Depresi Adalah Gangguan Emosional, Ketahui Gejala dan Penyebabnya

Depresi adalah salah satu ganguan kesehatan mental, yang dapat mempengaruhi perasaan, cara berpikir dan cara bertindak.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 08 Nov 2022, 18:45 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2022, 18:45 WIB
ilustrasi depresi persisten/unsplash
ilustrasi depresi persisten/unsplash

Liputan6.com, Jakarta Depresi adalah gangguan suasana hati yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat  secara terus-menerus. Depresi bisa mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku, serta bisa menyebabkan berbagai masalah emosional dan fisik. Penderita depresi mungkin mengalami kesulitan melakukan aktivitas normal sehari-hari, dan terkadang muncul perasaan yang tidak layak. 

Depresi adalah salah satu penyakit mental yang bisa berdampak buruk bila tidak segera ditangani. Umumnya gejala depresi yang timbul juga bervariasi, di mana muncul perasaan sedih dan tertekan, kehilangan minat, sulit tidur dan makan, hingga muncul keinginan untuk bunuh diri.

Depresi adalah gangguan mental, yang bisa sembuh jika diobati. Semakin dini perawatan dimulai, maka akan semakin efektif. Depresi biasanya diobati dengan obat-obatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya, untuk mengurangi gejala, maka perlu terapi electroconvulsive (ECT) dan terapi stimulasi otak lainnya.

Berikut ini gejala dan penyebab depresi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (8/11/2022). 

Mengenal Depresi

Mengurangi depresi
Ilustrasi Mendengarkan Musik Credit: pexels.com/Andrea

Depresi adalah salah satu penyakit medis yang umum terjadi, serta secara serius mempengaruhi perasaan, cara berpikir juga bertindak. Depresi juga bisa menyebabkan perasaan sedih atau bahkan kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari yang biasanya dilakukan.

Depresi bisa menyebabkan berbagai masalah secara emosional dan fisik, sehingga menurunkan kemampuan Anda. Namun tak perlu khawatir, karena penyakit mental ini bisa juga diobati dengan beberapa metode, selain mengonsumsi obat anti depresan. 

Melansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), depresi adalah gangguan mental yang umum, bahkan secara global diperkirakan 5% orang dewasa menderita gangguan mental ini. Kondisi mental ini menjadi salah satu penyebab utama kecacatan di seluruh dunia dan berkontribusi besar terhadap beban penyakit global. Efek depresi dapat bertahan lama atau berulang dan secara dramatis dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berfungsi dan menjalani kehidupan. 

 

 

Gejala Depresi

Depresi
Ilustrasi Depresi Credit: pexels.com/pixabay

Gejala depresi juga bisa bervariasi, dari ringan hingga berat seperti: 

- Merasa sedih atau memiliki suasana hati yang tertekan

- Kehilangan minat atau kesenangan dalam melakukan berbagai aktivitas

- Perubahan nafsu makan

- Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

- Kehilangan energi

- Peningkatan aktivitas fisik tanpa tujuan (misalnya, ketidakmampuan untuk duduk diam, mondar-mandir, meremas-remas tangan)

- Merasa tidak berharga atau bersalah

- Kesulitan dalam berpikir dan berkonsentrasi

- Pikiran tentang kematian atau bunuh diri

 

Penyebab Depresi

Depresi atau Gangguan Cemas
Ilustrasi Depresi atau Gangguan Cemas Credit: pexels.com/Ivan

Penyebab depresi termasuk interaksi kompleks antara faktor sosial, psikologis dan juga biologis. Selain itu, adanya peristiwa kehidupan seperti kesulitan masa kanak-kanak, kehilangan dan pengangguran berkontribusi dalam perkembangan depresi. Meskipun belum diketahui secara pasti penyebab depresi, namun ada beberapa faktor yang memicu tingkat depresi. 

1. Perbedaan biologis

Orang dengan depresi tampak memiliki perubahan fisik di otak mereka, di mana hal ini karena perbedaan biologis yang terjadi. 

2. Kimia otak

Neurotransmitter merupakan salah satu bahan kimia otak yang terjadi secara alami yang kemungkinan berperan dalam depresi. Bahkan dalam beberapa penelitian terbaru, menunjukkan bahwa perubahan fungsi dan efek neurotransmiter ini, terlibat dalam menjaga stabilitas suasana hati mungkin memainkan peran penting dalam depresi. 

3. Hormon

Adanya perubahan terkait dengan keseimbangan hormon tubuh, akan sangat mungkin terlibat dalam memicu depresi. Perubahan hormon yang sering kita jumpai, terjadi pada kehamilan dan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan setelah melahirkan. 

4. Sifat-sifat yang diwariskan

Depresi lebih sering terjadi pada orang yang kerabat darahnya juga memiliki kondisi yang sama. Akan tetapi, sampai sekarang para peneliti sedang mencoba untuk menemukan gen yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.

 

Jenis Depresi

Mengalami Cemas Sampai Depresi
Ilustrasi Berdamai dengan Masa Lalu Credit: pexels.com/Anna

1. Depresi berat adalah jenis depresi berat, yang mencakup gejala depresi yang hampir sepanjang waktu dialami setidaknya selama 2 minggu. Depresi ini biasanya mengganggu kemampuan seseorang untuk bekerja, tidur, belajar, dan makan.

2. Gangguan depresi persisten atau distimia ini, adalah jenis depresi yang sering kali mencakup gejala depresi yang tidak terlalu parah yang berlangsung lebih lama, biasanya setidaknya selama 2 tahun.

3. Depresi perinatal adalah jenis depresi yang terjadi ketika seorang wanita mengalami depresi berat selama kehamilan atau setelah melahirkan. 

4. Gangguan afektif musiman adalah jenis depresi, yang datang dan pergi dengan musim. Depresi ini biasanya dimulai pada akhir musim gugur, dan awal musim dingin dan hilang selama musim semi dan musim panas.

5. Depresi dengan gejala psikosis adalah jenis depresi berat, di mana seseorang mengalami gejala psikosis, seperti delusi atau halusinasi. 

6. Individu dengan gangguan bipolar adalah salah satu jenis depresi, yang juga mengalami episode di mana mereka merasa sedih, acuh tak acuh, atau putus asa, dikombinasikan dengan tingkat aktivitas yang sangat rendah. 

Perawatan Depresi

Efek Depresi
Ilustrasi Depresi Credit: pexels.com/Liza

Berikut ini terdapat beberapa perawatan depresi yang bisa Anda coba dan lakukan, secara efektif membantu Anda untuk mengatasi depresi. 

a. Obat-obatan

Antidepresan adalah obat yang biasa digunakan untuk mengobati depresi, serta dapat membantu meningkatkan cara otak saat menggunakan bahan kimia tertentu. Dengan mengonsumsi antidepresan, bisa mengontrol suasana hati atau stres.

b. Psikoterapi

Psikoterapi, atau "terapi bicara," merupakan penanganan cepat yang bisa digunakan sendiri untuk pengobatan depresi ringan. Akan tetapi untuk depresi sedang hingga berat, psikoterapi sering digunakan bersama dengan obat antidepresan.

c. Terapi perilaku kognitif (CBT)  

CBT merupakan salah satu bentuk terapi yang berfokus pada pemecahan masalah, serta cukup efektif untuk dilakukan. CBT membantu seseorang untuk mengenali pemikiran yang menyimpang atau negatif, dengan tujuan mengubah pemikiran dan perilaku untuk merespon tantangan dengan cara yang lebih positif.

d. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)

ECT adalah salah satu perawatan medis, yang paling sering disediakan untuk pasien dengan depresi berat parah. Hal ini juga melibatkan stimulasi listrik singkat otak saat pasien dibius. Seorang pasien biasanya akan menerima ECT dua sampai tiga kali seminggu dengan total enam sampai 12 perawatan. ECT telah digunakan sejak tahun 1940-an, dan penelitian bertahun-tahun telah menghasilkan perbaikan besar dan pengakuan keefektifannya sebagai pengobatan utama. 

e. Self-help

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan orang untuk membantu mengurangi gejala depresi, dengan cara mudah seperti olahraga teratur membantu menciptakan perasaan positif,  memiliki kualitas tidur yang cukup secara teratur, makan makanan yang sehat dan menghindari alkohol. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya