Liputan6.com, Jakarta Makna surah Al Kahfi menunjukkan betapa mulianya orang-orang yang beriman pada Allah. Surah Al Kahfi adalah surah ke 18 dalam Al Qur'an. Surah dengan 110 ayat ini terutama menceritakan tentang kisah Ashabul Kahfi yang turut menjadi teladan umat hingga saat ini.
Surah Al Kahfi merupakan surah yang dianjurkan di baca pada hari Jumat. Ini karena banyak yang percaya, membaca surah Al Kahfi akan memberi perlindungan. Selain kisah Ashabul Kahfi, dalam surah ini juga berisi pesan tentang harta, ilmu, dan kekuasaan.
Makna surah Al Kahfi penting dipahami terutama jika kamu ingin membacanya. Tujuan dari mengetahui makna surah Al Kahfi ini adalah untuk mengambil manfaat dari tafsirnya. Berikut makna surah Al Kahfi, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat(13/5/2022).
Advertisement
Mengenal surah Al Kahfi
Surah Al Kahfi adalah surah ke 18 Al Qur'an yang terdiri dari 110 ayat. Surah ini termasuk Makkiyah, yang berarti diturunkan ketika Nabi Muhammad berada di Mekah. Surah Al Kahfi diwahyukan kepada Nabi Muhammad sebelum Hijrah/Migrasi ke Madinah ketika penganiayaan terhadap umat Islam dan Islam sedang mencapai puncaknya.
Surah Kahfi muncul di Juzz 15 dan 16, memiliki 1.577 kata, 6.360 huruf dan terdiri dari 12 Ruku. Arti dari Al Kahfi atau Al Khaf adalah penghuni gua atau gua. Ini dinamai berdasarkan kejadian orang gua atau Ashabu al Kahfi. Ada empat tema besar dalam surah ini. Pertama tentang iman, harta, ilmu, dan kekuasaan. Dalam sepuluh ayat terakhir, terdapat nilai moral dasar bahwa tindakan manusia hanya akan membawa manfaat jika dilakukan semata-mata karena Allah.
Advertisement
Kisah Ashabul Kahfi
Kisah tentang Ashabul Kahfi tercatat pada ayat 1-26. Banyak surah sebelumnya berfokus pada kisah bangsa-bangsa yang menolak petunjuk. Di sini, dalam Surah al-Kahfi, ditemukan bahwa Allah memberikan contoh berbagai orang yang mengikuti petunjuk. Surah Al Kahfi meceritakan tentang kisah Ashabul Kahfi atau para penghuni gua. Ashabul Kahfi adalah kisah tujuh pemuda bersama seekor anjing yang tertidur selama 309 tahun di dalam gua.
Tujuh pemuda beriman itu berasal dari negeri Afsus. Semula negeri itu berisi orang-orang yang beriman kepada Allah. Namun, kemudian datanglah Raja Diqyanu, yang menyembah berhala. Raja ini meminta rakyat untuk tidak menyembah Allah. Jika tidak, mereka akan disiksa.
Rakyat yang takut pun terpaksa menuruti perintah itu. Tapi, ada tujuh pemuda yang menolah menyembah berhala, bahkan mengutarakannya di depan sang raja. Ketujuh pemuda ini kemudian dikejar untuk disiksa. Para pemuda ini kemudian kabur hingga ke pegunungan Nikhayus dan bersembunyi di dalam gua. Di dalam gua itu, para pemuda dan anjing itu tertidur. Mereka baru bangun 309 tahun kemudian.
Kisah si kaya dan si miskin
Kisah selanjutnya yang Allah berikan dalam surah Al Kahfi adalah kisah dua manusia yang kaya dan miskin. INi menunjukkan bagaimana perbuatan orang-orang beriman membawa kepada kebahagiaan surgawi, sedangkan perbuatan orang-orang kafir dan ingkar kepada Allah hanya membawa kekecewaan dan kegagalan.
Di sini umat Islam diperkenalkan kepada dua orang. Salah satunya adalah seorang mukmin yang mensyukuri apapun yang telah diberikan Allah kepadanya, sementara yang lain telah diberi kekayaan yang melimpah tetapi mengembangkan kesombongan dan rasa berhak atas orang-orang yang kekurangan kekayaan tersebut.
