilik dari tren pakai strap mask, memang mampu meningkatkan penggunaan masker. Akan tetapi menurut para ahli, strap mask tidak direkomendasikan secara medis mengingat tengah terjadi pandemi.
dr. Adam Prabata, kandidat Ph.D. dalam bidang Medical Science di Kobe University, Jepang, menyatakan pandangannya tentang penggunaan kalung masker melalui media sosial pribadinya.
“Ketika masker dikalungkan di dada, terdapat risiko droplet menempel di area dalam masker. Masker tersebut juga akan menempel di pakaian sehingga terjadi kontaminasi silang,” tuturnya.
Pernyataan ini diperkuat dengan penjelasan dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari laman klikdokter.com. Menurutnya bila masker digantung seperti kalung, pada bagian dalam masker lebih berisiko terkontaminasi virus karena terekspos udara luar.
Strap Mask Mengurangi Higienitas Masker
Penggunaan strap mask pun akan mengurangi higienitas masker karena paparan udara secara langsung. Satgas COVID-19 tidak menyarankan penggunaan kalung tali masker atau strap mask.
“Pemakaian kalung pada tali masker sebenarnya berpeluang mengurangi higienitas karena masker pada bagian sisi dalam sudah dipakai sudah terkontaminasi droplet saat berbicara atau batuk ataupun udara hasil hela napas yang kotor,” Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito pada Kamis (25/02/2021).
Satu hal yang menjadi pertimbangan adalah higienitas masker perlu diperhatikan. Bukan tanpa alasan, fungsi utama masker di masa pandemi Corona COVID-19 adalah sebagai tameng dari paparan virus SARS-CoV-2. Bila higientiasnya tidak terjaga, maka fungsinya melindungi dari paparan virus menjadi tidak ada artinya.
Ketika seseorang melepas masker, kemudian mengalungkannya di dada, membuat risiko penularan pada orang sekitar menjadi lebih besar. Higienitas yang tidak terjaga terjadi karena masker yang telah digunakan pasti sudah terkontaminasi dengan droplets (cipratan liur) dan aerosol (tetesan cair) pemakainya.
Advertisement
Cara Terbaik Menyimpan Masker
Keberadaan strap mask memang seolah menjadi jawaban betapa sulitnya hidup di masa pandemi, harus selalu pakai masker. Banyak orang merasa kesulitan menyimpan saat hendak makan dan minum, di sinilah klaim peran strap mask.
Namun, sesuai dengan penjelasan dari para ahli, tren pakai strap mask di masa pandemi tidak bisa diadaptasikan. Lebih baik disimpan di tempat yang bersih dan kedap udara daripada dikalungkan.
“Selain itu, penggunaan strap masker juga seakan-akan memperbolehkan lepas-pasang masker di tempat umum itu sah-sah saja. Padahal, hal itu keliru,” tambah dr. Astrid.
Berikut cara terbaik menyimpan masker selain dengan strap mask:
1. Simpan masker di kantong kertas seperti amplop bersih (bukan bekas uang ataupun benda lainnya).
2. Jika tidak ada amplop, Anda bisa menyimpannya di dalam pouch bersih yang tertutup atau plastik bersih kedap udara.
3. Selalu bawa cadangan masker kain. Masker kain hanya boleh digunakan 4 jam. Sampai di rumah, cuci masker Anda, keringkan, dan simpan di tempat bersih tertutup.
4. Masker medis sebenarnya bukan benda yang bisa dilepas-pasang sembarangan. Masker tersebut sebenarnya diperuntukkan bagi tenaga medis di rumah sakit.
Cara Aman Membuang Sampah Masker
Berbeda dari masker kain, ada beberapa hal yang wajib diketahui terkait cara membuang sampah masker sekali pakai. Mengingat, limbah medis adalah salah satu jenis limbah yang turut mendominasi pencemaran lingkungan saat ini.
Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PPKL KLHK), melalui akun resminya di Instagram, turut membagikan langkah pembuangan sampah masker sekali pakai.
1. Melipat masker bekas menjadi dua bagian dengan sisi dalam masker tetap berada di bagian dalam.
2. Gulung dan ikat masker bekas dengan tali pengikatnya.
3. Robek atau potong masker bekas menjadi dua bagian. Keempat, bungkus masker bekas dengan tisu atau kertas.
4. Kumpulkan sampah masker dalam satu kantung, ikat rapat. Penting untuk diketahui, jangan menyatukan sampah masker dengan sampah rumah tangga.
5. Buang sampah masker ke tempat khusus masker yang disediakan di ruang publik.
Selain itu, Ditjen PPKL KLHK turut mengimbau bagi Anda yang sehat, dapat menggunakan masker guna ulang untuk mengurangi penumpukan sampah.
Advertisement