Liputan6.com, Jakarta Memahami konsep takwa menurut ajaran agama Islam sangat penting bagi setiap muslim. Apalagi sebaik-baiknya makhluk adalah yang bertakwa sebagaimana disebutkan dalam Alquran Surat Al Hujurat ayat 13,
Baca Juga
Advertisement
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Takwa sendiri dapat dipahami sebagai sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan lingkungannya.
Untuk lebih memahami apa konsep dari takwa berdasarkan ajaran agama Islam, berikut penjelasan selengkapnya seperti yang telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (19/5/2023).
Pengertian Takwa
Secara etimologi, takwa berasal dari kata waqa-yaqi-wiqayah yang artinya memelihara. Kata "waqa" juga bermakna melindungi sesuatu, yakni melindunginya dari berbagai hal yang membahayakan dan merugikan.
Sedangkan secara istilah, takwa adalah sikap seorang hamba kepada Allah SWT dengan melaksanakan semua perintah Allah, menjauhi larangannya, dan menjaga diri agar terhindari dari api neraka atau murka Allah.
Dilansir dari lama Majelis Ulama Indonesia, Ibn Abbas mendefinisikan takwa sebagai “takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu mengerjakan ketaatan kepada-Nya” (Tafsir Ibn Katsir).
Dari serangkaian penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa takwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan lingkungannya, demi terhindar dari murka Allah SWT.
Ketika Abu Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah saw, maka pesan paling pertama dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa. Rasulullah saw bersabda: “Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena takwa itu adalah pokok dari segala perkara.” (Tanbihul Ghofilin, Abi Laits As-Samarkindi).
Advertisement
Bentuk Takwa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, takwa adalah sikap mental untuk berhati-hati dan waspada untuk menghindari perbuatan yang dilaran Allah SWT. Selain itu, takwa juga dapat dipahami sebagai sikap patuh dan taat kepada Allah SWT.
Tentu untuk sikap taat dan patuh kepada Allah SWT ini harus ditunjukkan dengan perbuatan nyata. Menurut Imam Qurthubi, salah satu bentuk takwa adalah sedikit bicara. Hal ini dipertegas oleh Abu Yazid al-Busthomi, yang mengatakan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang ketika berbicara sesuai dengan petunjuk Allah, dan apabila berbuat, perbuatannya bersumber dari petunjuk Allah.
Selain itu, takwa juga dapat ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam untuk membedakan antara hal-hal yang baik dan buruk ataupun yang benar dengan yang batil, menuntut seseorang untuk menguasai dan mengetahui secara mendalam hakikat sesuatu tersebut. Karna dengan pengetahuan itu ia akan benar-benar dapat memutuskan sesuatu sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh syariah Islam.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa segala perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya termasuk bentuk-bentuk dari takwa.
Ciri-Ciri Orang yang Bertakwa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, takwa adalah pokok dari segala perkara. Takwa juga disebut sebagai salah satu bentuk kepatuhan, kehati-hatian, dan sikap waspada untuk menghindari hal-hal yang mendatangkan murka Allah SWT.
Hal ini tentu penting untuk dimiliki oleh setiap muslim. Orang yang sudah memiliki ketakwaan dalam dirinya biasanya menunjukkan ciri-cirinya. Adapun ciri-ciri dari orang yang bertakwa adalah sebagai berikut:
1. Beriman pada yang Ghaib
Salah satu ciri orang yang bertakwa adalah berima pada yang ghaib, yakni seperti malaikat, takdir dan ketetapan Allah, sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 3 dan 4,
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَ ۙ وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ
Artinya:
“Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib, melaksanakan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat”. (QS. Al-Baqarah: 3-4).
2. Mendirikan Salat
Ciri berikutnya dari orang yang bertakwa adalah mendirikan salat. Allah memerintahkan kepada manusia untuk beribadah dan mengabdi hanya kepada-Nya.
Di antara perintah ibadah yang paling penting dan utama adalah melaksanakan shalat lima waktu. Shalat merupakan induk dari segala ibadah. Nabi Muhammad SAW bahkan menyatakan bahwa amalan yang pertama nanti akan dihisab (dihitung) di hari kiamat adalah shalat.
Jika seseorang shalatnya baik maka baik pulalah amal ibadah yang lainnya, namun jika shalatnya buruk maka amalan yang lainnya menjadi tidak berarti (al-Hadits). Dalam hadits lain, Rasulullah menegaskan bahwa yang membedakan antara orang mukmin dan orang kafir adalah shalat.
Dari Jabir ra. berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya, batas antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat. (HR Muslim)
3. Mengeluarkan Hartanya di Jalan Allah
Ciri orang yang bertakwa adalah dia senantiasa mengeluarkan harta benda miliknya di jalan Allah SWT. Perlu dipahami bahwa sebagian rezeki yang kita terima sesungguhnya bukan milik kita sepenuhnya.
Sebagian harta benda yang kita miliki adalah hak milik orang lain, yaitu milik mereka yang dhu’afa, fakir miskin, anak-anak yatim, untuk perjuangan di jalan Allah, dan yang membutuhkan pertolongan lainnya. Seorang yang bertakwa harus menyadari hal itu sepenuhnya, dengan hal itu ia akan dengan ringan untuk menginfakan sebagian hartanya bagi mereka yang membutuhkan.
4. Beriman kepada Kitab-Kita Allah
Ciri orang yang bertakwa adalah beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yaitu Al-Qur’an, serta kitab-kitab sebelumnya yang diwahyukan kepada Nabi-Nabi sebelum Rasulullah SAW. Percaya kepada Al-Qur’an berarti percaya akan firman-firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
Dengan beriman kepada al-Qur’an, kita juga percaya terhadap segala isi dan kandungan yang ada di dalamnya berupa penjelasan-penjelasan, perintah-perintah dan larangan-larangan dari Allah SWT. Bagi orang yang bertakwa, al-Qur’an adalah landasan hidup dan pedoman dasar serta sumber segala sumber hukum sebagai pedoman dalam mengarungi kehidupan ini.
5. Dapat Menahan Amarah
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, takwa adalah sikap hati-hati dan waspada agar terhindar dari perbuatan dosa. Salah satu cara agar terhindar dari perbuatan dosa adalah dengan cara mengendalikan diri dari sikap-sikap yang cenderung merusak seperti marah.
Ini bukan berarti kita tidak diperbolehkan marah sama sekali, hanya saja kita perlu menjaga sikap kita agar rasa marah ini tidak menguasai sehingga mendorong untuk melakukan perbuatan yang destruktif. Orang-orang yang bertaqwa merupakan manusia yang tidak mudah dikuasai oleh amarahnya.
6. Mengerjakan Kebaikan
Orang dikatakan bertakwa apabila kamu merupakan orang yang benar-benar baik. Baik dari sisi Allah maupun sesama manusia. Orang-orang yang bertaqwa pasti selalu melakukan kebaikan. Dimanapun keberadaannya pasti akan senantiasa melakukan kebaikan.
Orang yang bertaqwa tidak suka dengan perbuatan kemungkaran yang bisa menimbulkan kemudaratan. Tidaklah seroang dapat dikatakan bertakwa apabila masih berbuat kerusakan, baik itu terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
Advertisement