Memahami Penyebab Kusta Hingga Pengobatannya, Hilangkan Stigma Sosial Negatif

Penyakit kusta atau disebut dengan Hansen adalah penyakit kuno yang masih ada hingga saat ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Sep 2022, 15:45 WIB
Diterbitkan 09 Sep 2022, 15:45 WIB
Penanganan kusta di Indramayu
Petugas sedang memeriksa pasien diduga kusta di Dusun Pondok Asem Jengkok, Indramayu, Jawa Barat, Selasa (5/7/2022).

Liputan6.com, Jakarta Sebelum membahas tentang penyebab kusta, Anda perlu mengetahui tentang apa itu kusta dan sejarahnya. Kusta juga dikenal dengan nama penyakut Hansen. Meskipun nonfatal, kusta merupakan salah satu penyebab paling umum dari neoropati perifer nontraumatik di seluruh dunia. Dalam penelitian yang berjudul “Leprosy : An Overview of Pathophysiology” menyebutkan bahwa DNA yang diambil dari sisa-sisa jasad seorang pria yang ditemukan di sebelah kota tua Yerusalem menunjukkan bahwa ia merupakan manusia paling awal yang terbukti menderita kusta.

Penyakit kusta dimungkinkan berasal dari Mesir dan negara-negara Timur Tengah lainnya pada awal 2400 SM. Kurangnya pengetahuan yang jelas tentang perawatannya memudahkan penyebaran penyakit ini ke seluruh dunia.

Penyakit kusta merupakan penyakit kuno yang dijelaskan dalam literatur peradaban kuno. Dalam studi yang berjudul “ Leprosy : Feared and Forgotten, but Still with Us” oleh Collin Binns dkk, disebutkan bahwa sepanjang sejarah kusta tidak lepas dari stigma sosial yang selalu mengikuti yang secara historis telah menempatkan beban besar pada setiap orang yang menderitanya.

Terdapat bukti tertulis mengenai kusta dalam tablet dari awal tahun 600 SM dan dalam kerangka dari beberapa ribu tahun sebelumnya. Ketakutan irasional terhadap pasien kusta menyebabkan pengucilan mereka dari masyarakat dan komunitas yang terorganisir, yang mana hanya memperparah penderitaan mereka lebih lanjut. Oleh karena itu penting bagi kita semua untuk mengetahui penyebab kusta dan bagaimana penularannya agar terhindar dari pikiran irasional tak berdasar.

Untuk mengurangi kebingungan Anda tentang informasi seputar kusta, maka liputan6 telah merangkumkan CDC ( Centers for Disease Control and Prevention, Department of Health & Human Services, USA) dan berbagai sumber tentang penyebab kusta, penularan, gejala hingga cara mencegah dan mengobati penyakit kusta, pada Jum’at (9/9/22) 

Penyebab Kusta

Bakteri
Epidemiolog menduga penyakit Pneumonia yang sedang terjadi di Argentina memiliki resiko kematian yang lebih tinggi dari COVID-19. (unsplash.com/CDC).

Dalam jurnal yang berjudul “Presenting Symptoms of Leprosy at Diagnosis: Clinical Evidence from A Cross-sectional, Population-ased study” oleh Xiaohua Chen dkk, disebutkan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae (M. leprae), parasit intracytoplasmic dari makrofag dan sel Schwann. Bakteri sebagai penyebab kusta ini tumbuh sangat lambat dan mungkin dibutuhkan waktu sampai 20 tahun untuk mengembangkan tanda-tanda infeksi.

Penyakit yang satu ini mempengaruhi sistem saraf perifer superfisial dan kulit, tetapi juga mungkin melibatkan mukosa saluran pernapasan bagian atas, ruang anterior mata, tulang dan testis. Hal ini juga dapat menyebabkan daerah yang terkena kehilangan kemampuan untuk merasakan sentuhan dan rasa sakit, yang dapat menyebabkan cidera, seperti luka dan luka bakar. Biasanya, kulit yang terkena akan berubah warna menjadi lebih terang atau lebih gelap, sering kering atau bersisik, hilang rasa dan kemerahan karena kulit yang mengalami peradangan.

