Liputan6.com, Jakarta Hipospadia adalah suatu kondisi di mana uretra atau lubang kencing tidak berada di ujung penis. Kebanyakan anak laki-laki dilahirkan dengan penis yang terlihat normal dan berfungsi dengan baik.
Akan tetapi beberapa anak laki-laki dilahirkan dengan kondisi umum yang disebut hipospadia. Hipospadia adalah kondisi di mana penis tidak berfungsi dengan baik. Hipospadia adalah kondisi yang juga membuat penis terlihat tidak normal.
Hipospadia adalah suatu kondisi yang merupakan kelainan bawaan sejak lahir. Pada kondisi normal, lubang kencing berada tepat di ujung penis. Namun pada Hipospadia, lubang kencing justru di bawah penis.
Advertisement
Jika tidak ditangani dengan segera, Hipospadia adalah kondisi yang akan membuat penyandang hipospadia akan mengalami kesulitan untuk buang air kecil bahkan berhubungan seks ketika sudah dewasa.
Untuk memahami lebih dalam mengenai hipospadia, berikut adalah ulasan lengkapnya berdasarkan berbagai sumber yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (7/9/2022).
Apa itu hipospadia?
Dilansir dari laman Urology Care Foundation, hipospadia adalah suatu kondisi di mana lubang kencing tidak berada di ujung penis. Sebaliknya, lubangnya bisa di sembarang tempat di sepanjang bagian bawah penis.
Pada hipospadia, lubang kencing berada di dekat ujung penis (posisi "distal"). Namun kadang lubang kencing dapat ditemukan dari tengah batang penis ke pangkal penis, atau bahkan di dalam skrotum (posisi "proksimal").
Lebih dari 80% anak laki-laki dengan masalah kesehatan ini memiliki hipospadia distal. Dalam 15% kasus tersebut, penis juga sedikit melengkung ke bawah, suatu kondisi yang disebut "chordee."
Hipospadia adalah kelainan bawaan lahir yang umum ditemukan pada 1 dari setiap 200 anak laki-laki. Dalam kebanyakan kasus, hipospadia adalah satu-satunya masalah perkembangan pada bayi.
Jenis hipospadia yang dimiliki anak laki-laki tergantung pada lokasi lubang kencing:
a. Subcoronal: Pembukaan uretra terletak di suatu tempat di dekat kepala penis.
b. Midshaft: Pembukaan uretra terletak di sepanjang batang penis.
c. Penoscrotal: Pembukaan uretra terletak di mana penis dan skrotum bertemu.
Anak laki-laki dengan hipospadia terkadang memiliki penis yang melengkung. Mereka mungkin memiliki masalah aliran urin yang tidak normal dan mungkin harus duduk untuk buang air kecil. Pada beberapa anak laki-laki dengan hipospadia, testis belum sepenuhnya turun ke dalam skrotum. Jika hipospadia tidak diobati dapat menyebabkan masalah di kemudian hari, seperti kesulitan melakukan hubungan seksual atau kesulitan buang air kecil sambil berdiri.
Advertisement
Penanganan
Hipospadia adalah kondisi yang hanya dapat diatasi dengan cara operasi. Tujuan dari semua jenis operasi hipospadia adalah untuk membuat penis berfungsi dengan normal dan lurus, yakni dengan memperbaiki saluran kemih berakhir pada ujung penis atau di dekatnya. Operasi hipospadia sebagian besar melibatkan 4 langkah:
a. meluruskan poros
b. membuat saluran kencing
c. memposisikan meatus di kepala penis
d. menyunat atau merekonstruksi kulup
Operasi hipospadia biasanya membutuhkan waktu 90 menit (untuk distal) dan hingga 3 jam (untuk proksimal). Dalam beberapa kasus hipospadia, operasi juga bisa dilakukan secara bertahap. Operasi hipospadia yang dilakukan secara bertahap biasanya dilakukan untuk memperbaiki kondisi yang parah. Ahli urologi anak biasanya akan meluruskan penis terlebih dahulu sebelum membuat saluran kemih.
Dokter bedah biasanya mau melakukan operasi pada anak yang sudah cukup umur, yakni antara 6 sampai 12 bulan. Meski demikian, hipospadia dapat diperbaiki pada anak-anak dari segala usia dan bahkan pada orang dewasa. Jika penis kecil, dokter mungkin menyarankan pengobatan testosteron (hormon pria) sebelum operasi.
Penanganan hipospadia biasanya dilakukan secara rutin seumur hidup. Penanganan ini juga akan menyesuaikan saat penis tumbuh saat pubertas.
Operasi hipospadia saat ini dapat memperbaiki kondisi penis sehingga dapat bekerja dengan baik dan terlihat normal (atau hampir normal). Saat operasi, dokter bedah biasanya menanamkan tabung kecil di penis.
Tabung kecil ini ditanam selama beberapa hari setelah operasi agar urin tidak menyentuh penis yang baru dioperasi. Kateter mengalir ke popok.
Penyebab Hipospadia dan Faktor Risiko
Dilansir dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan kasus hipospadia dianggap disebabkan oleh kombinasi gen dan faktor lain. Faktor lain yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan ibu di lingkungannya, atau apa yang ibu makan atau minum, atau obat-obatan tertentu yang dia gunakan selama kehamilan.
Dalam beberapa tahun terakhir, peneliti CDC telah melaporkan temuan penting tentang beberapa faktor yang memengaruhi risiko hipospadia, antara lain sebagai berikut:
a. Usia dan berat badan: Ibu yang berusia 35 tahun atau lebih dan yang dianggap obesitas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
b. Perawatan kesuburan: Wanita yang menggunakan teknologi reproduksi berbantuan untuk membantu kehamilan memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
c. Hormon tertentu: Wanita yang mengonsumsi hormon tertentu sebelum atau selama kehamilan terbukti memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan hipospadia.
Advertisement