6 Manfaat Hutan Mangrove Bagi Kehidupan Manusia, Seimbangkan Ekosistem Pesisir

Manfaat hutan mangrove tak kalah penting dari hutan hujan tropis.

oleh Anugerah Ayu Sendari diperbarui 20 Mei 2023, 23:30 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2023, 23:30 WIB
(Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)
Kawasan mangrove di Surabaya, Jawa Timur (Foto:Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta Manfaat hutan mangrove kerap dikaitkan dengan mencegah abrasi dan pengikisan tanah di pesisir pantau. Hutan mangrove atau bakau merupakan hutan yang tumbuh di air payau yang dipengarugu oleh pasang-surut air laut. Manfaat hutan mangrove memengaruhi ekosistem pesisir pantai, laut, hingga daratan.

Tak cuma berpedan pada ekosistem pesisir, manfaat hutan mangrove juga dapat dinikmati dalam bidang ekonomi dan wisata. Seperti terumbu karang, hutan bakau adalah ekosistem yang sangat produktif yang menyediakan banyak barang dan jasa baik untuk lingkungan laut dan manusia.

Manfaat hutan mangrove secara umum adalah sebagai paru-paru dunia, sumber ekonomi, habitat flora dan fauna, hingga pengendali bencana. Biasanya hutan mangrove didominasi oleh tumbuhan berkayu dan tumbuh di sepanjang garis pantai dan subtropis.

Manfaat hutan mangrove tak kalah penting dari hutan hujan tropis untuk ekosistem berkelanjutan. Pentingnya manfaat hutan mangrove membuat pelestarian ekosistem ini perlu diperhatikan dan dikembangkan. Berikut manfaat hutan mangrove bagi kehidupan manusia, dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (9/9/2019).

Pertahanan Pesisir Alami

Menanam Bibit Mangrove di Tumpukan Sampah
Bibit pohon mangrove yang ditanam di atas tumpukan sampah kawasan hutan mangrove Ecomarine, Jakarta Utara, Minggu (18/3). Bibit mengrove itu ditanam petugas Sudin Lingkungan Hidup dibantu Petugas Prasarana dan Sarana Umum. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Sistem akar pohon bakau yang kokoh membantu membentuk penghalang alami terhadap gelombang badai dan banjir. Sedimen sungai dan darat terperangkap oleh akar, yang melindungi daerah garis pantai dan memperlambat erosi. Proses penyaringan ini juga mencegah sedimen berbahaya mencapai terumbu karang dan padang lamun.

Pada 2017, Konferensi Kelautan PBB memperkirakan bahwa hampir 2,4 miliar orang tinggal dalam jarak 100 km dari pantai. Hutan bakau memberikan perlindungan yang berharga bagi masyarakat yang berisiko dari kenaikan permukaan laut dan peristiwa cuaca buruk yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terstrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Misalnya saja pada buah vivipara yang terbawa air. Bauh tersebut akan menetap di dasar yang dangkal, dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru.

Penyaring Alami

Mangrove
Mangrove (sumber: Pixabay)

Hutan mangrove dipenuhi dengan akar pohon bakau dan berlumpur. Akar mangrove apat mempercepat penguraian limbah organik yang terbawa ke wilayah pantai. Akar mangrove juga berperan perembesan air laut ke tanah daratan atau yang biasa disebut intrusi air laut ke daratan.

Selain membantu menguraikan limbah organik, fungsi hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan kimia yang mencemari laut seperti minyak dan deterjen. Selain itu juga menjadi penghalang alami terhadap angina laut yang kencang pada saat musim tertentu.

Penyerap Karbondioksida

Mangrove  (sumber: Pixabay)
Mangrove (sumber: Pixabay)

Hutan pantai membantu memerangi pemanasan global dengan menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer, yang sebagian besar disimpan di dalam pabrik. Ketika akar pohon bakau, cabang dan daun mati mereka biasanya ditutupi oleh tanah, yang kemudian terendam air pasang surut, memperlambat kerusakan bahan dan meningkatkan penyimpanan karbon.

Penelitian menunjukkan bahwa hutan bakau pesisir mengungguli sebagian besar hutan lain dalam kapasitasnya untuk menyimpan karbon. Penelitian terhadap 25 hutan bakau di seluruh wilayah Indo-Pasifik menemukan bahwa per hektar, mereka menyimpan karbon hingga empat kali lebih banyak daripada hutan hujan tropis lainnya.

Mata Pencaharian Warga

Sebuah perahu jukung melintas di kawasan mangrove, Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Sebuah perahu jukung melintas di kawasan mangrove, Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Banyak orang yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan bakau bergantung pada mereka untuk penghidupan mereka. Pohon-pohon adalah sumber kayu yang dapat diandalkan untuk konstruksi dan bahan bakar, yang dihargai karena ketahanannya yang kuat terhadap busuk dan serangga.

Ekstrak tanaman dikumpulkan oleh penduduk setempat untuk kualitas obat mereka dan daun pohon bakau sering digunakan untuk pakan ternak. Perairan hutan memberi para nelayan lokal banyak persediaan ikan, kepiting, dan kerang untuk dijual sebagai pendapatan.

Ciptakan Ekowisata

Wisata Mangrove Bekasi
Perahu wisatawan melewati hutan mangrove di Sungai Rindu, Desa Hurip Jaya, Babelan, Bekasi, Jumat (7/6/2019). Berkeliling naik perahu melewati kawasan hutan mangrove di Sungai Rindu ini menjadi daya tarik para wisatawan lokal. (merdeka.com/Arie Basuki)

Pariwisata berkelanjutan menawarkan stimulus untuk melestarikan kawasan bakau yang ada, dengan potensi untuk menghasilkan pendapatan bagi penduduk lokal. Sering terletak di dekat terumbu karang dan pantai berpasir, hutan menyediakan lingkungan yang kaya untuk kegiatan seperti olahraga memancing, bersampan, dan wisata mengamati burung.

Jika diselenggarakan pada tingkat yang berkelanjutan, ekowisata dapat memberikan motivasi yang sempurna untuk melindungi hutan bakau, daripada membersihkannya untuk pengembangan pariwisata massal.

Kaya Keanekaragaman Hayati

Mangrove  (sumber: Pixabay)
Mangrove (sumber: Pixabay)

Aktivitas manusia telah menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati yang sangat besar di ekosistem darat dan laut di seluruh dunia, membahayakan banyak spesies tanaman dan hewan. Dengan menyaring air pantai, bakau membentuk tanah perkembangbiakan yang kaya nutrisi untuk banyak spesies yang tumbuh subur di atas dan di bawah garis air.

Berbagai macam satwa liar hidup atau berkembang biak di ekosistem bakau, termasuk banyak spesies ikan, kepiting dan udang, moluska, dan mamalia seperti penyu. Pohon-pohon ini adalah rumah bagi beragam burung bersarang, berkembang biak, dan bermigrasi. Ketika hutan bakau ditebangi, habitat berharga hilang, mengancam kelangsungan hidup berbagai spesies.

Hutan juga merupakan sumber potensial bahan biologis yang belum ditemukan yang dapat bermanfaat bagi umat manusia, seperti senyawa antibakteri dan gen tahan hama.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya