Profil PT Barata Indonesia, Perusahaan Manufaktur Milik Negara

Saham PT Barata Indonesia dimiliki oleh BUMN 100 persen.

oleh Laudia Tysara diperbarui 28 Des 2022, 19:20 WIB
Diterbitkan 28 Des 2022, 19:20 WIB
Lini Produksi BUMN PT Barata Indonesia ( Persero).
Lini Produksi BUMN PT Barata Indonesia (Dok Barata)

Liputan6.com, Jakarta - PT Barata Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di industri manufaktur milik negara. PT Barata Indonesia berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan saham kepemilikan 100 persen.

Persero ini bergerak di sektor Food dengan jenis proyek Komponen & EPC. Di sektor Energy baik energi dalam pembangkit listrik atau sektor minyak & gas. Di sektor Water dengan melakukan pengelolaan di banyak sumber daya air. Terakhir di sektor permesinan untuk industri konstruksi berat.

PT Barata Indonesia sesuai RKAP 2021, resmi menitikberatkan kompetensi utama pada bidang manufaktur yang terfokus pada 3 lini usaha, yaitu pengecoran, sumber daya air, dan pembangkit, tetapi masih berkontribusi di bidang EPC yang berbasis manufaktur.

Berikut Liputan6.com ulas lebih mendalam tentang profil PT Barata Indonesia, sejarah berdiri, visi dan misi, serta kegiatan usahanya, Rabu (28/12/2022).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


PT Barata Indonesia adalah Menguasai Industri Manufaktur

Lini Produksi BUMN PT Barata Indonesia ( Persero).
Lini Produksi BUMN PT Barata Indonesia (Dok Barata)

PT Barata Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur khususnya pada sektor Food, Energy, Water, dan Permesinan. PT Barata Indonesia adalah perusahaan yang berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Saham PT Barata Indonesia adalah milik BUMN 100 persen.

Melansir dari situs website resminya, PT Barata Indonesia sudah bergerak sebagai persero dan mengalami proses transformasi sejak tahun 1971 di awal berdirinya. Sebelum resmi menjadi milik negara, PT Barata Indonesia dimiliki oleh pengusaha asal Belanda dengan nama “NV BRAAT” pada tahun 1901.

PT Barata Indonesia menjalankan kegiatan usaha di empat sektor sebagaimana dijelaskan sebelumnya. Mulai dari sektor Food, Energy, Water, dan Permesinan. Ini penjelasannya:

1. FOOD

PT Barata Indonesia menjalankan kegiatan usaha di sektor food dengan mengelola produk makanan, baik dalam jenis proyek Komponen & EPC. Pengalaman ini telah dibangun PT Barata Indonesia sejak era kolonial sekitar tahun 1200-an dan kompetensi seperti itu telah diwarisi dari pendiri perusahaan.

Perkembangan teknologi inovatif di masa sekarang memungkinkan PT Barata Indonesia untuk membangun pabrik-pabrik gula dengan kapasitas hingga 15.000 ton per hari dan menguasai pembuatan komponennya.

2. ENERGY

PT Barata Indonesia menjalankan kegiatan usaha di sektor energi. Baik energi dalam pembangkit listrik atau sektor minyak & gas.

PT Barata Indonesia dikenal sebagai perusahaan yang mahir dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batu Bara, Pembangkit Listrik Turbin Gas, Pembangkit Listrik Tenaga Air dan Pembangkit Listrik jenis lainnya.

3. WATER

PT Barata Indonesia menjalankan kegiatan usaha di sektor water, dengan melakukan pengelolaan di banyak sumber daya air. PT Barata Indonesia telah mendapatkan pengakuan dalam bisnis sumber daya air ini.

Selain itu, PT Barata Indonesia telah memproduksi banyak jenis komponen mekanis seperti Hollow Cone Valve (Ø 3,850 mm) yang dianugerahi oleh MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai HCV terbesar di Indonesia.

4. PLUS

PT Barata Indonesia menjalankan kegiatan usaha di sektor plus, dengan memproduksi komponen fabrikasi dan mesin untuk berbagai industri konstruksi berat. Diantaranya adalah Peralatan Penanganan Material dan Komponen untuk Kereta Api, petrokimia, pupuk, semen, dan industri lainnya.

Visi PT Barata Indonesia adalah menjadi perusahaan yang kuat, sehat dan berdaya saing berbasis inovasi dan teknologi di bidang industri manufaktur mendukung sektor Food, Energy, Water. Sementara, misi PT Barata Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Memberikan Solusi terintegrasi yang tepat guna berorientasi kepada peningkatan kepuasaan pelanggan.