Dia mengacaukan kekayaan dalam hidup ini untuk nikmat yang dijanjikan kepada kita oleh Allah di akhirat. Oleh karena itu, Allah mengajarkan orang yang tidak tahu berterima kasih pelajaran tentang kerendahan hati dengan menghancurkan kekayaannya dengan perubahan cuaca yang sederhana, sedangkan orang mukmin yang bersyukur mencari kemurahan Allah melalui kerendahan hati dan rasa syukur.
Semua ini menunjukkan fakta bahwa Allah telah menyediakan kesuksesan dan berkah sejati bagi mereka yang berserah diri kepada-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Sebaliknya, mereka yang mengabaikan otoritas Allah atas mereka akan tertipu oleh jebakan dunia ini dan menjadi terobsesi dengannya. Namun, mereka akan menemukan bahwa kesenangan seperti itu hanya akan berlangsung sebentar setelah itu akan diambil dari mereka dan diganti dengan siksaan di akhirat.
Advertisement
Kisah Musa dan Al -Khidr
Kisah Musa dan Al -Khidr menggambarkan tentang orang-orang berilmu. Dalam kisah ini, Allah mengajarkan umat-Nya banyak pelajaran tentang bagaimana ketetapan-Nya melindungi kepentingan orang-orang benar dari pelanggaran orang-orang kafir, sekaligus menahan siksaan dari orang-orang kafir dan memberi mereka tangguh.
Dari kisah Musa dan al-Khidr, bisa dipelajari bagaimana bimbingan Ilahi ditegakkan oleh orang yang berilmu. Sepanjang cerita, manusia belajar bahwa ada perbedaan besar antara pengetahuan dan kebijaksanaan. Allah memberikan Nabi Musa pengetahuan tentang kitab itu dan memerintahkannya untuk mengikutinya. Di sisi lain, al-Khidr diberikan kebijaksanaan dari dekrit, dan dia diberi mandat untuk mengajar Nabi Musa bagaimana kebijaksanaan ini terwujud. Pada bagian ini manusia belajar bahwa manusia tidak dapat menilai ketetapan Allah berdasarkan apa yang tampak pada nilai nominal.
Mengikuti petunjuk Allah dan menerapkan ajaran Al-Qur'an harus memberi kepastian sepenuhnya. Terlepas dari betapa sulitnya ego untuk menerima, ada kebijaksanaan yang lebih besar dan manfaat yang tak terhitung dalam bimbingan ini yang selalu melampaui situasi yang tampak. Pada akhirnya, seorang mukmin harus dengan sabar mengabdi kepada Allah dan berharap untuk menerima kebaikan yang telah Dia siapkan untuknya.
Kisah Dzulqarnain dengan Yajuj Majuj
Selanjutnya, Allah membawa umat-Nya ke kisah Dzulqarnain, di mana akan terlihat sekali lagi bagaimana bimbingan Ilahi ditegakkan, kali ini oleh seorang yang berkuasa. Di sini manusia belajar bahwa orang-orang yang telah diberikan Allah sumber daya dan kekuasaan harus menggunakan sarana ini untuk memberikan keadilan di mana diperlukan dan melindungi orang yang tidak bersalah dari orang-orang yang menindas. Manusia juga belajar bagaimana bimbingan Ilahi mengilhami para pemimpin untuk menunjukkan kreativitas dan memanfaatkan teknologi untuk merancang solusi jangka panjang untuk masalah-masalah mendesak.
Namun, terlepas dari semua inovasi, teknologi, dan strategi yang mungkin dilakukan seorang pemimpin, dia harus menerima kenyataan bahwa semua kekuatan pada akhirnya berasal dari Allah. Jika Dia menetapkan sesuatu untuk diubah, perubahan itu tidak dapat dihindari, tidak peduli berapa banyak usaha atau berapa banyak sumber daya yang dapat diinvestasikan dalam upaya untuk membuatnya bertahan. Pada akhirnya, tidak ada yang abadi selain Allah.
Advertisement