Liputan6.com, Jakarta Sajadah merupakan salah satu alat yang digunakan untuk ibadah salat. Sajadah ini digunakan setiap hari oleh umat Muslim, terutama di Indonesia. Sajadah dapat anda temui di masjid maupun musala sebagai alas untuk salat.
Sajadah ini digunakan untuk salat saat sujud dan duduk. Sajadah ini bukan hanya digunakan oleh orang Muslim, namun juga digunakan oleh Gereja Ortodoks Oriental. Sama dengan Muslim, sajadah berfungsi untuk menjaga kesucian dalam salat dan sepatu harus dilepas saat menggunakannya.
Advertisement
Baca Juga
Sajadah banyak dijual bebas, dengan berbagai motif dan warna. Dengan perkembangan jaman dan fashion, sajadah dibuat dan dimodifikasi dengan berbagai kain, seperti kain tenun, sutra, wol, dan masih banyak lagi.
Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai kegunaan sajadah dan sejarahnya yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu (18/1/2023).
Mengenal Sajadah
Kata sajadah berasal dari bahasa Arab yakni sajjadah yang berarti alat ibadah berupa satu lembar kain atau karpet yang digunakan oleh umat Muslim, beberapa denominasi Kristen, dan umat Baháʼàdalam menjalankan ibadahnya.
Sajadah sendiri biasanya diletakkan di atas tanah atau lantai sebagai alas salat. Alas tersebut digunakan saat sujud dan duduk. Hal ini dilakukan supaya terhindar dari najis. Fungsi sajadah yang paling utama adalah menjaga kesucian dalam salat dan sepatu harus dilepas saat menggunakannya.
Banyak sajadah dibuat oleh tukang tenun di pabrik. Desain sajadah umumnya menggambarkan asal wilayah dan penenunnya. Sajadah umumnya dihiasi dengan bentuk-bentuk dan pola geometris. Selain itu, sajadah juga dihiasi dengan gambar yang mencerminkan markah tanah Islam, seperti Ka'bah. Tak hanya itu, sajadah sering dihiasi dengan simbol-simbol keagamaan yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mengingat. Tetapi haram memuat gambar makhluk bernyawa. Sajadah sendiri banyak ditemukan di daerah Asia Tengah dan Barat.
Advertisement
Sejarah Sajadah
Awal mula terbuatnya sajadah yakni pada masa Nabi Muhammad SAW yang berdoa di atas Khumrah atau tikar yang terbuat dari daum palem sebagai alas untuk kebersihan tempat untuk berdoa dan salat. Nabi Muhammad SAW berkata sajadah tidaklah hal yang wajib ada, sebagaimana yang dikatakan Nabi Muhammad SAW,
"Seluruh bumi telah dijadikan tempat sholat, kecuali kuburan dan kamar kecil" (Al-Tirmidzi),
Namun perkembangannya sangatlah pesat dan kini banyak digunakan di masjid, mushola, bahkan di setiap rumah-rumah umat Muslim.
Pada abad pertengahan, sajadah digunakan oleh orang-orang pinggiran di Kairo, Mesir untuk salat berjamaah. Dari situlah sajadah mulai dikenal oleh masyarakat Muslim dan terus mengalami perkembangan sampai saat ini.
Bahkan, sajadah telah digunakan di mana-mana dan oleh semua kalangan umat Muslim. Kini, sajadah telah mengalami modifikasi sedemikian rupa yang disesuaikan dengan budaya masing-masing tempat dan seni yang ada di tempat tersebut.
Padahal, awal mula pembuatan sajadah masih dengan desain yang serupa yakni desain pintu besar seperti pintu menuju surga dan selalu ada simbol mihrab dengan ceruk melengkung yang menyerupai pintu.
Cara Mencuci Sajadah
Sajadah memiliki berbagai bahan yang beragam. Bahkan ada yang terbuat dari wol dan kain bludru. Kedua bahan tersebut membutuhkan perawatan ekstra apabila sajadah sedang dicuci. Supaya tidak rusak saat dicuci, ada beberapa tips untuk menuci sajadah. Berikut penjelasannya:
1. Perhatikan Bahan dari Sajadah
Cara mencuci sajadah yang pertama adalah memperhatikan bahan dari sajadah. Langkah ini merupakan hal dasar yang perlu diketahui. Jenis sajadah yang terbuat dari bahan kain sutra, akan lebih baik jika tidak dicuci dengan air serta deterjen biasa. Untuk sajadah dengan bahan kain sutra atau jenis kain lembut lainnya, akan lebih baik jika dicuci menggunakan metode dry cleaning. Sebab, penggunaan deterjen biasa atau jenis sabun cuci lainnya akan berpotensi merusak kain sutra.
2. Pisahkan dari Cucian Lain
Cara mencuci sajadah yang berikutnya adalah memisah sajadah dengan cucian yang lain. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadi kelunturan, baik pada pakaian maupun sajadah anda. Apabila anda memiliki sajadah dengan warna cerah, ini lebih rawan terkena lunturan dari celana jeans atau baju yang memiliki warna gelap.
3. Gunakan Cairan Pembersih Noda
Cara mencuci sajadah yang berikutnya adalah menggunakan cairan pembersih noda. Hal ini dapat dilakukan apabila sajadah milik anda terkena noda membandel dan tidak cukup hanya dengan deterjen biasa.
4. Peras Cucian dengan Benar
Cara mencuci sajadah yang selanjutnya adalah memeras cucian dengan benar. Namun perlu diperhatikan saat ingin memeras sajadah, karena jika terlalu kuat dalam memelintirnya maka akan membuat sajadah rusak. Sebab proses memelintir tersebut akan memaksa serat kain untuk melebihi batas kemampuan regangnya. Untuk itu, pastikan saat anda memeras sajadah jangan terlalu kuat dalam memelintirnya.
5. Jemur dengan Diangin-Anginkan
Cara mencuci sajadah yang selanjutnya adalah jemur dengan diangin-anginkan. Hal ini dilakukan supaya kain sajadah tidak mudah lapuk dan memudar. Hindari menjemur di bawah terik matahari langsung.
Advertisement