2. Mengoptimalkan sinergi BUMN dan memperkuat aliansi strategis bersama mitra lokal dan global.

3. Memperkuat kompetensi sumber daya manusia yang terampil dan bermotivasi tinggi.

4. Melaksanakan program pemerintah dalam rangka penguatan sektor industri manufaktur.


Sejarah Berdirinya PT Barata Indonesia dari Masa ke Masa

PT Barata Indonesia (Persero) selama pandemi Covid-19 tetap melaksanakan ekspor komponen pembangkit listrik ke tiga negara yaitu ke Armenia, Bahrain dan ke Jerman. (Dok Barata)
PT Barata Indonesia (Persero) selama pandemi Covid-19 tetap melaksanakan ekspor komponen pembangkit listrik ke tiga negara yaitu ke Armenia, Bahrain dan ke Jerman. (Dok Barata)

Ini sejarah berdirinya PT Barata Indonesia dari masa ke masa sebagai perusahaan di bawah naungan BUMN melansir dari situs website resminya:

1. Tahun 1901 – 1961

1901 NV Braat Machine Fabriek berdiri dengan fokus penyedia fasilitas perawatan pabrik-pabrik gula di Jawa Timur. Tahun 1961 kemudian di nasionalisasi dan berubah nama menjadi PN Barata.

1920 Machine Fabriek & Werf NV. Molen Fliet berdiri dengan fokus hampir sama yaitu penyedia jasa peralatan pabrik gula di luar Jawa Timur. Tahun 1961 juga dinasionalisasi dan berubah nama menjadi PN Sabang Merauke.

2. Tahun 1961 – 1971

Tiga Perusahaan Nasional PN Barata, PN Sabang Merauke dan PN Peprida dijadikan satu menjadi PT Barata Metalworks & Engineering. Lini usaha utama diperluas menjadi perawatan pabrik gula, produsen mesin pengolah hasil perkebunan, pabrikasi dan instalasi konstruksi baja, produsen mesin penggilas jalan, serta jasa instalasi proyek-proyek industri dasar.

3. Tahun 1974 – 1976

Pada tahun 1974-1976 PT Barata Metalworks & Engineering dilengkapi dengan pabrik pengecoran besi dan baja di pabrik Gresik dan Jakarta, memasuki pembangunan peralatan pelabuhan, peralatan bandar udara, dan pembangkit listrik.

4. Tahun 1987 – 1998

Pada era ini selain berubah nama menjadi PT Barata Indonesia, juga terdapat hal-hal penting, antara lain:

Dilakukan peremajaan mesin-mesin produksi (Proyek P2SP). Pada 1989 perseroan dikelola oleh Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) melalui Keppres no 40 tahun 1989.

Pada 1998 Perseroan menjadi anak perusahaan PT Bahana Pakarya Industri Strategis (Persero) dengan keputusan Meneg Pendayagunaan BUMN no. Kep.036/M-PUBMN/98 tangga l 7 Agustus 1998.

5. Tahun 2002

Perseroan kembali di bawah pengelolaan Kementerian BUMN setelah PT BPIS dilikuidasi.

6. Tahun 2005

Perseroan melakukan realokasi Pabrik dari Jalan Ngagel Surabaya ke lokasi Gresik.  Latar belakang realokasi adalah karena tata kota Surabaya sudah tidak diperuntukkan untuk industri. Dari sisi Barata, tindakan tersebut merupakan gerakan efisiensi operasional guna mencapai keuntungan tertinggi.

7. Tahun 2016

Diterimanya PMN 2016 sebesar Rp500 Milyar yang secara finansial memperkuat posisi Perseroan dalam bisnis.  Peningkatan kapasitas produksi pabrik foundry dan agro juga mendapatkan efek positif dari penerimaan PMN ini.

8. Tahun 2017

Terjadi perubahan bidang usaha yang mengacu pada FEW+ untuk tujuan penguasaan pasar yang Sumber Daya Air (Water), dan Divisi Industri Komponen & Permesinan (+).

9. Tahun 2018

Pada tahun 2018, rencana akuisisi terwujud dengan dibelinya aset pabrik komponen turbin milik Siemens di Cilegon. Hal ini memperkuat posisi Perseroan di bidang pembangkit tenaga listrik.

10. Tahun 2020 – Sekarang

Pada akhir tahun 2020 PT Barata Indonesia dikelompokkan ke dalam klaster BUMN di bawah pengelolaan Danareksa-PPA, di mana Danareksa-PPA selaku kuasa Pemegang Saham dari Kementerian BUMN.

Sesuai RKAP 2021 Perusahaan menitikberatkan kompetensi utama pada bidang manufaktur yang terfokus pada 3 lini usaha, yaitu pengecoran, sumber daya air, dan pembangkit, namun juga tetap berkontribusi pada bidang EPC yang berbasis manufaktur.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2024, penerapan industri 4.0 menjadi salah satu major project dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, kontribusi nilai tambah, daya saing, dan keberlanjutan industri nasional.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya