Liputan6.com, Jakarta Disosiasi adalah keadaan kesadaran yang berubah atau keterpisahan dari lingkungan terdekat dan identitas pribadi. Ini adalah mekanisme penanggulangan psikologis yang digunakan pikiran untuk melindungi diri dari pengalaman traumatis, emosi yang berlebihan, atau stres. Sementara disosiasi adalah respons normal terhadap situasi tertentu, seperti melamun atau keluar saat mengemudi, disosiasi yang parah dan terus-menerus dapat menjadi gejala gangguan disosiatif.
Gangguan disosiatif adalah sekelompok kondisi kesehatan mental yang ditandai dengan gangguan dalam integrasi normal kesadaran, ingatan, identitas, dan persepsi diri dan lingkungan. Ada beberapa jenis gangguan disosiatif, antara lain gangguan identitas disosiatif, amnesia disosiatif, gangguan depersonalisasi-derealisasi, dan fugue disosiatif.
Gangguan disosiatif adalah gangguan yang terjadi akibat trauma, seperti pelecehan fisik atau seksual, kecelakaan, atau pertempuran, serta faktor lain seperti stres kronis atau penyalahgunaan zat. Kondisi ini dapat berdampak signifikan pada fungsi, hubungan, dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda dan gejala gangguan disosiatif dan mencari bantuan profesional jika perlu.
Advertisement
Lebih lengkapnya, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, informasi seputar gangguan disosiatif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang kondisi ini, pada Rabu (29/3/2023)
Pengertian Disosiatif
Disosiatif mengacu pada pengalaman psikologis perasaan terputus dari pikiran, perasaan, ingatan, atau rasa identitas seseorang. Disosiasi adalah mekanisme pertahanan yang dapat terjadi sebagai respons terhadap pengalaman traumatis atau luar biasa. Orang yang mengalami disosiasi mungkin merasa seperti sedang melihat diri mereka sendiri dari luar tubuh mereka, atau mungkin merasa terlepas dari lingkungannya, seperti berada dalam keadaan seperti mimpi.
Disosiasi adalah gejala yang dapat terjadi pada berbagai kondisi kesehatan mental, termasuk gangguan disosiatif, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan kepribadian ambang, dan gangguan kecemasan. Penting untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami disosiasi, karena ini bisa menjadi tanda masalah kesehatan mental mendasar yang perlu ditangani.
Sedangkan interaksi sosial disosiatif dapat merujuk pada serangkaian pengalaman di mana seseorang merasa terputus atau terlepas dari interaksi sosialnya atau orang-orang di sekitarnya. Ini dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk trauma, kecemasan, atau kondisi kesehatan mental lainnya.
Misalnya, seseorang dengan kecemasan sosial mungkin mengalami disosiasi selama interaksi sosial sebagai cara untuk mengatasi perasaan takut atau kecemasan yang mereka alami. Mereka mungkin merasa seperti sedang melihat diri mereka sendiri dari luar tubuh mereka, atau seperti berada dalam keadaan seperti mimpi, yang dapat mempersulit untuk terlibat sepenuhnya dengan orang lain.
Demikian pula, seseorang yang pernah mengalami trauma juga dapat mengalami disosiasi selama interaksi sosial sebagai cara untuk melindungi diri dari emosi atau ingatan yang berlebihan terkait dengan peristiwa traumatis. Mereka mungkin merasa terpisah dari lingkungannya atau orang-orang di sekitarnya, yang dapat mempersulit untuk menjalin hubungan yang bermakna dengan orang lain.
Penting untuk mencari bantuan profesional jika Anda mengalami interaksi sosial disosiatif, karena ini bisa menjadi tanda masalah kesehatan mental mendasar yang perlu ditangani. Terapi dapat membantu Anda lebih memahami dan mengatasi pengalaman ini, dan juga dapat membantu Anda mengembangkan keterampilan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial yang sehat.
Advertisement
Jenis Disosiatif Dan Penjelasannya
Ada beberapa jenis gangguan disosiatif yang dapat terjadi pada seseorang. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai beberapa jenis gangguan disosiati adalah:
1. Gangguan Disosiatif Identitas (Multiple Personality Disorder)
Gangguan Disosiatif Identitas atau sering disebut sebagai multiple personality disorder adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami pemisahan dari identitasnya, sehingga terbentuklah dua atau lebih kepribadian yang berbeda yang dapat bergantian mengontrol tingkah laku dan pikiran.
2. Amnesia Disosiatif
Amnesia disosiatif adalah jenis gangguan disosiatif di mana seseorang mengalami kehilangan ingatan yang signifikan dan tidak dapat dijelaskan oleh adanya cedera atau kerusakan pada otak. Kondisi ini dapat terjadi secara sementara atau permanen.
3. Fugue Disosiatif
Fugue disosiatif adalah kondisi di mana seseorang mengalami kehilangan ingatan mengenai identitasnya, termasuk mengenai masa lalu dan lingkungan sekitarnya. Orang yang mengalami fugue disosiatif dapat melakukan perjalanan jauh dan baru menyadari bahwa mereka berada di suatu tempat yang asing.
4. Depersonalisasi dan Derealisaasi
Depersonalisasi adalah kondisi di mana seseorang merasa terpisah dari tubuh atau pikirannya, seperti menonton diri mereka sendiri dari luar tubuh mereka. Derealisaasi adalah kondisi di mana seseorang merasa terpisah dari lingkungan sekitarnya, sehingga lingkungan terasa tidak nyata atau seperti dalam mimpi.
Gangguan disosiatif dapat terjadi akibat trauma yang parah atau kejadian traumatis berulang. Kondisi ini dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berfungsi secara sosial, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Pengobatan untuk gangguan disosiatif dapat meliputi terapi perilaku, terapi bicara, obat-obatan, atau kombinasi dari semua jenis pengobatan tersebut.
Contoh-Contoh DisosiatifÂ
Berikut adalah beberapa contoh kondisi disosiatif:
1. Seseorang yang mengalami gangguan disosiatif identitas (multiple personality disorder) memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda dan dapat bergantian mengontrol pikiran dan tingkah laku.
2. Seseorang yang mengalami amnesia disosiatif dapat mengalami kehilangan ingatan yang signifikan dan tidak dapat dijelaskan oleh adanya cedera atau kerusakan pada otak, seperti lupa akan peristiwa penting atau identitas diri mereka.
3. Seseorang yang mengalami fugue disosiatif dapat melakukan perjalanan jauh dan tiba-tiba mengalami kehilangan ingatan mengenai identitasnya, termasuk mengenai masa lalu dan lingkungan sekitarnya.
4. Seseorang yang mengalami depersonalisasi dapat merasa terpisah dari tubuh atau pikirannya, seperti menonton diri mereka sendiri dari luar tubuh mereka. Derealisaasi adalah kondisi di mana seseorang merasa terpisah dari lingkungan sekitarnya, sehingga lingkungan terasa tidak nyata atau seperti dalam mimpi.
5. Seseorang yang mengalami gangguan disosiatif konversi dapat mengalami gejala fisik, seperti kejang atau kelumpuhan, yang tidak memiliki penyebab medis yang jelas.
6. Seseorang yang mengalami gangguan disosiatif tidak spesifik dapat mengalami gejala disosiatif yang tidak masuk ke dalam kategori kondisi disosiatif yang sudah dijelaskan di atas.
Penting untuk diingat bahwa kondisi disosiatif dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, dan perlu diperlakukan oleh profesional kesehatan mental yang terlatih.
Advertisement