Liputan6.com, Jakarta Resesi adalah istilah yang perlu kamu pahami. Pasalnya, hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi sebuah negara. Resesi mengakibatkan penurunan seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan.
Resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan, berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami produk domestik bruto (PDB) negatif, meningkatnya tingkat pengangguran, terjadi penurunan penjualan ritel, dan terdapat kontraksi pendapatan dan manufaktur untuk jangka waktu yang lama.
Resesi adalah bagian yang tidak dapat dihindari dalam siklus bisnis dalam ekonomi suatu negara. Ada berbagai faktor yang dapat membuat perekonomian negara secara resmi jatuh ke dalam resesi.
Advertisement
Berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (27/9/2022) tentang resesi adalah.
Resesi adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi adalah kelesuan dalam kegiatan dagang, industri, dan sebagainya (seolah-olah terhenti). Resesi adalah menurunnya (mundurnya, berkurangnya) kegiatan dagang (industri). Mengutip ojk.go.id, resesi ekonomi atau resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk. Resesi adalah kondisi yang ditandai dengan adanya penurunan produk domestik bruto (PDB), meningkatnya pengangguran, serta pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Semantara itu, menurut Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER), resesi adalah penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian, berlangsung lebih dari beberapa bulan. Penurunan ini terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran.
Jadi, resesi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang terjadi secara signifikan dengan periode waktu yang cukup lama, dimulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tanda-tanda suatu negara mengalami resesi adalah meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya penjualan ritel, dan kontraksi pendapatan pada bagian manufaktur dalam periode yang cukup lama.
Advertisement
Faktor Penyebab Resesi
Faktor-faktor penyebab resesi adalah sebagai berikut:
- Ketidakseimbangan produksi dan konsumsi
Keseimbangan antara produksi dan konsumsi atau daya beli masyarakat merupakan dasar pertumbuhan ekonomi. Namun, apabila produksi dan konsumsi tidak seimbang, akan terjadi masalah pada siklus ekonomi. Jika produksi yang tinggi tidak diikuti dengan daya beli masyarakat yang tinggi pula, maka akan mengakibatkan penumpukan persediaan barang. Sebaliknya, jika produksi rendah sedangkan daya beli masyarakat tinggi sehingga menyebabkan kebutuhan masyarakat tak terpenuhi, maka negara harus melakukan impor. Hal tersebut menyebabkan penurunan laba perusahaan dan lemahnya pasar modal.
- Utang yang berlebihan
Ketika individu atau bisnis memiliki terlalu banyak utang, dan tak mampu membayar tagihan, hal ini menyebabkan kebangkrutan kemudian membalikkan perekonomian.
- Penggelembungan aset
Penggelembungan aset terjadi ketika investasi didorong oleh emosi. Misalnya pada 1990-an saat pasar saham mendapat keuntungan besar. Investasi yang didorong oleh emosi ini menggembungkan pasar saham, sehingga ketika gelembungnya pecah, maka akan terjadi panic selling yang tentunya dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi.
- Inflasi
Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik dari waktu ke waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk bagi ekonomi. Tetapi inflasi yang berlebihan dapat membahayakan resesi. Bank Sentral Amerika Serikat maupun Bank Indonesia, umumnya menaikkan suku bunga untuk menekan aktivitas ekonomi. Inflasi yang tak terkendali adalah masalah yang pernah dialami Amerika Serikat pada tahun 1970-an.
- Deflasi
Deflasi adalah saat harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah menyusut, yang selanjutnya menekan harga. Ketika deflasi lepas kendali, orang dan bisnis berhenti berbelanja, mana hal ini berdampak pada ekonomi suatu negara. Deflasi yang tak terkendali pernah dialami Jepang yang menyebakan resesi. Jepang berjuang sepanjang tahun 1990-an untuk keluar dari resesi tersebut.
Dampak Resesi untuk Pemerintah, Perusahaan, dan Masyarakat
Mengutip National Bureau of Economic Research (NBER), resesi adalah kondisi yang terjadi ketika negara masuk dalam periode jatuhnya aktivitas ekonomi, tersebar di seluruh sektor ekonomi, dan sudah berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, umumnya lebih dari 3 bulan. Dampak resesi dapat berpengaruh terhadap pemerintah, perusahaan, dan juga masyarakat.
Dampak Resesi Terhadap Pemerintah
Dampak resesi terhadap pemerintah yang paling signifikan adalah pendapatan negara dari pajak dan non pajak menjadi lebih rendah. Hal ini terjadi karena penghasilan masyarakat menurun hingga harga properti yang anjlok dan akhirnya memicu rendahnya jumlah PPN ke kas negara. Dengan pendapatan negara sedang merosot, di sini pemerintah terus dituntut untuk membuka lapangan pekerjaan sebanyak mungkin karena jumlah pengangguran yang meningkat. Akibatnya, pinjaman ke bank asing akan meningkat, dan menyebabkan utang negara semakin menumpuk.
Dampak Resesi Terhadap Perusahaan
Dampak resesi untuk perusahaan adalah bisnis akan berpotensi bangkrut. Ketika terjadi resesi, maka daya beli masyarakat menurun dan pendapatan perusahaan bakal semakin kecil. Kondisi ini yang bakal mengancam kelancaran arus kas. Tak dipungkiri akan ada perang harga untuk mempertahankan perusahaan supaya tidak bangkrut. Namun opsi ini dianggap kurang menguntungkan, sehingga perusahaan lebih memilih menutup area bisnis yang kurang menguntungkan hingga memotong biaya operasional.
Dampak Resesi Terhadap Masyarakat
Dampak resesi terhadap masyarakat atau pekerja adalah terjadi banyak PHK. Dengan banyaknya PHK, maka pengangguran semakin meningkat. Padahal, mereka dituntut untuk terus memenuhi kebutuhan hidup di tengah resesi ekonomi. Di sisi lain, bagi pekerja yang tidak terkena PHK juga terancam terkena pemotongan upah dan hak kerja lainnya saat resesi ekonomi terjadi.
Advertisement