Jika tidak diobati, saraf yang mengalami kerusakan akan menyebabkan kelumpuhan pada tangan dan kaki dan jika lebih lanjut penderita bahkan dapat kehilangan jari mereka. Tanda-tanda lain dari penyakit Hansen termasuk kehilangan alis dan adanya kelainan bentuk hidung pelana karena adanya kerusakan pada septum hidung.

Penularan Kusta

Ilustrasi Kusta (iStockphoto)
Hentikan Segala Bentuk Stigma dan Diskriminasi Terhadap Pasien Kusta (iStockphoto)

CDC menyebutkan bahwa secara pasti tidak diketahui  bagaimana penyakit Hansen menyebar di antara orang-orang. Para ilmuwan saat ini mengatakan bahwa kemungkinan penularan kusta terjadi ketika seorang penderita batuk atau bersin dan orang yang sehat menghirup tetesan yang mengandung bakteri, yang mana bakteri tersebut merupakan penyebab kusta.

Kontak dekat yang dalam jangka panjang dengan seorang penderita kusta yang tidak diobati selama kurun waktu beberapa bulan berpotensi tertular. Sedangkan, lebih lanjut CDC menyebutkan bahwa kita tidak dapat tertular kusta dari kontak biasa dengan seseorang yang mengidap penyakit Hansen, seperti berjabat tangan, berpelukan, duduk bersebalahan di bus atau duduk bersama ketika makan. Seorang ibu yang menderita penyakit kusta juga tidak menurunkan ke bayinya yang belum lahir selama kehamilan dan juga penyakit ini tidak menyebar melalui kontak seksual.

Karena sifat bakteri yang tumbuh dengan lambat dan membutuhkan waktu lama untuk mengembangkan tanda-tanda penyakit, sehingga tidak jarang menjadi sulit untuk menemukan sumber infeksi. Secara keseluruhan, risiko orang dewasa di mana pun di seluruh dunia terkena penyakit ini sangat rendah. Hal tersebut disebabkan karena semua orang memiliki kekebalan alami terhadap penyakit yang satu ini sebanyak 95%.

Ramesh Marne Bhat dan Chaitra Prakash dalam studi mereka yang berjudul “Leprosy : An Overview of Pathophysiology” menyebutkan bahwa mereka yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi buruk, seperti tepat tidur yang tidak memadai, air yang terkontaminasi dan pola makan  yang tidak cukup atau penyakit lain yang membahayakan fungsi kekebalan tubuh dapat menjadi penyebab terjangkit penyakit kusta karena mereka berisiko paling tinggi tertular infeksi M.Leprae. Kemudian CDC juga menyebutkan bahwa mungkin Anda berisiko terkena penyakit kusta jika tinggal di negara yang penyakit ini tersebar luas. Dengan demikian, kondisi lingkungan tempat tinggal juga menjadi salah satu penyebab kusta.

Tanda dan Gejala Penyakit Kusta

Penyandang kusta di Indramayu
Penyandang kusta di Desa Jengkok Indramayu sedang mengikuti sosialisasi perawatan kusta dengan dinas kesehatan setempat, Selasa (5/7/2022). (Foto: Liputan6.com/Ade Nasihudin).

Setelah mengetahui penyebab kusta dan penularannya, maka selanjutnya Anda perlu mengetahui gejala dan tanda penyakit ini. Gejala utama penyakit ini yang pasti adalah memengaruhi kulit, saraf dan selaput lendir ) area yang lebut dan lembab tepat di dalam bukaan tubuh). Gejala kulit yang disebabkan oleh penyakit kusta, yaitu :

  • Bercak kulit yang berubah warna, biasanya rata  dan mungkin mati rasa serta terlihat pudar dengan lebih terang dari warna kulit sekitarnya
  • Pertumbuhan (nodul) pada kulit
  • Kulit tebal, kaku atau kering
  • Terdapat bisul yang tidak sakit di telapak kaki
  • Pembengkakan atau benjolan tanpa rasa sakit di sekitar wajah atau daun telinga
  • Hilangnya alis dan bulu mata

Gejala yang disebabkan oleh kerusakan pada saraf, yaitu :

  • Area kulit yang terkena mengalami mati rasa
  • Kelemahan otot atau atau kelumpuhan (terutama pada tangan dan kaki)
  • Pembesaran saraf ( terutama di sekitar siku lutut dan di sisi leher)
  • Masalah mata yang dapat mengakibatkan kebutaan ( ketika saraf wajah terganggu)

Gejala yang disebabkan oleh penyakit pada selaput lendir, berupa hidung tersumbat dan mimisan. Karena penyakit Hansen memengaruhi saraf, kehilangan perasaan atau sensasi dapat terjadi. Berhati-hatilah untuk memastikan bagian tubuh yang terkena tidak terluka. Jika tidak diobati-tanda-tanda kusta lanjut dapat mencakup :

  • Kelumpuhan pada tangan dan kaki
  • Pemendekan jari kaki dan jari karena reabsorpsi
  • Ulkus kronis yang tidak sembuh di bagian bawah kaki
  • Kebutaan
  • Kehilangan alis
  • Kerusakan hidung

Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah :

  • Saraf yang menyakitkan atau lunak
  • Kemerahan dan rasa sakit di sekitar daerah yang terkena
  • Sensasi terbakar di kulit

Pengobatan Penyakit Kusta

Obat kusta
Penanggung jawab program kusta dari Puskesmas Kertasemaya, Eti Nirmala S. Kep, Ners, sedang memberikan obat kepada pasien kusta di Dusun Pondok Asem Jengkok, Indramayu bersama Yayasan NLR Indonesia, Selasa (5/7/2022).

Dilansir dari CDC, penyakit kusta dapat diobati dengan kombinasi antibiotik. Biasanya 2-3 antibiotik digunakan secara bersamaan. Itu adalah dapson dengan rifampsin dan clofazimine ditambahkan dengan beberapa jenis penyakit atau disebut dengan terapi multidrug atau multidrug therapy (MDT) yang mana sudah dimulai sejak awal 1960-an. Langkah ini dilakukan untuk mencegah perkembangan resistensi antibiotik oleh bakteri yang mungkin terjadi karena lamanya pengobatan. MDT membunuh patogen dan menyembuhkan pasien. 

Perawatan biasanya berlangsung selama satu sampai dua tahun. Penyakit ini dapat disembuhkan jika menyelesaikan pengobatan sesuai dengan resep. Adapun makanan yang baik dimakan, seperti makanan yang kaya vitamin A (wortel, brokoli, bayam , makanan yang banyak mengandung seng (daging sapi, tiram, domba dsb) serta makanan yang kaya akan omega 3 seperti ikan.

 

Mencegah Penyakit Kusta

Pengobatan Dini, Cegah Kecacatan Penderita Kusta
Foto: www.fujita-hu.ac.jp

Dr. Aakash  Gupta, ahli dermatologi dari India menyebutkan bahwa untuk mencegah penyakit kusta,  yaitu orang yang tinggal di rumah tangga yang sama dengan individu yang terkena harus diperiksa untuk kusta dan diobati jika ada gejala. Vaksin BCG juga menawarkan beberapa perlindungan terhadap kusta serta diagnosis dini kondisi ini dapat membantu mencegah penyebaran. Untuk mencegah diri dari penyebab kusta juga dapat dilakukan dengan memerhatikan lingkungan hidup seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Tidak melakukan kontak dengan penderita dalam waktu yang berkelanjutan atau jangka panjang juga dapat mencegah diri dari penyebab kusta.

The Leprosy Mission Australia menyatakan bahwa, dengan demikian berarti bahwa jarang tertular penyakit ini jika hanya sebuah pertemuan singkat dengan orang yang terinfeksi. Orang-orang paling berisiko terkena kusta, sekali lagi jika mereka menghabiskan waktu yang lama dengan orang yang terinfeksi, terutama dalam ruang terbatas. Misalnya, jika mereka menghabiskan waktu lama di ruangan kecil dengan orang itu. Dengan memahami penyebab kusta dan bagaimana kusta ditularkan, kita tidak hanya tahu kapan kita perlu mengawasi gejala, tetapi kita juga dapat mengakhiri stigma yang tidak perlu yang mengelilingi penyakit. Meskipun mencegah lebih baik daripada mengobati, tetapi tidak berarti ketakutan kita membuat penderita diusir atau dikucilkan.

 

Reporter magang : Friska Nur Cahyani

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya